Rabu, 15 Februari 2012

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)



  1. MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V DI SDN 001 SANGATTA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

    PROPOSAL PENELITIAN

    Diajukan untuk mengadakan penelitian

    OLEH : ALI ANWAR
    NIM: 09.01.0024



















    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SANGATTA
    ( STAIS )
    KABUPATEN KUTAI TIMUR
    2011





    A. Latar Belakang Masalah
  1. Berubahnya sistem pendidikan di Indonesia, dengan adanya perubahan ini maka pengajar harus bisa kreatif dalam proses belajar mengajar dikelas khususnya pelajaran agama untuk bisa memahamkan siswa yang telah diajarkannya.
  2. Untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat perkembangan pendidika, maka dewasa ini diperlukan sebuah metode pembelajar yang sesuai, agar proses pembelajaran lebih aktif dan efesien.
  3. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Maka dari itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran yang lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Depdikbud (1999).
  1. Judul
Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V Di SDN 001 Sangatta Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”
  1. Identifikasi Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:
  1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas V SDN 001 Sangatta Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.
  2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.
Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan peningkatan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan metode Discovery pada siswa kelas V SDN 001 kecamatan Sangatta Selatan kabupaten Kutai Timur tahun pelajaran 2011/2012”.


  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran pendidikan agama islam pada siswa kelas V di SDN 001 Sangatta Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012?
  1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran discovery mata pelajaran pendidikan agama islam pada siswa kelas V di SDN 001 Sangatta Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.
  1. Manfaat Penelitian
Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
  1. Manfaat Teoritis
  1. Guru Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pendidikan agama islam.
  2. Siswa Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran pendidikan agama islam
  3. Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah tersebut.
  1. Manfaat Praktis
  1. Dapat berguna bagi penulis untuk mengetahui problem-problem di dalam pengajaran pendidikan agama islam di kelas V di SDN 001 Sangatta Selatan
  2. Berguna bagi para guru yang berkecimpung dalam dunia pendidikan baik secara formal maupun non formal
  1. HipotesisTindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
  1. Penerapan pembelajaran disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran pendidikan agama islam pada siswa kelas V di SDN 001 Sangatta Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.

  1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
  1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.
  2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 001 Sangatta Selatan . Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012.
  3. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
  1. Kajian Pustaka
    1. Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah: logam apabila diadakan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri   atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara meng~ajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
  1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
  2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.
  3. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengankernampuannya masing-masing.
  4. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 
  5. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan.
    1. Motivasi Belajar
      1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah daya dalarn diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang rnengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. :Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
    1. Hubungan Motivasi Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal dan motivasi siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam akan meningkat.

    1. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian sebagai berikut:
      1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat penting bagi peneliti.
      2. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
      3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dari kegiatan diatas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru yang dilakukan oleh siswa.
Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran dikelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa yang sedang belajar.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
  1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran disekolah
  2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
  3. Meningkatkan sikap profesional pendidikan dan tenaga pendidikan
  4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lngkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :
  1. Kegiatan nyata dalam situasi
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, kinerja jika penelitian dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitian tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.
  1. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka dengan hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Penelitian tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan. Penelitian tindakan bukan menyangkut materi atau topik bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu startegi, pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.
  1. SWOT sebagai dasar pijakan
PTK harus dimulai dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih sebuah tindakan peneliti harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subyek tindakan kiranya dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir “bahaya” di luar diri dan subyeknya sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengubah resiko
  1. Upaya empiris dan sistematik
Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakanya analisis SWOT, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistematik, perpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sitem yang keterlaksanaanya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait.
  1. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
SMART merupakan akronim dari Spesific (Khusus, tidak terlalu umum), Managable (dapat dikelola, dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat diterima lingkungan, dapat dicapai, dijangkau), Realistic (operasional, tidak di luar jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu, terencana).
Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga Acceptable/Achievable adalah yang paling terkait dengan subyek yang akan diteliti. Oleh karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut tindakan yang akan diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan demikian, guru guru dapat mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh. Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang tinggi.
Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :
  1. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Peneliti tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengalati proses yang dijalankan.
  2. Pelaksanaan tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
  3. Pengamatan (Observing), Yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
  4. Refleksi (Reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam hal ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatanya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :
  1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi didalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
  2. Menuntut dilakukanya pencermatan secara terus menerus, objektif, dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti.
  3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang beruntun.
  4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
  5. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
  6. Harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.
Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut adalah : (a) siswa, (b) guru, (c) materi pelajaran, (d) peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakandi kelas dan di laboratorium, (e) hasil pembelajaran, (f) lingkungan, dan (g) pengelolaan, hal yang termasuk dalam pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lain-lain.
Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar dan yang kedua adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persyaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.

  1. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi social ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.
    1. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
    1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN 001 Sangatta Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
    1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember semester Ganjil 2011/2012
    1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas V SDN 001 Sangatta Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012
    1. Rancangan Penelitian















Gambar Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
  1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
  2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model discovery .
  3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
  4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
  5. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
    1. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pemberian tugas belajar dan resitasi, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
    1. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
  1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:


DAFTAR PUSTAKA

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.


Proposal Kualitatif


UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI BAHASA ARAB
DI MADRASAH TSANAWIYAH INSAN CENDEKIA
SANGATTA UTARA
 TAHUN PELAJARAN 2011/2012


PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk mengadakan penelitian

OLEH :
ALI ANWAR
NIM : 09.01.0055












SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SANGATTA
( STAIS )
KABUPATEN KUTAI TIMUR
2011






UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI BAHASA ARAB
DI MADRASAH TSANAWIYAH INSAN CENDEKIA
SANGATTA UTARA
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat berkomunikasi antar manusia yang satu dengan yang lain, individu dengan individu, individu dengan masyarakat guna mencapai maksud-maksud serta kepentingan-kepentingan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Sehubungan dengan ini pengajaran bahasa Arab sangat erat kaitannya dengan muhadasah. Melalui muhadasah siswa dapat berkomunikasi secara langsung dengan siswa yang lain dan akan membiasakan bagi diri siswa berbahasa Arab serta akan dapat menghindari kekuatan dalam menggunakan bahasa Arab guna mengungkapkan maksud-maksud yang ingin disampaikan, maka dengan demikian bahasa bukan saja alat untuk berkomunikasi antar satu Negara dengan Negara yang lain, tetapi lebih luas dari pada itu bahasa merupakan suatu kebutuhan sehingga pengembangannya pun menuntut manusia kepada kemampuan dan penguasaan berbahasa.
Adapun mempelajari bahasa Arab adalah merupakan suatu kebutuhan pokok umat Islam sedunia karena satu-satunya bahasa yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi secara vertikal hamba dengan kholiknya dalam beribadah khususnya ibadah sholat (Bahasa Arab, 2007:1). Bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa agama Islam dan mempelajarinya maksud dan tujuan agar dapat mudah bisa membaca al-Qur’an dengan baik mampu memahami, mengerti, dan menghayati makna yang terkandung didalam al-Qur’an itu sendiri maupun dalam al-hadist dan kitab-kitab agama serta ilmu pengetahuan yang berbahasa Arab, bahkan Allah SWT memberikan kelebihan bahasa Arab sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an surat Azzuhruf ayat 3 yang berbunyi :
      
Artinya : Sesungguhnya kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya)1.
Belajar bahasa Arab berarti harus sadar dengan seluruh daya upaya untuk membentuk kebiasaan baru, dengan bahasa Arab yang sedang dipelajarinya.
Adalah suatu kenyataan disadari maupun tidak disadari bahwa umat Islam dalam mempelajari bahasa Arab membutuhkan waktu yang cukup lama, lebih-lebih dalam mengembangkan bahasa Arab untuk komunikasi sehari-hari berbeda dengan bahasa asing lainnya seperti bahasa Inggris, Jepang, Prancis, dimana orang banyak mempelajari bahasa tersebut dalam waktu yang relatif singkat sudah mahir dan bisa dijadikannya sebagai bahasa komunikasi sehari-hari bagi mereka yang sudah menguasainya.
Pada umumnya pengembangan bahasa Arab sering dijumpai di pondok-pondok pesantren yang mana bahasa Arab dijadikan bukan hanya sekedar untuk dapat memahami kitab-kitab klasik Islam secara mendalam, tetapi juga dikembangkan dan dimasyarakatkan pemakaiannya untuk berkomunikasi dan berekspresi. Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara berusaha untuk mengembangkan bahasa Arab sebagai alat komunikasi sehari-hari dikalangan Madrasah. Usaha tersebut dilakukan dengan mengadakan pelajaran bahasa Arab dan juga Arabic Club yang menunjang tercapainya komunikasi sesuai yang diharapkannya. Dalam pengembangan pelajaran bahasa Arab sebagai alat komunikasi sehari-hari tidak cukup dengan menjawab murid untuk berbahasa Arab setiap harinya, namun harus ditunjang sarana dan prasarana yang cukup memadai, dan guna meningkatkan kemampuan berkomunikasi bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara. Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengajaran bahasa Arab di dalam suatu lembaga pendidikan yaitu, upaya meningkatkan komunikasi bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
B. Fokus Penelitian
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Langkah apa yang dilakukan guru bahasa Arab dan Arabic Club dalam meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
  2. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam pengajaran bahasa Arab dan Arabic Club guna meningkatkan kemampuan berkomunikasi bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
2. Tujuan Penelitian
  1. Ingin mengetahui bagaimana seorang guru bahasa Arab maupun Arabic Club di dalam memaksimalkan pengajaran bahasa Arab maupun Arabic Club guna meningkatkan berkomunikasi bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
  2. Ingin mengetahui kendala-kendala apa saja dalam pengajaran bahasa Arab maupun Arabic Club di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
3. Manfaat Penelitian
Dengan pelaksanaan penelitian ini diharapkan agar bermanfaat sebagai berikut :
1) Manfaat Teoritis
a. Dapat dijadikan sebagai sumbangan bagi para guru bahasa Arab dan Arabic Club guna menemukan adanya problem di dalam pengajaran bahasa Arab untuk meningkatkan siswa dalam berkomunikasi bahasa Arab.
b. Untuk menambah kepustakaan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri khususnya pada bidang studi bahasa Arab guna menciptakan generasi yang berpengetahuan sempurna.
2) Manfaat Praktis
a. Bermanfaat bagi penulis dan juga guru untuk mengetahui strategi atau langkah apa yang dilakukan seorang guru didalam meningkatkan pengajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
b. Dapat bermanfaat bagi penulis untuk mengetahui problem-problem di dalam pengajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
c. Bermanfaat bagi para guru yang berkecimpung dalam dunia pendidikan baik secara formal maupun non formal serta bisa dijadikan sebagai pedoman dalam masyarakat bahasa Arab sebagai alat komunikasi sehari-hari.
C. Gambaran Umum
Penelitian ini diadakan di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara adapun alasan mengadakan penelitian lokasi ini, karena madrasah Insan Cendekia merupakan madrasah yang penulis sudah mengenal kondisinya dan penulis merupakan salah satu tenaga Tata Usaha pada madrasah tersebut. Disamping itu juga lokasi madrasah tsanawiyah Insan Cendekia mudah di jangkau oleh penulis, karena lokasi madrasah tsanawiyah Insan Cendekia berderajat dengan tempat tinggal penulis.
D. Telaah Pustaka
1. Pengertian
Upaya adalah usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar)2
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain (Ruben dan steward 1998:16)
Bahasa Arab, bagi umat Islam bahasa Arab adalah sangat penting, bahasa ini selalu digunakan dalam berbagai ritual Ibadah, Kajian kitab, dan komunikasi dalam masyarakat muslim dan merupakan mata pelajaran yang mengembangkan ketrampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, prasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, oleh karena itu patutlah kiranya upaya penguasaan bahasa Arab mulai ditanamkan pada generasi mudanya, termasuk siswa-siswa Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia adalah nama sebuah lembaga pendidikan formal tingkat menengah pertama yang terletak di Sangatta Utara. Sangatta Utara adalah salah satu kecamatan di Kutai Timur
Berdasarkan arti kata-kata di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengertian judul di atas adalah permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat tercapainya tujuan dalam bidang studi bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
2. Alasan-Alasan
Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah
a. Mengingat bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang harus di ketahui oleh segenap siswa-siswa Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia pada khususnya. Oleh sebab itu perlu di ketahui bagaimana bentuk problem tersebut, apa penyebabnya, bagaimana cara mengatasinya dan upaya apa yang harus dilakukan guna mencapai tujuan.
b. Mengingat bahwa bahasa Arab merupakan bahasa pokok bagi kaum muslim dalam melaksanakan pengabdiannya kepada Allah dan merupakan kunci yang dapat menunjang keberhasilan, didalam memperdalam A-Qur’an, Al-hadis maupun kitab-kitab lain yang menggunakan bahasa Arab.
c. Menurut pengetahuan penulis belum ada yang meneliti upaya meningkatkan komunikasi bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
Demikian alasan-alasan yang dapat penulis komunikasi di dalam memilih judul ini.
3. Tujuan Pengajaran :
Tujuan adalah rumusan keinginan yang akan di capai dengan pengajaran. Rumusan ini bukanlah didapat sambilan, tapi setelah melalui berbagai pertimbangan kepentingan yang jelas, tujuan pengajaran adalah pengembangan dan penjabaran dari tujuan pendidikan3.
Tapi kebanyakan tujuan pengajaran di berikan batasan-batasan resmi secara luas dan umum4.
Misalnya tujuan pengajaran bahasa Arab di tingkat Ibtidaiyah tentunya berbeda dengan tujuan pengajaran bahasa Arab ditingkat Tsanawiyah. Begitu juga tujuan pengajaran bahasa Arab di tingkat Tsanawiyah akan berbeda dengan tujuan pengajaran bahasa Arab ditingkat Aliyah.
Dengan adanya perbedaan tingkatan-tingkatan individu itu mengakibatkan perbedaan juga tujuan pengajaran bahasa Arab, namun penulis telah membatasi diri dalam membicarakan tujuan pengajaran bahasa Arab ditingkat Tsanawiyah khususnya Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
Dengan demikian sasaran penulis adalah apa, bagaimana, dan untuk apa pelajaran bahasa Arab diberikan di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara. Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis akan mengangkat kurikulum pengajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah.
Dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah bidang studi bahasa Arab, secara umum memiliki tujuan agar para peserta didik berkembang dalam hal:

a. Kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis secara baik.
b. Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulisan pendek sederhana dan merespon dalam bentuk kegiatan yang beragam interaktif dan menyenangkan.
c. Menulis kreatif meskipun pendek sederhana berbagai bentuk teks untuk menyampaikan informasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan.
d. Perbendaharaan kata Arab fusha sebanyak 1000 kata dalam berbagai bentuk kata dan pola kalimat yang diprogramkan meliputi tema tentang kegiatan sehari-hari, aqidah dan ibadah rasionalisasi penguasaan 1000 kata tersebut adalah 300 kata pada jenjang Ibtidaiyah dan 700 kata pada jenjang Tsanawiyah5
4. Fungsi Tujuan
Kegiatan pengajaran harus mempunyai tujuan, karena setiap kegiatan yang tidak punya tujuan akan berjalan meraba-raba, tak tentu arah dan tujuan. Tujuan yang jelas dan berguna akan membuat orang jadi lebih giat, terarah dan sungguh-sungguh. Karena itu tujuan pengajaran harus berfungsi sebagai berikut :

a. Titik pusat perhatian dan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pengajaran;
b. Penentu arah kegiatan pengajaran;
c. Titik pusat perhatian dan pedoman dalam menyusun rencana kegiatan pengajaran;
d. Bahan pokok yang akan dikembangkan dalam memperdalam dan memperluas ruang lingkup pengajaran;
e. Pedoman untuk mencegah atau menghindari penyimpangan kegiatan6.
5. Merumuskan Tujuan
Untuk dapat menjadikan tujuan tertentu sebagai petunjuk operasioanal, yakni sebagai petunjuk yang kongkrit untuk mengajar, sudah dijelaskan tujuan guru itu harus dirumuskan secara khusus. Untuk memungkinkan guru itu mengukur perubahan yang mungkin terjadi kearah tercapainya tujuan khusus itu, maka selanjutnya rumusan itu harus ditinjau dan dipusatkan pada perubahan tingkah laku siswa. Dan akhirnya untuk mendudukkan tujuan itu dalam rangka yang fungsional dengan tujuan akhir maka perumusan itu harus pula realistik, tiga buah sifat harus di jadikan sebagai pedoman untuk perumusan tujuan operasional yang baik ialah bahwa tujuan itu harus :
a. Bepusat pada perubahan tingkah laku murid;
b. Mengkhususkan dalam bentuk-bentuk yang terbatas ;
c. Realistik bagi kebutuhan perkembangan pelajar tersebut.7.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena data yang dibutuhkan penulis dalam menyusun proposal ini hanya berupa keterangan, penjelasan, dan informasi-informasi lisan saja. Pendekatan kualitatif merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi mengenai persoalan-persoalan yang terjadi dilapangan atau lokasi penelitian.
Penelitian kualitatif ini dapat diuraikan sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
Bahwa penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati8.
Dari kutipan di atas memberikan gambaran bahwa dengan pendekatan kualitatif penulis berusaha untuk mendapatkan data deskriptif, berupa lisan atau tulisan dari perilaku yang diamati berupa keterampilan berkomunikasi berbahasa Arab dan pengajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
Adapun dalam memaparkan data dan temuan dalam pembahasan, penulis akan mengemukakannya secara deskriptif yaitu data yang di kumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka serta diuraikan secara alamiah. Demikian pula dalam menganalisa datanya penulis menggunakan analisa data induktif, dan dalam proses pengumpulan data penulis disini lebih banyak berhubungan dengan responden lansung.
2. Sumber Data.
Yang di maksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh (Arikunto, 2002 : 107 ).
Dalam mengadakan penelitian sangatlah dibutuhkan berbagai sumber data dalam keseluruhan subyek dan obyek penelitian yang dipergunakan sebagai sumber maka sangat perlu dijelaskan suatu Teknik. Adapun Teknik yang di gunakan disini adalah Teknik populasi.
“Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian“. (Arikunto, 2002:108). Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara, sedangkan yang menjadi subjeknya adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara. Mengingat populasi dalam penelitian ini cukup besar, maka penulis menggunakan sample yaitu sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. (Arikunto, 2002:109) dalam menentukan jumlah sampel penelitian ini, penulis mengacu pada pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan jika subjeknya besar bisa diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Dan persentase yang penulis ambil dari sekian banyak siswa adalah 25%.
4. Metode Pengumpulan Data.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Metode Observasi

Yang dimaksud dengan observasi dalam pelaksanaan penelitian adalah cara atau teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan mengamati situasi dan kondisi atau gejala-gejala yang diselidiki. Dalam pengertian lain dikatakan “observasi disebut juga dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra“. (Arikunto, 2002 : 204)
Alasan penelitian mengadakan metode observasi (pengamatan) ini karena :
a) Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung;
b) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagai mana yang terjadi pada keadaan sebenarnya;
c) Teknik pengamatan memungkinkan penelitian maupun memahami situasi-situasi yang rumit;
d) Dalam kasus-kasus tertentu di mana Teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat .9
Jadi yang dimaksud dengan metode observasi ( pengamatan) dalam pengumpulan data disini adalah strategi atau cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara cermat dan teliti baik itu secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek atau subyek yang ditelitinya.
Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data-data tentang proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia pada bidang studi bahasa Arab dan Arabic Club, dan fasilitas pendukung dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi bahasa Arab terhadap siswa Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia Sangatta Utara.
Adapun yang menjadi responden dalam mengumpulkan data ini adalah guru bahasa Arab dan Arabic Club Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia dan siswa. Observasi dapat dilakukan dengan cara Observasi partisipatif, yang dilakukan oleh pengamatan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan dan peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati.10
b. Metode Interview
Dalam buku prosedur penelitian, dikatakan interview juga sering disebut dengan wawancara, adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informai dan id melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.11
Jadi yang dimaksud dengan interview adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara dialog antar dua orang atau lebih dengan cara bertatap muka untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Bertolak dari pengertian diatas maka interview dalam pengertian ini digunakan interview bebas. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan suasana pembicaraan yang akrab dan alami jangan sampai kaku. Adapun data yang dibutuhkan dengan menggunakan interview ini adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan komunikasi bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Insan Cendekia, keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Arab, dan problema yang di hadapi guru dalam pengajaran bahasa Arab.
Dalam mendapatkan data interview ini penulis mewawancarai beberapa pihak seperti kepala sekolah dan guru bidang bahasa Arab dan Arabic Club.

5. Analisa Data.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, proses selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah menganalisa data-data yang sudah terkumpul.
“Analisa data ialah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hail wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat keimpulan sehinggah mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.12 Analisa data disini penulis maksudkan adalah sebagai suatu langkah yang sangat kritis dalam suatu penelitian. Dari data-data yang berhasil penulis kumpulan dengan upaya menganalisa data guna memperoleh data-data yang valid maka yang harus dilakukan penelitian adalah mengorganisasikan data, mengelompokkan data yang terdiri dari hasil observasi dan wawancara.
Untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat kualitatif hanya bias digambarkan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori tersendiri karena dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan data deskriptif, maka dalam menganalisa data-data tersebut penulis menggunakan analisa data yang bersifat induktif yaitu suatu analisa yang memandang semua permasalahan secara khusus kemudian disimpulkan secara intensif dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan metode penelitian yang digunakan.

1 Depag RI, Alqur’an dan Terjemah . 1997

2 Powo darminto, Kamus besar Indonesia. Hal.138

3 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-2 hal 73

4 Winarno Surakhmad, dalam  “Ketika guru mengajar, apakah murid belajar?”(2003), hal. 39

5 Standar, Kompetensi Kurikulum 2004, 2005:3

6 Zakiah Daradjad, loc. cit

7 Winarno, loc. cit

8 Bogdan. Lexy J. Moleong “. jilid II,

9 Prof. Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet.8, hal 228

10 Ibid, hal.227

11 Ibid, hal.231

12 Ibid, Hal. 244