UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR AL-QUR’AN HADITS MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) PADA SISWA KELAS VIII
B MTS SULTAN FATAH GAJI GUNTUR DEMAK TAHUN PELAJARAN 2007/2008
Ali Anwar, M.S.I
Abstract: This
action research to solve problem that based on the phenomenon of word working
research. The objective of this action research is lowering of ability read
quickly of VII E class, SMP Negeri 2 Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo because
still under minimum buoundary qualifiying by curriculum 2004, namely Speed
Reading (SR) minimums 200 kpm and understanding of content (OUC), minimum 75%.
This is happened because not yet applied of eye movement’s method in reading.
The method used in this research is Classroom Action Recearch (CAR) method with
four steps in one cycle. The method covered four steps, are 1) planning, 2)
Acting, 3) Observing, and 4) Reflecting. Applied by research design is research
design according to Kemmis & Taggart. This research have to collaborative,
that is research involve class teacher cooperate to indentify action, prepare
the action, do the action, observation, and do reflecting. Thi research is
analyzed with critical analysis descriptive technique with data finding
description and compare with performance indicator which have been determined.
The result of this classroom action research indicate that: First, study
read quickly of VII E class can going effectively by applying eye movements
that is by appliying word perception practice, phrase perception practice, widened eye reach
practice, and concentrace practice. Second, with eye movement’s method
it appears can improve ability read, consist of speed read (SR) and
understandung of content (UOC) to stundents of VII E class, SMP Negeri 2 Tawangsari,
Sukoharjo. Third, the improvement of ability read quickly with eye movement’s method count with the first
condition before give the action to first cycle until third cycle be
improvement, like: Speed Read miminum 200 kpm improve to 0% become 37,5%, its
mean there are improvement amount 37,5%. Understanding of Content improve to
62,5% become 75%. Its mean there are improvement amount 12,5%.
Kata Kunci: aktivitas,
prestasi belajar, model ATI.
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi
instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan,
menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Banyak metode
pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pe-lajaran kepada
siswa-siswa, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi,
penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran terprogram, latihan sesama
teman, si-mulasi, karyawisata, induksi, deduksi, simulasi, studi kasus,
pemecahan masalah, insi-den, seminar, bermain peran, proyek, pratikum, dan
lain-lain, masing-masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Disamping
metode, penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam
memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Usman
dan Nurdin (2002: 94) berpendapat bahwa “tujuan pem-belajaran merupakan sasaran
yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta ke-mampuan yang harus dimiliki
siswa”. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode
pembelajaran. Apabila telah ditetapkan satu tujuan khusus, maka persoalan
selanjutnya bagi seorang tenaga pengajar menetapkan suatu cara yang memberikan
jaminan tertinggi akan tercapainya tujuan itu sebaik-baiknya.
Untuk menyusun
strategi dalam memilih metode atau model pembelajaran yang sesuai, guru harus
mengetahui pengetahuan awal siswa, yang diperoleh melalui pretes tertulis,
tanya jawab di awal pelajaran, agar sewaktu memberi materi pengajaran kelak,
guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa. Dengan tercapainya tujuan
pembe-lajaran, maka dapat dikatakan guru telah berhasil dalam mengajar. Selain
penetapan tu-juan dan pengetahuan awal siswa, bidang studi/pokok bahasan juga
sebagai penentu da-lam memilih dan menetapkan model pembelajaran yang sesuai
untuk diterapkan. De-ngan demikian, metode yang kita gunakan tidak terlepas
dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada
siswa.
Begitu juga
alokasi waktu dan sarana penunjang akan digunakan acuan dalam penyesuaian dan
ketepatan menerapkan metode pembelajaran. Metode yang diterapkan harus
mengikuti dan menyesuaikan ketersediaan waktu atau yang dialokasikan dalam
kurikulum. Dengan ketepatan waktu yang disesuaikan pemi-lihan metode yang
tepat, akan menjadi alternatif metode yang diterapkan. Penerapan metode
pembelajaran yang dipilih harus mampu membangkitkan keaktifan siswa, memacu
minat dan motivasi siswa dan meningkatkan prestasi akademik/hasil belajar
siswa. Hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang
berasal dari luar dan faktor yang berasal dari dalam diri siswa/pelajar (Depag,
2002: 64).
Faktor yang
berasal dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki-nya. Faktor
kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.
Disamping kemampuan, faktor lain yang juga mempunyai kontribusi terhadap hasil
belajar seseorang adalah “motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasa-an
belajar, faktor fisik dan faktor psikis” (Sudjana, 2005; 39). Adanya pengaruh
dari dalam diri siswa merupakan hal yang logis jika dilihat bahwa perbuatan
belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang disadarinya. Jadi sejauh
mana usaha siswa untuk mengkondisikan dirinya bagi perbuatan belajar, sejauh
itu pula hasil belajar akan dicapai.
Meskipun
demikian, hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih dipengaruhi oleh faktor
dari luar dirinya, yang disebut lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang
paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran
yang dikelola oleh guru. “Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan
pengajar-an” (Depag, 2002: 64). Oleh sebab itu, hasil belajar di sekolah
dipengaruhi oleh kapasi-tas dan kualitas pembelajaran. Dan kualitas
pembelajaran berkaitan erat dengan terse-dianya perangkat pembelajaran, model
pembelajaran, minat siswa dan lain-lain. Melalui perangkat pembelajaran yang
ada, pemilihan model pembelajaran yang tepat, diharap-kan tercapainya tujuan
pendidikan, yaitu kualitas pembelajaran yang meliputi aktivitas dan hasil
prestasi belajar siswa.
Melalui
tercapainya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar, berarti penyelenggara
pendidikan telah ikut berpartisipasi menyukseskan tercapainya target kurikulum.
Diharapkan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang berlaku dan pemilihan
model pembelajaran yang tepat, dapat mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan
individual siswa, serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Aktivitas Belajar
Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang
selalu memperhatikan pe-ngembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
yang diwujudkan dalam beberapa aktivitas belajar. Ketiga aspek tersebut menyatu
dalam satu individu dan tampil dalam bentuk suatu kreativitas. Sedangkan
pembinaan dan pengembangan kreativitas berarti mengaktifkan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
Melakukan berbagai kegiatan belajar berarti membuat
belajar lebih efektif. Kegiatan itu antara lain; mendengarkan, melihat
mengerjakan atau berbentuk perbuatan lain sehingga memungkinkan pengalaman
belajar yang diperoleh lebih baik. Sardiman (1998: 100) berpendapat bahwa,
pemenuhan kebutuhan untuk bergaul dan mengenal siswa, guru dan orang lain
merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial siswa. Dalam hal ini
sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat bergaul dan beradaptasi dengan
lingkungan, guru harus dapat membangkitkan dan menciptakan suasana kerjasama,
tolong-menolong dan seba-gainya, sehingga dapat melahirkan pengalaman belajar
yang lebih baik, atau aktivitas ini lebih dikenal dengan aktivitas sosial.
Sebagaimana firman Allah SWT:
(¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhÉ9ø9$# 3uqø)G9$#ur (
wur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur
“Artinya: …dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran (QS. 5: 2)”.
Soemanto (1987: 107) berpendapat bahwa ada tiga fakor
yang mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu: “faktor stimuli belajar, metode
belajar, dan faktor individual”. Yang dimaksud dengan stimuli belajar adalah
”segala hal di luar individu yang merang-sang individu untuk mengadakan reaksi
atau perbuatan belajar” (Soemanto, 1987: 108). Perbuatan atau aktivitas belajar
yang disebabkan faktor stimuli inilah yang menyebab-kan adanya dorongan atau
motivasi dan minat dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Dalam proses
belajar mengajar, metode yang digunakan guru akan mempenga-ruhi belajar siswa.
adapun faktor yang menyangkut metode belajar adalah: kegiatan berlatih atau
praktek, Pengenalan hasil belajar, bimbingan dalam belajar. Faktor indivi-dual
siswa juga sangat berpengaruh dalam aktivitas belajar siswa. Adapun
faktor-faktor individual ini menyangkut hal-hal seperti; kematangan, pengalaman
sebelumnya, dan kondisi kesehatan.
Ahmadi dan Supriyono (1991: 137), menyatakan bahwa
kematangan yang dica-pai oleh individu merupakan proses pertumbuhan
fisiologinya. Kematangan terjadi akibat adanya perubahan kuantitatif di dalam
struktur jasmani, dibarengi dengan peru-bahan kualitatif terhadap struktur
tersebut. Sebab kematangan memberi kondisi fungsi fisiologis termasuk fungsi
otak saraf untuk berkembang.
Pengalaman yang diperoleh sebelumnya dari lingkungan
akan turut serta mem-pengaruhi perkembangan individu dalam memahami dan
mempelajari pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi dan Supriyono
(1991: 138), “pengalaman belajar yang diperoleh individu ikut mempengaruhi
hasil belajar yang bersangkutan”. Lingkungan ikut memegang peranan penting
dalam pembentukan watak dan pemahaman terhadap proses dan hasil belajar.
Soemanto (1987: 115), berpendapat bahwa, individu
yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Seorang siswa yang badannya
sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kesalahan tidak akan dapat
belajar dengan efektif. Kesehatan yang dijaga dengan baik akan berpengaruh
terhadap efektifnya aktivitas belajar siswa.
Prestasi Belajar
Menurut Winkel (1991: 161), prestasi adalah “bukti
usaha yang dapat dicapai”. Dengan kata lain prestasi yaitu hasil usaha yang
diwujudkan dengan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki. Sedangkan prestasi belajar menurut Poerwadarminto (1988: 700)
diartikan “sebagai penguasaan pengetahuan atau keteram-pilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai
yang diberikan guru”.
Sudjana (2005: 45), mengartikan prestasi belajar
sebagai “kemampuan, keteram-pilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu
hal. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan
proses untuk mendapatkan perubahan tingkah laku kognitif, afektif dan
psikomotorik”. Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang dicapai
siswa penting diketahui oleh guru agar dapat mendesain pem-belajaran lebih
tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar mengajar, keberhasilannya diukur
dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, selain diukur dari segi
prosesnya.
Bertitik tolak dari pengertian prestasi belajar
tersebut, dapat diambil suatu ke-simpulan bahwa prestasi belajar adalah
ketrampilan dan penguasaan mata pelajaran, dimana penguasaan mata pelajaran
tersebut dinilai dengan angka sebagai perwujudan yang telah dicapai siswa dalam
belajarnya.
Oleh karena itu, dalam memberikan nilai sebagai tolok
ukur keberhasilan siswa hendaknya menyangkut tiga aspek, yakni kognitif,
afektif dan aspek psikomotorik, sehingga hasilnya benar-benar merupakan
perwujudan prestasi yang sebenarnya. Sebab prestasi yang sebenarnya mengandung kompleksitas
dengan berbagai pola tingkah laku sebagai hasil dari belajarnya.
Berdasarkan
pengamatan awal terhadap pelaksanaan dan hasil pembelajaran al-Qur’an Hadits di
MTs Sultan Fatah Gaji Guntur Demak, ditemukan beberapa permasa-lahan,
diantaranya:
1)
Pembelajaran selama ini masih
cenderung monoton dan belum divariasikan dengan metode lain yang lebih
variatif, misalnya yang memperhatikan perbedaan individual siswa. Hal ini
menyebabkan aktivitas siswa rendah atau pasif, yaitu hanya 34% orang siswa yang
aktif dan 66% orang siswa pasif.
2)
Prestasi belajar masih rendah, hal
ini dibuktikan dari hasil ulangan semester ganjil yang berjumlah 40 siswa,
sebanyak 22 atau sekitar 55% belum berhasil mendapat- kan nilai 6,5 sebagai
Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan.
Peneliti juga
melakukan wawancara awal dengan beberapa siswa terhadap kon-disi pembelajaran
al-Qur’an Hadits di MTs Sultan Fatah Gaji Guntur Demak. Hasilnya adalah bahwa
siswa merasa jenuh, kurang bersemangat karena guru mengajar senantiasa monoton
dan pembelajaran satu arah (berpusat pada guru) tanpa melibatkan kemampuan
siswa.
Permasalahan
utama dari kondisi di atas adalah model pembelajaran yang digu-nakan guru dalam
kegiatan belajar mengajar al-Qur’an Hadits yang berakibat kepada aktivitas dan
prestasi belajar siswa masih rendah, maka diperlukan suatu cara pembela-jaran
yang lebih menarik, salah satu diantaranya adalah dengan memperhatikan perbe-daan
kemampuan individual siswa.
Secara garis
besar ada beberapa alasan dan pertimbangan-pertimbangan me-ngapa ATI (Aptitude
Treatment Interaction) ingin diterapkan dalam pembelajaran al-Qur’an
Hadits, diantaranya: pertama, karena model ATI menekankan pada penyesuaian
pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan siswa. Pembelajaran
dikem-bangkan berdasarkan karakteristik kemampuan masing-masing kelompok, yaitu
kelom-pok tinggi, sedang dan rendah. Kedua, karena model ATI yang akan
dikembangkan memiliki konsistensi yang sama dengan teori-teori “multiple
intelegence” (Nurdin, 2005:16) yaitu lebih memfokuskan diri pada
perkembangan siswa. Dan ketiga, karena model ATI mengkaji dan membahas
persoalan-persoalan ilmiah yang berhubungan dengan masalah manusia dan
lingkungan.
Model Pembelajaran ATI (Aptitude
Treatment Interaction)
Menurut
Cronbach (1996: 249), mendefinisikan ATI sebagai “…as the study of
aptitude-treatment interaction approach (ATI), is the search for treatments
that are tailored to individual differences in aptitudes. That is, treatments
that are optimally effective for studnts of different aptitude levels”.
ATI
Approach sebagai sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan menemu-kan
perlakuan-perlakuan (treatments) yang cocok dengan perbedaan kemampuan (aptitude)
siswa, yaitu perlakuan (treatment) yang secara optimal efektif diterapkan
untuk siswa yang berbeda tingkat kemampuannya.
Secara
subtantif dan teoritik “Aptitude Treatment Interaction (ATI)” dapat
diartikan sebagai suatu konsep/pendekatan yang memiliki sejumlah strategi
pembela-jaran yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan
kemampuan siswa. Pengertian ini senada dengan definisi yang dikemukakan Nurdin
(2005: 37), yang selanjutnya atas dasar asumsinya bahwa optimalisasi prestasi
akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian antara pembelajaran
dengan perbedaan kemampuan siswa.
Nurdin (2005:
38) menyatakan bahwa secara statistik dan metodologi, ATI dimaknai sebagai
suatu interaksi statistik yang bersifat multiplikatif (gabungan) dari
sekurang-kurangnya satu variabel manusia (independent) dan satu variabel
perlakuan (independent), dalam mempengaruhi satu variabel hasil belajar (dependent).
Dengan pernyataan tersebut menggambarkan adanya hubungan timbal balik antara
hasil belajar yang diperoleh siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran. Hal
ini berarti bahwa prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa
dipengaruhi oleh kondisi pembe-lajaran yang dikembangkan guru di kelas,
terutama sekali dalam hal tindakan yang di-lakukan guru dalam penerapan model
ATI tersebut.
Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas, dapat diperoleh beberapa makna esensial dari
model pembelajaran ATI, adalah; a) ATI merupakan suatu konsep atau model yang
berisikan sejumlah strategi pembelajaran yang efektif digunakan untuk siswa
tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuannya.b) Sebagai sebuah kerangka
teoritik ATI berasumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar akan
tercipta apabila perlakuan-perlakuan dalam pembe-lajaran disesuaikan sedemikian
rupa dengan perbedaan kemampuan siswa. C)Terdapat hubungan timbal balik antara
prestasi belajar yang dicapai siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran di
kelas atau dengan kata lain, prestasi belajar yang diperoleh siswa tergantung
bagaimana kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru di kelas.
Prinsip model pembelajaran ATI
Secara hakiki ATI bertujuan untuk menciptakan dan
mengambangkan suatu model pembelajaran yang betul-betul peduli dan
memperhatikan keterkaitan antara kemampuan seseorang dengan pengalaman belajar
atau secara khas dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Agar
tingkat keberhasilan (efektivitas) pe-ngembangan model pembelajaran ATI dapat
dicapai dengan baik, maka dalam pengem-bangan dan implementasinya perlu
diperhatikan dan dihayati beberapa prinsip model ATI, seperti yang telah
dikemukakan oleh Snow dalam Nurdin (2005: 40) sebagai berikut:
a.
Bahwa interaksi antara kemampuan
dan perlakuan pembelajaran berlang-sung di dalam pola yang kompleks, dan
senantiasa dipengaruhi oleh variabel-variabel tugas/jabatan dan situasi. Karena
itu, dalam mengimple-mentasikannya perlu diperhatikan dan diminimalisasikan bia
yang diperkira-kan mingkin berasal dari variabel-variabel tersebut.
b. Bahwa lingkungan pembelajaran yang sangat struktur cocok bagi
siswa yang memiliki kemampuan rendah. Sedangkan lingkungan yang kurang terstruk-tur
lebih pas bagi siswa yang pandai.
c.
Bahwa bagi siswa yang memiliki
rasa percaya diri kurang atau sulit dalam menyesuaikan diri (minder), cenderung
belajarnya akan lebih baik bila berada dalam lingkungan yang terstruktur.
Sebaliknya bagi siswa yang tidak pencemas atau memiliki rasa percaya diri
tinggi, belajarnya akan lebih baik dalam situasi pembelajaran yang agak longgar
(fleksibel).
Dari prinsip-prinsip di atas, dapat dimengerti bahwa
dalam mengimplemen-tasikan model ATI, masalah pengelompokkan dan pengaturan
lingkungan belajar bagi masing-masing karakteristik kemampuan siswa, merupakan
masalah mendasar yang harus mendapat perhatian utama dari praktisi pendidikan
(guru).
Tujuan Pembelajaran ATI
Keberhasilan model
pembelajaran ATI mencapai tujuan dapat dilihat dari sejauh mana terdapat
kesesuaian antara perlakuan-perlakuan yang telah diimple-mentasikan dalam
pembelajaran dengan kemampuan siswa. kesesuaian tersebut akan termanifestasi
pada prestasi belajar yang dicapai siswa. semakin tinggi optimalisasi yang
terjadi pada pencapaian prestasi belajar siswa, maka berarti makin tinggi pula
tingkat keberhasilan (efektivitas) pengembangan model pembelajaran ATI dalam
pembelajaran.
Untuk mencapai
tujuannya, ATI berupaya menemukan dan memilih sejumlah strategi, pendekatan,
metode/cara, kiat yang akan dijadikan sebagai perlakuan yang tepat, yaitu
perlakuan yang sesuai dengan perbedaan kemampuan siswa. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tujuan utama model pembelajaran ATI adalah terciptanya opti-malisasi/peningkatan
prestasi belajar, melalui penyesuaian pembelajaran dengan perbe-daan kemampuan
siswa.
Pembelajaran al-Qur’an Hadits dengan
Model ATI
Dipilihnya model pembelajaran ATI dalam pembelajaran
al-Qur’an Hadits harus disesuaikan dengan karakteristik penguasaan materi yang
dipelajari, seperti pokok bahasan hukum membaca al-Qur’an atau lebih dikenal
ilmu tajwid.
Pembelajaran ilmu tajwid di MTs. mengacu pada
kurikulum yang berlaku, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
KTSP ilmu tajwid yang diajar-kan kepada siswa kelas VIII adalah hukum bacaan mim
sukun, lam dan ra; serta hukum bacaan mad. Materi ini setelah
dipelajari mengandung muatan pengajaran yang berva-riasi bagi siswa yang
mengampunya. Karena tidak semua siswa terbiasa atau telah mengenal materi ini,
apalagi bagi mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan bukan dari sekolah
agama, seperti madrasah, pesantren dan lain-lain.
Bagi guru, mempelajari dan menerapkan metode atau
model dalam menyampai-kan materi ini masih sulit, disebabkan tingkat kemampuan
siswa yang beragam. Dengan model ATI, yang berisi strategi dalam menyampaikan
materi dengan menyesuaikan tingkat kemampuan siswa dapat diterapkan dengan
tahap-tahap tertentu. Bagi siswa berkemampuan rendah mempelajaran materi ini
harus lebih ditekankan pada pengu-langan vokal atau ketepatan bacaan secara
berulang-ulang (fasih) melalui re-teaching dan tutorial.
Sedang kelompok siswa berkemampuan sedang untuk
menerima materi ini dapat dilakukan dengan pembelajaran konvensional atau
ceramah dan penjelasan pada bagian-bagian tertentu. Kelompok siswa berkemampuan
tinggi, yang tingkat penguasaan materinya cukup dengan membaca sendiri atau
belajar mandiri, pemberian materinya melalui modul, atau mencari sumber lain,
seperti membaca ayat-ayat langsung dalam al-Qur’an, kitab tajwid dan lain-lain.
Model pembelajaran
ATI yang akan dikembangkan dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits terdiri dari
empat tahap langkah sebagai berikut:
a.
Treatment Awal
Pemberian
perlakuan awal terhadap siswa dengan menggunakan aptitude testing.
Perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapkan klasifikasi
kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan, dan sekaligus untuk mengetahui
potensi kemampuan masing-masing siswa dalam menghadapi informasi/pengetahuan
atau kemampuan-kemampuan baru.
b.
Pengelompokkan siswa
Pengelompokkan
siswa yang didasarkan pada hasil aptitude testing. Siswa di dalam kelas
diklasifikasi menjadi tiga kelompok, yang terdiri dari kelompok siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Atau kelompok cepat, sedang dan lambat.
c.
Memberikan Perlakuan (Treatment)
Kepada tiap-tiap
kelompok yang telah terbentu diberikan perlakuan (treatment) yang
dipandang cocok/sesuai dengan karakteristiknya. Dalam pembelajaran ini, siswa
yang berkemampuan “tinggi’ diberikan perlakuan berupa self-learning
melalui modul. Siswa yang memiliki kemampuan “sedang” diberikan pembelajaran
secara konven-sional atau reguler teaching. Sedangkan kelompok siswa
yang berkemampuan “rendah” diberikan perlakuan dalam bentuk regular teaching
dan tutorial. Tutorial dapat diberikan oleh guru al-Qur’an Hadits sendiri atau oleh mitra kolaboratif dalam
penelitian ini, yang sebelumnya sudah menerima petunjuk dan bimbingan dari
guru.
d.
Achievemen Test
Di akhir setiap
pelaksanaan siklus dilakukan penilaian prestasi belajar setelah diberikan
perlakuan-perlakuan pembelajaran kepada siswa dengan klasifikasi yang telah
terbentuk (tingi, sedang dan rendah), tentunya mengacu pada prosedur tindakan
penelitian yang dirancang sebelumnya.
Kemudian untuk
mengetahui seberapa jauh terjadi peningkatan prestasi belajar atau optimalisasi
prestasi belajar melalui pengembangan pembelajaran model ATI, dilakukan
pengukuran melalui prosentase sebagaimana dijelaskan pada bab selanjutnya dari
penelitian ini, sehingga seberapa jauh peningkatan yang telah dicapai.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat dipahami bahwa model pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran al-Qur’an Hadits
diharapkan mampu meningkatkan akti-vitas dan prestasi belajar siswa. Hal ini
dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang
ada pada pembelajaran al-Qur’an Hadits selama ini yang terkesan monoton, guru mengajar satu arah,
dan siswa selalu pasif selama proses pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan
penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu
masalah serta melakuakn perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Upaya
perbaikan ini dilakukan dengan melaksana-kan tindakan untuk mencari jawaban
atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas. Sebagaimana
dikatakan oleh Supardi, dkk (2007: 102) yang menyatakan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah merupakan penelitian reflektif yang dilakukan pendidik sendiri terhadap
kurikulum, pengembangan sekolah, mening-katkan prestasi belajar, pengembangan
keahlian mengajar, dan sebagainya.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri atas empat
tahapan yang dilalui yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Keempat tahapan ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap tahapan siklus
didasarkan atas masukan dari siklus sebelumnya (Arikunto dkk., 2006: 17).
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Sultan Fatah Gaji
Guntur Demak. Adapun madrasah yang berstatus swasta ini memiliki letak yang
strategis, yaitu berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, sehingga
keberadaannya telah lama dan mendapat perhatian dari penduduk yang berminat
menyekolahkan putra-putri mereka di madrasah tersebut. Hal ini terlihat dari
jumlah siswa yang tidak pernah kurang untuk menampung mereka dalam kelas yang
tersedia, bahkan terlihat dari jumlah yang ada setiap kelas kurang lebih 40
siswa merupakan kelas besar. Jumlah rombel (rombongan belajar) terdiri dari
tiga kelas setiap tingkatan yang ada, yaitu sembilan kelas dengan kelas VII ada
tiga kelas, kelas VIII terdiri tiga kelas serta kelas IX juga tiga kelas.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B
semester II (genap) tahun pelajaran 2007/2008, jumlah siswa dalam kelas
tersebut sebanyak 40 siswa, yang terdiri dari 21 siswa putra dan 19 siswa
putri.
Hasil Penelitian
Berdasarkan
pelaksanaan kegiatan akhir siklus didapatkan hasil prestasi belajar siswa, yang
menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu rerata hasil belajar klasikal
dan individual siswa. Perbandingan peningkatan prestasi belajar siswa yang
didapat dari pelaksanaan tes akhir siklus adalah sebagaimana terangkum dalam
tabel berikut ini.
Tabel 1Peningkatan Prestasi
Belajar dari Data Awal, Siklus I dan Siklus II
Keterangan
|
Data Awal
|
Siklus I
|
siklus II
|
Nilai tertinggi
|
85
|
90
|
90
|
Nilai terendah
|
55
|
60
|
60
|
Nilai rata-rata
|
64.5
|
72.22
|
72.22
|
Jml.tuntas
|
18
|
33
|
33
|
Jml tdk tuntas
|
22
|
7
|
7
|
Tuntas klasikal (%)
|
45%
|
82.5%
|
82.5%
|
Tidak Tuntas (%)
|
55%
|
17.5%
|
17.5%
|
Jumlah siswa
|
40
|
40
|
40
|
Data tentang Peningkatan
aktivitas belajar al-Qur’an Hadits siswa Pada Siklus I, seperti tercantum dalam
tabel berikut.
Tabel 1 Peningkatan Aktivitas
Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
No
|
Aspek yang
Diamati
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
|
Menjawab/merespon
pertanyaan guru
|
3.5
|
4
|
2
|
Mendengarkan
uraian guru tentang tujuan pembelajaran
|
4
|
4.5
|
3
|
Memusatkan
perhatian, pada kegiatan yang dilakukan guru
|
4
|
5
|
4
|
Mencatat
pelajaran ke dalam buku catatan
|
5
|
4.5
|
5
|
Mendengar
dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru
|
4
|
3
|
6
|
Mengerjakan
tugas, seperti LKS, mencari bahan pelajaran dll.
|
5
|
4
|
7
|
Memperhatikn
petunjuk yang diberikan guru
|
4
|
5
|
8
|
Aktif
berdiskusi dan membantu teman
|
4
|
5
|
9
|
Bertanya
terhadap materi yang belum paham
|
3.5
|
4
|
10
|
Menyimpulkan
materi bersama guru.
|
3
|
5
|
|
Skor
total
|
40
|
50
|
|
%
aktivitas keseluruhan
|
78%
|
88%
|
PEMBAHASAN
Aktivitas
siswa selama proses pembelajaran pada siklus I adalah meningkat 36% dari data
awal 34% menjadi 78% (siklus I) dengan kategori baik. Sedangkan pada siklus II
meningkat lagi dengan jumlah skor rata-rata dari keseluruhan indikator yang dijadikan pengukuran sebesar
88% atau meningkat 18% dari siklus I, dengan kategori sangat baik.
Diagram
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggu-nakan model
pembelajaran ATI tersebut dapat divisualisasikan dalam gambar berikut.
Gambar 1 Diagram peningkatan aktivitas siswa
Adapun
peningkatan prestasi belajar al-Qur’an Hadits
siswa dari data awal, siklus I dan siklus II adalah meliputi; nilai yang
dicapai siswa secara keseluruhan (rerata) dalam siklus I mengalami peningkatan
sebesar 7.73 dari data awal rerata awal 64.5 menjadi 72.23. Kemudian siklus II
mengalami peningkatan sebesar 5.65 dari siklus I 72.23 menjadi 77.88 pada
siklus II. Sedangkan peningkatan siklus II dari data awal terpaut angka 13.38
dari 64.50 menjadi 77.88. Rerata kenaikan prestasi belajar siswa persiklus
menunjukkan adanya kefektifan model pembelajaran yang sedang dikembangkan. Hasil
perubahan
dan peningkatan prestasi belajar siswa tersebut dapat dilihat dalam
gambar/diagram di bawah ini.
Gambar 2 Kenaikan Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan
hasil tes akhir siklus I diketahui jumlah siswa yang mengalami ketuntasan
belajar sebesar 82.23%, hasil menunjukkan adanya peningkatan dari 45% sebelum
diberi tindakan, sehingga peningkatan prestasi belajar siswa dari dan sesudah
diberi tindakan meningkat sebanyak 38%, dari jumlah keseluruhan seba-nyak 40
siswa. Pada siklus I, terdapat 33 orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar
dengan nilai rata-rata 72.23, sehingga jauh lebih besar nilainya jika
diban-ding sebelum penerapan model pembelajaran, yaitu hanya memperoleh nilai
rata-rata sebesar 64.5.
Kemudian perubahan
dan peningkatan dalam masing-masing kelompok (kelompok tinggi, sedang dan
rendah), yang diperoleh dari peningkatan nilai rata-rata tiap kelompok siswa
tiap siklus adalah:
1)
Kelompok siswa berkemampuan
rendah, pada siklus I mengalami peningkatan berturut-turut; 57.44 (data awal);
63.44 (siklus I) dan ; 69.06 (pada siklus II).
2)
Kelompok siswa berkemampuan
sedang, mengalami peningkatan dari data awal 63.84 menjadi 72.85 pada siklus I,
sedangkan pada siklus II mencapai nilai rata-rata sebesar 73.00.
3)
Kelompok siswa yang berkemampuan
tinggi juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelompok ini dari data awal
secara berturut-turut adalah 75.54 (data awal); 84.27 (siklus I) dan; 89.27
(pada siklus II). Peningkatan prestasi belajar tiap siklus tersebut dapat
divisualisasikan dalam gambar berikut.
Gambar 2
Perbandingan prestasi belajar (kelompok rendah, sedang dan tinggi)
Peningkatan
prestasi belajar siswa yang ditinjau dari setiap kelompok menunjuk-kan, bahwa
model pembelajaran ATI yang diterapkan pada masing-masing kelompok dengan
tindakan yang berbeda-beda membawa hasil yang cukup memuaskan.
Inilah ciri
dari pemberian perlakuan model pembalajaran ATI yang telah sesuai dengan
bentuknya, maka keberhasilan modifikasi perlakuan (treatment) tersebut
sema-kin memperkuat pandangan dan pendapat yang menyatakan perlunya
diperhatikan prin-sip individualitas dalam pembelajaran, yaitu menyesuaikan
pelajaran dengan perbedaan individual siswa. Sebagaimana dikemukakan Nasution
(1986: 124) dalam Nurdin (2005: 218) bahwa:
“khusus untuk
anak-anak yang kurang pandai, kurang cepat memahami, kurang pandai mengingat;
(1) pengajaran harus lebih kongkrit, banyak pengalaman langsung, banyak alat
peraga; (2) banyak mengulang akan tetapi diusahakan pe-ngertian lebih dahulu;
(3) bervariasi, selingan, motivasi, karena perhatian mere-ka kurang lama; juga
cukup aktivitas jasmaniah”.
Disamping itu,
modifikasi yang dilakukan pada kelompok berkemampuan ren-dah dalam penelitian
tindakan ini, juga menekankan pada aspek motivasi yaitu doro-ngan yang
diberikan terus menerus kepada siswa agar mereka dapat meningkatkan pe-mahaman
terhadap pelajaran dan pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan akti-vitas
mereka serta mampu mengoptimalkan prestasi belajar. Mereka harus dibimbing,
diarahkan dan diberi motivasi dalam belajar, baru bisa mengerti dan paham.
Sebagaimana
dikemukakan oleh Nurdin (2005: 66), menyamaratakan pembela-jaran bagi semua
kelompok kemampuan (aptitude) siswa, rasanya tidaklah adil dan dapat dipandang
sebagai sesuatu yang melanggar prinsip-prinsip demokrasi dalam pendidikan.
Karena setiap kelompok kemampuan memiliki perbedaan karakteristik, terutama
dalam hal kemampuan (aptitude), yang semestinya mendapatkan layanan pem-belajaran
yang berbeda sesuai dengan karakteristik masing-masing. Memisahkan secara
absolut mereka menjadi tiga kelas yang berbeda, yaitu kelas anak-anak yang
pandai, sedang dan rendah, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak psikologis
yang kurang baik bagi siswa dan orang
tua.
Agaknya upaya
terbaik menghadapi kondisi riil seperti ini adalah melalui pemberian layanan
pembelajaran yang adaptif, yaitu layanan pembelajaran yang cocok dan sesuai
dengan masing-masing karakteristik kemampuan siswa tersebut. Sebagai-mana
dianjurkan oleh Cronbach dalam Nurdin (2005: 67), ”adaption by altering
instructional methodes teach different pupils with different methodes.” Anjuran
diatas didukung oleh Beard dan Hartley (1984: 80) dengan menyatakan, bahwa
untuk mengatasi masalah perbedaan individual
siswa dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan melalui…..” Matching
teaching methodes to different group of student”. Oleh karena itu setiap
guru professional senantiasa akan berupaya mengembangkan pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan masing-masing siswa, salah satunya adalah seperti yang telah
peneliti dan guru mitra lakukan kepada siswa-siswi MTs. Gaji Guntur Demak,
khususnya kelas VIII B.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penerapan
model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) mampu
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Prosentase aktivitas belajar siswa dalam
siklus I dan siklus II, secara berturut-turut sebesar; 78% dan 88%.
Penerapan
model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) juga mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari prosentase
ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 83%. Sedangkan
pada siklus II, prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar
98%.
Saran
Disadari
bahwa penelitian tindakan ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, karena itu
dianggap perlu penyampaian beberapa harapan dan saran. Saran dan harapan dalam
penelitian ini adalah:
Pertama, bagi
guru, dalam mengajar al-Qur’an Hadits, hendaknya diciptakan pembelajaran
menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan kemampuan indi-vidual siswa
seperti penerapan ATI, sehingga tumbuh suatu kesan bahwa pelajaran al-Qur’an
Hadits tidak sulit, dapat dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Ini dimaksudkan
agar guru mampu menumbuhkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Kedua, bagi
siswa siswa MTs Sultan Fatah Gaji
Guntur Demak khususnya, agar senantiasa tekun, ulet dan sabar dalam belajar
al-Qur’an Hadits. Rasa tidak suka dan sikap negatif terhadap pelajaran
al-Qur’an Hadits jika ada, hendaknya dirubah menjadi sikap yang positif. Jangan
karena belum bisa menguasai sebagian materi yang diajarkan guru, lantas
menjauhi apalagi membenci terhadap pelajaran al-Qur’an Hadits.
Ketiga,bagi peneliti berikutnya,
studi ini dilakukan pada satu kelas atau penelitian tindakan kelas. Hal ini secara
rasional memiliki barometer yang sangat terbatas. Oleh karena itu, untuk
melihat tinggi tidaknya aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan
model pembelajaran yang diterapkan, perlu untuk melakukan penelitian dan
pengembangan terhadap masalah sejenis dan wilayah yang berbeda, guna mene-mukan
dan mengembangkan penelitian lebih lanjut untuk menemukan modifikasi perla-kuan
(treatment) khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda.
Penelitian
tindakan kelas ini hanya terdiri dari dua siklus, sehingga kemungkinan
peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa akan lebih baik lagi apabila
siklus ini dapat ditambah pada siklus ketiga dan seterusnya.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Abu & Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, dkk. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta:
Bumi Aksara.
Beard, M & Hartly.
J. 1984. Teaching and Learning in Higher Education, London: Hrper & Row Publisher.
Cronbach, J. 1996. Essentials
of Psychological Testing, New
York: Harper & Row Publisher.
Depag RI.
2002. Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional.
Nurdin, Syafruddin,
2005. Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: PT. Ciputat Press
Poerwadarminta, WJS.
1988. Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai
Pustaka.
Sardiman A. M. 1998. Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru, Jakarta: Rajawali.
Soemanto, Wasty. 1997. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Supardi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Basyiruddin dan
Nurdin, S. 2002. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers.
Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar