Sabtu, 01 Juli 2017

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR AL-QUR’AN HADITS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION)



UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR  AL-QUR’AN HADITS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) PADA SISWA KELAS VIII B MTS SULTAN FATAH GAJI GUNTUR DEMAK TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Ali Anwar, M.S.I
Abstract: This action research to solve problem that based on the phenomenon of word working research. The objective of this action research is lowering of ability read quickly of VII E class, SMP Negeri 2 Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo because still under minimum buoundary qualifiying by curriculum 2004, namely Speed Reading (SR) minimums 200 kpm and understanding of content (OUC), minimum 75%. This is happened because not yet applied of eye movement’s method in reading. The method used in this research is Classroom Action Recearch (CAR) method with four steps in one cycle. The method covered four steps, are 1) planning, 2) Acting, 3) Observing, and 4) Reflecting. Applied by research design is research design according to Kemmis & Taggart. This research have to collaborative, that is research involve class teacher cooperate to indentify action, prepare the action, do the action, observation, and do reflecting. Thi research is analyzed with critical analysis descriptive technique with data finding description and compare with performance indicator which have been determined. The result of this classroom action research indicate that: First, study read quickly of VII E class can going effectively by applying eye movements that is by appliying word perception practice, phrase  perception practice, widened eye reach practice, and concentrace practice. Second, with eye movement’s method it appears can improve ability read, consist of speed read (SR) and understandung of content (UOC) to stundents of VII E class, SMP Negeri 2 Tawangsari, Sukoharjo. Third, the improvement of ability read quickly with eye  movement’s method count with the first condition before give the action to first cycle until third cycle be improvement, like: Speed Read miminum 200 kpm improve to 0% become 37,5%, its mean there are improvement amount 37,5%. Understanding of Content improve to 62,5% become 75%. Its mean there are improvement amount 12,5%.

Kata Kunci: aktivitas, prestasi belajar, model ATI.
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pe-lajaran kepada siswa-siswa, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran terprogram, latihan sesama teman, si-mulasi, karyawisata, induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah, insi-den, seminar, bermain peran, proyek, pratikum, dan lain-lain, masing-masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Disamping metode, penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Usman dan Nurdin (2002: 94) berpendapat bahwa “tujuan pem-belajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta ke-mampuan yang harus dimiliki siswa”. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Apabila telah ditetapkan satu tujuan khusus, maka persoalan selanjutnya bagi seorang tenaga pengajar menetapkan suatu cara yang memberikan jaminan tertinggi akan tercapainya tujuan itu sebaik-baiknya.
Untuk menyusun strategi dalam memilih metode atau model pembelajaran yang sesuai, guru harus mengetahui pengetahuan awal siswa, yang diperoleh melalui pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran, agar sewaktu memberi materi pengajaran kelak, guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa. Dengan tercapainya tujuan pembe-lajaran, maka dapat dikatakan guru telah berhasil dalam mengajar. Selain penetapan tu-juan dan pengetahuan awal siswa, bidang studi/pokok bahasan juga sebagai penentu da-lam memilih dan menetapkan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan. De-ngan demikian, metode yang kita gunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa.
Begitu juga alokasi waktu dan sarana penunjang akan digunakan acuan dalam penyesuaian dan ketepatan menerapkan metode pembelajaran. Metode yang diterapkan harus mengikuti dan menyesuaikan ketersediaan waktu atau yang dialokasikan dalam kurikulum. Dengan ketepatan waktu yang disesuaikan pemi-lihan metode yang tepat, akan menjadi alternatif metode yang diterapkan. Penerapan metode pembelajaran yang dipilih harus mampu membangkitkan keaktifan siswa, memacu minat dan motivasi siswa dan meningkatkan prestasi akademik/hasil belajar siswa. Hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari luar dan faktor yang berasal dari dalam diri siswa/pelajar (Depag, 2002: 64).
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki-nya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping kemampuan, faktor lain yang juga mempunyai kontribusi terhadap hasil belajar seseorang adalah “motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasa-an belajar, faktor fisik dan faktor psikis” (Sudjana, 2005; 39). Adanya pengaruh dari dalam diri siswa merupakan hal yang logis jika dilihat bahwa perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang disadarinya. Jadi sejauh mana usaha siswa untuk mengkondisikan dirinya bagi perbuatan belajar, sejauh itu pula hasil belajar akan dicapai.
Meskipun demikian, hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya, yang disebut lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran yang dikelola oleh guru. “Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajar-an” (Depag, 2002: 64). Oleh sebab itu, hasil belajar di sekolah dipengaruhi oleh kapasi-tas dan kualitas pembelajaran. Dan kualitas pembelajaran berkaitan erat dengan terse-dianya perangkat pembelajaran, model pembelajaran, minat siswa dan lain-lain. Melalui perangkat pembelajaran yang ada, pemilihan model pembelajaran yang tepat, diharap-kan tercapainya tujuan pendidikan, yaitu kualitas pembelajaran yang meliputi aktivitas dan hasil prestasi belajar siswa.
Melalui tercapainya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar, berarti penyelenggara pendidikan telah ikut berpartisipasi menyukseskan tercapainya target kurikulum. Diharapkan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang berlaku dan pemilihan model pembelajaran yang tepat, dapat mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan individual siswa, serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Aktivitas Belajar
Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang selalu memperhatikan pe-ngembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diwujudkan dalam beberapa aktivitas belajar. Ketiga aspek tersebut menyatu dalam satu individu dan tampil dalam bentuk suatu kreativitas. Sedangkan pembinaan dan pengembangan kreativitas berarti mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Melakukan berbagai kegiatan belajar berarti membuat belajar lebih efektif. Kegiatan itu antara lain; mendengarkan, melihat mengerjakan atau berbentuk perbuatan lain sehingga memungkinkan pengalaman belajar yang diperoleh lebih baik. Sardiman (1998: 100) berpendapat bahwa, pemenuhan kebutuhan untuk bergaul dan mengenal siswa, guru dan orang lain merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial siswa. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan, guru harus dapat membangkitkan dan menciptakan suasana kerjasama, tolong-menolong dan seba-gainya, sehingga dapat melahirkan pengalaman belajar yang lebih baik, atau aktivitas ini lebih dikenal dengan aktivitas sosial. Sebagaimana firman Allah SWT:
(¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur
“Artinya: …dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS. 5: 2)”.
Soemanto (1987: 107) berpendapat bahwa ada tiga fakor yang mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu: “faktor stimuli belajar, metode belajar, dan faktor individual”. Yang dimaksud dengan stimuli belajar adalah ”segala hal di luar individu yang merang-sang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar” (Soemanto, 1987: 108). Perbuatan atau aktivitas belajar yang disebabkan faktor stimuli inilah yang menyebab-kan adanya dorongan atau motivasi dan minat dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Dalam proses belajar mengajar, metode yang digunakan guru akan mempenga-ruhi belajar siswa. adapun faktor yang menyangkut metode belajar adalah: kegiatan berlatih atau praktek, Pengenalan hasil belajar, bimbingan dalam belajar. Faktor indivi-dual siswa juga sangat berpengaruh dalam aktivitas belajar siswa. Adapun faktor-faktor individual ini menyangkut hal-hal seperti; kematangan, pengalaman sebelumnya,  dan kondisi kesehatan.
Ahmadi dan Supriyono (1991: 137), menyatakan bahwa kematangan yang dica-pai oleh individu merupakan proses pertumbuhan fisiologinya. Kematangan terjadi akibat adanya perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani, dibarengi dengan peru-bahan kualitatif terhadap struktur tersebut. Sebab kematangan memberi kondisi fungsi fisiologis termasuk fungsi otak saraf untuk berkembang.
Pengalaman yang diperoleh sebelumnya dari lingkungan akan turut serta mem-pengaruhi perkembangan individu dalam memahami dan mempelajari pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi dan Supriyono (1991: 138), “pengalaman belajar yang diperoleh individu ikut mempengaruhi hasil belajar yang bersangkutan”. Lingkungan ikut memegang peranan penting dalam pembentukan watak dan pemahaman terhadap proses dan hasil belajar.
Soemanto (1987: 115), berpendapat bahwa, individu yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Seorang siswa yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kesalahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Kesehatan yang dijaga dengan baik akan berpengaruh terhadap efektifnya aktivitas belajar siswa.
Prestasi Belajar
Menurut Winkel (1991: 161), prestasi adalah “bukti usaha yang dapat dicapai”. Dengan kata lain prestasi yaitu hasil usaha yang diwujudkan dengan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Sedangkan prestasi belajar menurut Poerwadarminto (1988: 700) diartikan “sebagai penguasaan pengetahuan atau keteram-pilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan guru”.
Sudjana (2005: 45), mengartikan prestasi belajar sebagai “kemampuan, keteram-pilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan proses untuk mendapatkan perubahan tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik”. Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang dicapai siswa penting diketahui oleh guru agar dapat mendesain pem-belajaran lebih tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar mengajar, keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, selain diukur dari segi prosesnya.
Bertitik tolak dari pengertian prestasi belajar tersebut, dapat diambil suatu ke-simpulan bahwa prestasi belajar adalah ketrampilan dan penguasaan mata pelajaran, dimana penguasaan mata pelajaran tersebut dinilai dengan angka sebagai perwujudan yang telah dicapai siswa dalam belajarnya.
Oleh karena itu, dalam memberikan nilai sebagai tolok ukur keberhasilan siswa hendaknya menyangkut tiga aspek, yakni kognitif, afektif dan aspek psikomotorik, sehingga hasilnya benar-benar merupakan perwujudan prestasi yang sebenarnya. Sebab prestasi yang sebenarnya mengandung kompleksitas dengan berbagai pola tingkah laku sebagai hasil dari belajarnya.
Berdasarkan pengamatan awal terhadap pelaksanaan dan hasil pembelajaran al-Qur’an Hadits di MTs Sultan Fatah Gaji Guntur Demak, ditemukan beberapa permasa-lahan, diantaranya:
1)      Pembelajaran selama ini masih cenderung monoton dan belum divariasikan dengan metode lain yang lebih variatif, misalnya yang memperhatikan perbedaan individual siswa. Hal ini menyebabkan aktivitas siswa rendah atau pasif, yaitu hanya 34% orang siswa yang aktif dan 66% orang siswa pasif.
2)      Prestasi belajar masih rendah, hal ini dibuktikan dari hasil ulangan semester ganjil yang berjumlah 40 siswa, sebanyak 22 atau sekitar 55% belum berhasil mendapat- kan nilai 6,5 sebagai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan.
Peneliti juga melakukan wawancara awal dengan beberapa siswa terhadap kon-disi pembelajaran al-Qur’an Hadits di MTs Sultan Fatah Gaji Guntur Demak. Hasilnya adalah bahwa siswa merasa jenuh, kurang bersemangat karena guru mengajar senantiasa monoton dan pembelajaran satu arah (berpusat pada guru) tanpa melibatkan kemampuan siswa.
Permasalahan utama dari kondisi di atas adalah model pembelajaran yang digu-nakan guru dalam kegiatan belajar mengajar al-Qur’an Hadits yang berakibat kepada aktivitas dan prestasi belajar siswa masih rendah, maka diperlukan suatu cara pembela-jaran yang lebih menarik, salah satu diantaranya adalah dengan memperhatikan perbe-daan kemampuan individual siswa.
Secara garis besar ada beberapa alasan dan pertimbangan-pertimbangan me-ngapa ATI (Aptitude Treatment Interaction) ingin diterapkan dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits, diantaranya: pertama, karena model ATI menekankan pada penyesuaian pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan siswa. Pembelajaran dikem-bangkan berdasarkan karakteristik kemampuan masing-masing kelompok, yaitu kelom-pok tinggi, sedang dan rendah. Kedua, karena model ATI yang akan dikembangkan memiliki konsistensi yang sama dengan teori-teori “multiple intelegence” (Nurdin, 2005:16) yaitu lebih memfokuskan diri pada perkembangan siswa. Dan ketiga, karena model ATI mengkaji dan membahas persoalan-persoalan ilmiah yang berhubungan dengan masalah manusia dan lingkungan.
Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction)
Menurut Cronbach (1996: 249), mendefinisikan ATI sebagai “…as the study of aptitude-treatment interaction approach (ATI), is the search for treatments that are tailored to individual differences in aptitudes. That is, treatments that are optimally effective for studnts of different aptitude levels”.
ATI Approach sebagai sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan menemu-kan perlakuan-perlakuan (treatments) yang cocok dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa, yaitu perlakuan (treatment) yang secara optimal efektif diterapkan untuk siswa yang berbeda tingkat kemampuannya.
Secara subtantif dan teoritik “Aptitude Treatment Interaction (ATI)” dapat diartikan sebagai suatu konsep/pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembela-jaran yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuan siswa. Pengertian ini senada dengan definisi yang dikemukakan Nurdin (2005: 37), yang selanjutnya atas dasar asumsinya bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian antara pembelajaran dengan perbedaan kemampuan siswa.
Nurdin (2005: 38) menyatakan bahwa secara statistik dan metodologi, ATI dimaknai sebagai suatu interaksi statistik yang bersifat multiplikatif (gabungan) dari sekurang-kurangnya satu variabel manusia (independent) dan satu variabel perlakuan (independent), dalam mempengaruhi satu variabel hasil belajar (dependent). Dengan pernyataan tersebut menggambarkan adanya hubungan timbal balik antara hasil belajar yang diperoleh siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran. Hal ini berarti bahwa prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh kondisi pembe-lajaran yang dikembangkan guru di kelas, terutama sekali dalam hal tindakan yang di-lakukan guru dalam penerapan model ATI tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat diperoleh beberapa makna esensial dari model pembelajaran ATI, adalah; a) ATI merupakan suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuannya.b) Sebagai sebuah kerangka teoritik ATI berasumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar akan tercipta apabila perlakuan-perlakuan dalam pembe-lajaran disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan siswa. C)Terdapat hubungan timbal balik antara prestasi belajar yang dicapai siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran di kelas atau dengan kata lain, prestasi belajar yang diperoleh siswa tergantung bagaimana kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru di kelas.
Prinsip model pembelajaran ATI
Secara hakiki ATI bertujuan untuk menciptakan dan mengambangkan suatu model pembelajaran yang betul-betul peduli dan memperhatikan keterkaitan antara kemampuan seseorang dengan pengalaman belajar atau secara khas dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Agar tingkat keberhasilan (efektivitas) pe-ngembangan model pembelajaran ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam pengem-bangan dan implementasinya perlu diperhatikan dan dihayati beberapa prinsip model ATI, seperti yang telah dikemukakan oleh Snow dalam Nurdin (2005: 40) sebagai berikut:
a.        Bahwa interaksi antara kemampuan dan perlakuan pembelajaran berlang-sung di dalam pola yang kompleks, dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel-variabel tugas/jabatan dan situasi. Karena itu, dalam mengimple-mentasikannya perlu diperhatikan dan diminimalisasikan bia yang diperkira-kan mingkin berasal dari variabel-variabel tersebut.
b.       Bahwa lingkungan pembelajaran yang sangat struktur cocok bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah. Sedangkan lingkungan yang kurang terstruk-tur lebih pas bagi siswa yang pandai.
c.        Bahwa bagi siswa yang memiliki rasa percaya diri kurang atau sulit dalam menyesuaikan diri (minder), cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalam lingkungan yang terstruktur. Sebaliknya bagi siswa yang tidak pencemas atau memiliki rasa percaya diri tinggi, belajarnya akan lebih baik dalam situasi pembelajaran yang agak longgar (fleksibel).
Dari prinsip-prinsip di atas, dapat dimengerti bahwa dalam mengimplemen-tasikan model ATI, masalah pengelompokkan dan pengaturan lingkungan belajar bagi masing-masing karakteristik kemampuan siswa, merupakan masalah mendasar yang harus mendapat perhatian utama dari praktisi pendidikan (guru).
Tujuan Pembelajaran ATI
Keberhasilan model pembelajaran ATI mencapai tujuan dapat dilihat dari sejauh mana terdapat kesesuaian antara perlakuan-perlakuan yang telah diimple-mentasikan dalam pembelajaran dengan kemampuan siswa. kesesuaian tersebut akan termanifestasi pada prestasi belajar yang dicapai siswa. semakin tinggi optimalisasi yang terjadi pada pencapaian prestasi belajar siswa, maka berarti makin tinggi pula tingkat keberhasilan (efektivitas) pengembangan model pembelajaran ATI dalam pembelajaran.
Untuk mencapai tujuannya, ATI berupaya menemukan dan memilih sejumlah strategi, pendekatan, metode/cara, kiat yang akan dijadikan sebagai perlakuan yang tepat, yaitu perlakuan yang sesuai dengan perbedaan kemampuan siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama model pembelajaran ATI adalah terciptanya opti-malisasi/peningkatan prestasi belajar, melalui penyesuaian pembelajaran dengan perbe-daan kemampuan siswa.
Pembelajaran al-Qur’an Hadits dengan  Model ATI
Dipilihnya model pembelajaran ATI dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits harus disesuaikan dengan karakteristik penguasaan materi yang dipelajari, seperti pokok bahasan hukum membaca al-Qur’an atau lebih dikenal ilmu tajwid.
Pembelajaran ilmu tajwid di MTs. mengacu pada kurikulum yang berlaku, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP ilmu tajwid yang diajar-kan kepada siswa kelas VIII adalah hukum bacaan mim sukun, lam dan ra; serta hukum bacaan mad. Materi ini setelah dipelajari mengandung muatan pengajaran yang berva-riasi bagi siswa yang mengampunya. Karena tidak semua siswa terbiasa atau telah mengenal materi ini, apalagi bagi mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan bukan dari sekolah agama, seperti madrasah, pesantren dan lain-lain.
Bagi guru, mempelajari dan menerapkan metode atau model dalam menyampai-kan materi ini masih sulit, disebabkan tingkat kemampuan siswa yang beragam. Dengan model ATI, yang berisi strategi dalam menyampaikan materi dengan menyesuaikan tingkat kemampuan siswa dapat diterapkan dengan tahap-tahap tertentu. Bagi siswa berkemampuan rendah mempelajaran materi ini harus lebih ditekankan pada pengu-langan vokal atau ketepatan bacaan secara berulang-ulang (fasih) melalui re-teaching dan tutorial.
Sedang kelompok siswa berkemampuan sedang untuk menerima materi ini dapat dilakukan dengan pembelajaran konvensional atau ceramah dan penjelasan pada bagian-bagian tertentu. Kelompok siswa berkemampuan tinggi, yang tingkat penguasaan materinya cukup dengan membaca sendiri atau belajar mandiri, pemberian materinya melalui modul, atau mencari sumber lain, seperti membaca ayat-ayat langsung dalam al-Qur’an, kitab tajwid dan lain-lain.
Model pembelajaran ATI yang akan dikembangkan dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits terdiri dari empat tahap langkah sebagai berikut:
a.       Treatment Awal
Pemberian perlakuan awal terhadap siswa dengan menggunakan aptitude testing. Perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan, dan sekaligus untuk mengetahui potensi kemampuan masing-masing siswa dalam menghadapi informasi/pengetahuan atau kemampuan-kemampuan baru.
b.       Pengelompokkan siswa
Pengelompokkan siswa yang didasarkan pada hasil aptitude testing. Siswa di dalam kelas diklasifikasi menjadi tiga kelompok, yang terdiri dari kelompok siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Atau kelompok cepat, sedang dan lambat.
c.       Memberikan Perlakuan (Treatment)
Kepada tiap-tiap kelompok yang telah terbentu diberikan perlakuan (treatment) yang dipandang cocok/sesuai dengan karakteristiknya. Dalam pembelajaran ini, siswa yang berkemampuan “tinggi’ diberikan perlakuan berupa self-learning melalui modul. Siswa yang memiliki kemampuan “sedang” diberikan pembelajaran secara konven-sional atau reguler teaching. Sedangkan kelompok siswa yang berkemampuan “rendah” diberikan perlakuan dalam bentuk regular teaching dan tutorial. Tutorial dapat diberikan oleh guru al-Qur’an Hadits sendiri atau oleh mitra kolaboratif dalam penelitian ini, yang sebelumnya sudah menerima petunjuk dan bimbingan dari guru.
d.      Achievemen Test
Di akhir setiap pelaksanaan siklus dilakukan penilaian prestasi belajar setelah diberikan perlakuan-perlakuan pembelajaran kepada siswa dengan klasifikasi yang telah terbentuk (tingi, sedang dan rendah), tentunya mengacu pada prosedur tindakan penelitian yang dirancang sebelumnya.
Kemudian untuk mengetahui seberapa jauh terjadi peningkatan prestasi belajar atau optimalisasi prestasi belajar melalui pengembangan pembelajaran model ATI, dilakukan pengukuran melalui prosentase sebagaimana dijelaskan pada bab selanjutnya dari penelitian ini, sehingga seberapa jauh peningkatan yang telah dicapai.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa model pembelajaran yang  diterapkan pada pembelajaran al-Qur’an Hadits diharapkan mampu meningkatkan akti-vitas dan prestasi belajar siswa. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang  ada pada pembelajaran al-Qur’an Hadits selama ini yang  terkesan monoton, guru mengajar satu arah, dan siswa selalu pasif selama proses pembelajaran.
METODE PENELITIAN 
Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah serta melakuakn perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksana-kan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas. Sebagaimana dikatakan oleh Supardi, dkk (2007: 102) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah merupakan penelitian reflektif yang  dilakukan pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, mening-katkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan  masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan yang dilalui yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahapan ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap tahapan siklus didasarkan atas masukan dari siklus sebelumnya (Arikunto dkk., 2006: 17).
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Sultan Fatah Gaji Guntur Demak. Adapun madrasah yang berstatus swasta ini memiliki letak yang strategis, yaitu berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, sehingga keberadaannya telah lama dan mendapat perhatian dari penduduk yang berminat menyekolahkan putra-putri mereka di madrasah tersebut. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang tidak pernah kurang untuk menampung mereka dalam kelas yang tersedia, bahkan terlihat dari jumlah yang ada setiap kelas kurang lebih 40 siswa merupakan kelas besar. Jumlah rombel (rombongan belajar) terdiri dari tiga kelas setiap tingkatan yang ada, yaitu sembilan kelas dengan kelas VII ada tiga kelas, kelas VIII terdiri tiga kelas serta kelas IX juga tiga kelas.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B semester II (genap) tahun pelajaran 2007/2008, jumlah siswa dalam kelas tersebut sebanyak 40 siswa, yang terdiri dari 21 siswa putra dan 19 siswa putri.
Hasil Penelitian
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan akhir siklus didapatkan hasil prestasi belajar siswa, yang menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu rerata hasil belajar klasikal dan individual siswa. Perbandingan peningkatan prestasi belajar siswa yang didapat dari pelaksanaan tes akhir siklus adalah sebagaimana terangkum dalam tabel berikut ini.

Tabel 1Peningkatan Prestasi Belajar dari Data Awal, Siklus I dan Siklus II

Keterangan
Data Awal
Siklus I
siklus II
Nilai tertinggi
85
90
90
Nilai terendah
55
60
60
Nilai rata-rata
64.5
72.22
72.22
Jml.tuntas
18
33
33
Jml tdk tuntas
22
7
7
Tuntas klasikal (%)
45%
82.5%
82.5%
Tidak Tuntas (%)
55%
17.5%
17.5%
Jumlah siswa
40
40
40
Data tentang Peningkatan aktivitas belajar al-Qur’an Hadits siswa Pada Siklus I, seperti tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 1 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

No
Aspek yang Diamati
Siklus I

Siklus II

1
Menjawab/merespon pertanyaan guru
3.5
4
2
Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran
4
4.5
3
Memusatkan perhatian, pada kegiatan yang dilakukan guru
4
5
4
Mencatat pelajaran ke dalam buku catatan
5
4.5
5
Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru
4
3
6
Mengerjakan tugas, seperti LKS, mencari bahan pelajaran dll.
5
4
7
Memperhatikn petunjuk yang diberikan guru
4
5
8
Aktif berdiskusi dan membantu teman
4
5
9
Bertanya terhadap materi yang belum paham
3.5
4
10
Menyimpulkan materi bersama guru.
3
5

Skor total
40
50

% aktivitas keseluruhan
78%
88%
PEMBAHASAN
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus I adalah meningkat 36% dari data awal 34% menjadi 78% (siklus I) dengan kategori baik. Sedangkan pada siklus II meningkat lagi dengan jumlah skor rata-rata dari keseluruhan indikator yang dijadikan pengukuran sebesar 88% atau meningkat 18% dari siklus I, dengan kategori sangat baik.
Diagram peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggu-nakan model pembelajaran ATI tersebut dapat divisualisasikan dalam gambar berikut.


Gambar 1 Diagram peningkatan aktivitas siswa

Adapun peningkatan prestasi belajar al-Qur’an Hadits  siswa dari data awal, siklus I dan siklus II adalah meliputi; nilai yang dicapai siswa secara keseluruhan (rerata) dalam siklus I mengalami peningkatan sebesar 7.73 dari data awal rerata awal 64.5 menjadi 72.23. Kemudian siklus II mengalami peningkatan sebesar 5.65 dari siklus I 72.23 menjadi 77.88 pada siklus II. Sedangkan peningkatan siklus II dari data awal terpaut angka 13.38 dari 64.50 menjadi 77.88. Rerata kenaikan prestasi belajar siswa persiklus menunjukkan adanya kefektifan model pembelajaran yang sedang dikembangkan. Hasil perubahan dan peningkatan prestasi belajar siswa tersebut dapat dilihat dalam gambar/diagram di bawah ini.


Gambar 2 Kenaikan Prestasi Belajar Siswa

Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diketahui jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebesar 82.23%, hasil menunjukkan adanya peningkatan dari 45% sebelum diberi tindakan, sehingga peningkatan prestasi belajar siswa dari dan sesudah diberi tindakan meningkat sebanyak 38%, dari jumlah keseluruhan seba-nyak 40 siswa. Pada siklus I, terdapat 33 orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 72.23, sehingga jauh lebih besar nilainya jika diban-ding sebelum penerapan model pembelajaran, yaitu hanya memperoleh nilai rata-rata sebesar 64.5.
Kemudian perubahan dan peningkatan dalam masing-masing kelompok (kelompok tinggi, sedang dan rendah), yang diperoleh dari peningkatan nilai rata-rata tiap kelompok siswa tiap siklus adalah:
1)      Kelompok siswa berkemampuan rendah, pada siklus I mengalami peningkatan berturut-turut; 57.44 (data awal); 63.44 (siklus I) dan ; 69.06 (pada siklus II).
2)      Kelompok siswa berkemampuan sedang, mengalami peningkatan dari data awal 63.84 menjadi 72.85 pada siklus I, sedangkan pada siklus II mencapai nilai rata-rata sebesar 73.00.
3)      Kelompok siswa yang berkemampuan tinggi juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelompok ini dari data awal secara berturut-turut adalah 75.54 (data awal); 84.27 (siklus I) dan; 89.27 (pada siklus II). Peningkatan prestasi belajar tiap siklus tersebut dapat divisualisasikan dalam gambar berikut.

Gambar 2 Perbandingan prestasi belajar (kelompok rendah, sedang dan tinggi)

Peningkatan prestasi belajar siswa yang ditinjau dari setiap kelompok menunjuk-kan, bahwa model pembelajaran ATI yang diterapkan pada masing-masing kelompok dengan tindakan yang berbeda-beda membawa hasil yang cukup memuaskan.
Inilah ciri dari pemberian perlakuan model pembalajaran ATI yang telah sesuai dengan bentuknya, maka keberhasilan modifikasi perlakuan (treatment) tersebut sema-kin memperkuat pandangan dan pendapat yang menyatakan perlunya diperhatikan prin-sip individualitas dalam pembelajaran, yaitu menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individual siswa. Sebagaimana dikemukakan Nasution (1986: 124) dalam Nurdin (2005: 218) bahwa:
“khusus untuk anak-anak yang kurang pandai, kurang cepat memahami, kurang pandai mengingat; (1) pengajaran harus lebih kongkrit, banyak pengalaman langsung, banyak alat peraga; (2) banyak mengulang akan tetapi diusahakan pe-ngertian lebih dahulu; (3) bervariasi, selingan, motivasi, karena perhatian mere-ka kurang lama; juga cukup aktivitas jasmaniah”.
Disamping itu, modifikasi yang dilakukan pada kelompok berkemampuan ren-dah dalam penelitian tindakan ini, juga menekankan pada aspek motivasi yaitu doro-ngan yang diberikan terus menerus kepada siswa agar mereka dapat meningkatkan pe-mahaman terhadap pelajaran dan pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan akti-vitas mereka serta mampu mengoptimalkan prestasi belajar. Mereka harus dibimbing, diarahkan dan diberi motivasi dalam belajar, baru bisa mengerti dan paham.
Sebagaimana dikemukakan oleh Nurdin (2005: 66), menyamaratakan pembela-jaran bagi semua kelompok kemampuan (aptitude) siswa, rasanya tidaklah adil dan dapat dipandang sebagai sesuatu yang melanggar prinsip-prinsip demokrasi dalam pendidikan. Karena setiap kelompok kemampuan memiliki perbedaan karakteristik, terutama dalam hal kemampuan (aptitude), yang semestinya mendapatkan layanan pem-belajaran yang berbeda sesuai dengan karakteristik masing-masing. Memisahkan secara absolut mereka menjadi tiga kelas yang berbeda, yaitu kelas anak-anak yang pandai, sedang dan rendah, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak psikologis yang kurang baik bagi siswa dan orang tua.
Agaknya upaya terbaik menghadapi kondisi riil seperti ini adalah melalui pemberian layanan pembelajaran yang adaptif, yaitu layanan pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan masing-masing karakteristik kemampuan siswa tersebut. Sebagai-mana dianjurkan oleh Cronbach dalam Nurdin (2005: 67), ”adaption by altering instructional methodes teach different pupils with different methodes.” Anjuran diatas didukung oleh Beard dan Hartley (1984: 80) dengan menyatakan, bahwa untuk mengatasi masalah perbedaan individual siswa dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan melalui…..” Matching teaching methodes to different group of student”. Oleh karena itu setiap guru professional senantiasa akan berupaya mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa, salah satunya adalah seperti yang telah peneliti dan guru mitra lakukan kepada siswa-siswi MTs. Gaji Guntur Demak, khususnya kelas VIII B.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Prosentase aktivitas belajar siswa dalam siklus I dan siklus II, secara berturut-turut sebesar; 78% dan 88%.
Penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) juga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 83%. Sedangkan pada siklus II, prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 98%.
Saran
Disadari bahwa penelitian tindakan ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, karena itu dianggap perlu penyampaian beberapa harapan dan saran. Saran dan harapan dalam penelitian ini adalah:
Pertama, bagi guru, dalam mengajar al-Qur’an Hadits, hendaknya diciptakan pembelajaran menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan kemampuan indi-vidual siswa seperti penerapan ATI, sehingga tumbuh suatu kesan bahwa pelajaran al-Qur’an Hadits tidak sulit, dapat dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Ini dimaksudkan agar guru mampu menumbuhkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Kedua, bagi siswa siswa MTs Sultan Fatah Gaji Guntur Demak khususnya, agar senantiasa tekun, ulet dan sabar dalam belajar al-Qur’an Hadits. Rasa tidak suka dan sikap negatif terhadap pelajaran al-Qur’an Hadits jika ada, hendaknya dirubah menjadi sikap yang positif. Jangan karena belum bisa menguasai sebagian materi yang diajarkan guru, lantas menjauhi apalagi membenci terhadap pelajaran al-Qur’an Hadits.
Ketiga,bagi peneliti berikutnya, studi ini dilakukan pada satu kelas atau penelitian tindakan kelas. Hal ini secara rasional memiliki barometer yang sangat terbatas. Oleh karena itu, untuk melihat tinggi tidaknya aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang diterapkan, perlu untuk melakukan penelitian dan pengembangan terhadap masalah sejenis dan wilayah yang berbeda, guna mene-mukan dan mengembangkan penelitian lebih lanjut untuk menemukan modifikasi perla-kuan (treatment) khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda.
Penelitian tindakan kelas ini hanya terdiri dari dua siklus, sehingga kemungkinan peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa akan lebih baik lagi apabila siklus ini dapat ditambah pada siklus ketiga dan seterusnya.



DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Abu & Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Beard, M & Hartly. J. 1984. Teaching and Learning in Higher Education, London: Hrper & Row Publisher.

Cronbach, J. 1996. Essentials of Psychological Testing, New York: Harper & Row Publisher.

Depag RI. 2002. Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional.

Nurdin, Syafruddin, 2005. Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: PT. Ciputat Press

Poerwadarminta, WJS. 1988. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Sardiman A. M. 1998. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru, Jakarta: Rajawali.

Soemanto, Wasty.  1997. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Supardi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Basyiruddin dan Nurdin, S. 2002. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers.

Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.

Tidak ada komentar: