Sabtu, 27 Februari 2016

PERANAN ISLAM DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

PERANAN ISLAM DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
 










MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Transformasi Global Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. H. Ruswan, M.A. dan Dr. H. Muslih, Mz.,M.A.

Disusun Oleh:
Ali Anwar 
1400018020


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I.     PENDAHULUAN
       Dewasa ini ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang amat pesat. Perkembangan tersebut melahirkan kemajuan teknologi, sehingga manusia dapat merasakan berbagai kemudahan dan kenikmatan hidup. Hanya saja kemajuan yang dimaksud tidak merata di belahan bumi, sehingga kualitas hidup manusiapun tidak merata. Bahkan beberapa Negara berkembang merasakan penderitaan berkepanjangan dalam mengangkat martabat rakyatnya dalam berbagai aspek kehidupan yang ditimbulkan oleh negara-negara maju dalam meraih kemajuan melalui jalur imperialism dalam beragam bentuknya.Kemajuan ilmu agaknya tidak selalu diiringi dengan kesadaranakan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi. Masyarakat di negara majupun tidak luput dari persoalan yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Masyarakatnya cenderung bersifat materialistis, individualistis, dan lebih longgar di dalam menerapkan nilai-nilai moral keagamaan. ( Husin Al Munawar, 2005: 74)
       Manusia telah mampu mewujudkan prestasi ilmiahnya secara teori dan praktik di abad ini. Bahkan dalam beberapa ratus tahun terakhir ini, ilmu pengetahuan yang merupakan sumber dari penemuan-penemuan teknologi yang tidak ada habisnya. Menapak abad ke-21, seiring dengan masuknya millennium ketiga, perkembangan penerapan ilmu pengetahuan da;lam bidang teknologi mengalami percepatan yang tak pernah terjadi sebelumnya. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, abad ke-21 membawa peradaban manusia memasuki era global. Sedangkan proses globalisasi itu sendiri terus berlangsung. (Jalaluddin, 2014: 1).   
       Integrasi keilmuan agaknya perlu dipikirkan dan diusahakan untuk menata kehidupan lebih baik. Ilmu-ilmu yang mampu mengangkat kualitas hidup manusia secara lahiriah perlu diintegrasikan dengan ilmu-ilmu yang membawa kepada kesejahteraan batin. (Husin Al Munawar, 2005: 75)
       Dari pemaparan di atas maka dalam makalah ini perlu dibahas tentang pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi dan hubungannya, apa saja sumber ilmu dalam Islam, dan peranan Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sejarahnya, serta bagaiman tantangan Modernitas terhadap perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam
.
II.     PEMBAHASAN

Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi  dan Hubungannya    
       Ilmu pada dasarnya merupakan anugerah Allah SWT kepada seluruh hambanya. Setiap orang berpeluang untuk mendapatkan anugerah tersebut karena ia dilengkapi dengan potensi untuk itu. Ilmu menurut kamus kosa kata Al Qur an berarti mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ilmu dibagi dua, yaitu mengetahui inti sesuatu dan menghukumi adanya sesuatu atau menafikkan sesuatu yang tidak ada. Ilmu juga dibedakan pula atas ilmu teoritis dan ilmu aplikatif. Ilmu berkembang terus menerus. Ilmu bersifat terbuka untuk diajarkan, dipelajari dan dikaji ulang. (Husin Al Munawar, 2005: 76,78).
       Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui/kepandaian, ataupun segala sesuatu yang diketahui berkenan dengan hal (mata pelajaran) di sekolah. Pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin tahu. Pengetahuan itu sendiri diperoleh dari pengalaman manusia terhadap diri dan lingkungan hidupnya. (Jalaluddin, 2014: 83).
       Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah, yakni melalui penyelidikan yang sistematis, terkontrol, dan bersifat empiris atau relasi fenomena alam. (Jalaluddin, 2014: 83).
       Teknologi adalah merupakan produk perkembangan ilmu pengetahuan yang diterapkan atau kemudian memunculkan suatu teknik atau cara untuk diterapkan dalam upaya mendukung dan memudahkan manusia dalam kehidupannya.
       Produk ilmu pengetahuan menjadikan kehidupan masyarakat dunia di era global bagaikan menyatu dalam satu kota, yakni kota dunia. Batas-batas negara sudah tidak jadi penghalang bagi manusia untuk saling berhubungan. Kehidupan di era global saling mempengaruhi, sehingga segala sesuatu yang sebelumnya dianggap hanya milik suatu bangsa tertentu, akan menyebar luas hingga menjadi milik bersama. Hal ini bukan hanya berlaku pada produk ilmu pengetahuan dan teknologi saja, melainkan juga termasuk unsur politik, ideologi, kebudayaan, maupun krisis kemanusiaan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disandangnya, era global seakan berada pada titik puncak lintasan perjalanan sejarah peradaban manusia sejagat. (Jalaluddin, 2014: 2).
       Perkembangan ilmu pengetahuan sering tidak mencerminkan semangat pencarian kebenaran, karena terpengaruh oleh kepentingan teknologi, ekonomi, dan politik. Tidak semua kreativitas bersifat konstruktif, ada karya kreatif yang mempunyai akibat destruktif bagi umat manusia itu sendiri. Penciptaan bom atom merupakan produk kreativitas yang destruktif. (Jalaluddin, 2014: 2).
       Semua ciptaan Tuhan itu selain memberi manfaat bagi kelangsungan hidup manusia, juga merupakan objek penelitian yang dapat menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lihat misalnya ayat-ayat yang artinya : “Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. Al Baqarah:29). “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakw .”(QS. Yunus,10:6).”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.”(QS. Ali Imron :19).(Abuddin, 2011:237).
       Dengan mengemukakan tiga ayat tersebut di atas, terlihat bebrapa hal sebagai berikut. Pertama bahwa pada seluruh ciptaan Allah terdapat hikmah, pelajaran dan nilai-nilai pendidikan yang sangat berharga seperti dalam hal penyediaan bahan makanan, pembuatan rumah, bahan obat-obatan, dan lain sebagainya, juga bahan untuk menentukan bilangan, waktu,, tanggal dan tahun. Kedua, bahwa berbagai ciptaan Tuhan di langit dan bumi akan bermanfaat jika manusia dpat mendayakan potensi jasmani, intelektual, dan rohaniahnya yang dibina melalui pemberian pengetahuan, ketrampilan, penanaman sikap, dan sebagainya melalui kegiatan pendidikan. Ketiga, bahwa berbagai temuan berupa hikmah, ajaran, dan nilai-nilai yang didapat melalui kajian-kajian berbagai hal tersebut dalam Islam bukanlah merupakan tujua, melainkan hanya sebagai alat untuk melakukan pendekatan diri kepada Allah SWT. (Abuddin, 2011:237-238).
       Seseorang yang meneliti gunung akan menghasilkan ilmu geologi, yang meneliti bintang-bintang akan menghasilkan ilmu astronomi, yang meneliti hujan dan cuaca akan menghasilkan ilmu meteorology dan geofisika. Dengan berbagai ilmu pengetahuan yang dihasilkan melalui penelitian tersebut, maka akan membawa seseorang semakin meyakini kekuasaan Tuhan, karena pada hakikatnya segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan. Semua itu dapat mempertinggi derajat manusia, baik secara biologis, material, intelektual, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi juga akan membawa kepada semakin dekat dengan Allah SWT. (Abuddin, 2011:238).
          Prinsip al Qur an secara obyektif adalah bentukan/ciptaan dan promosi dari sebuah konsep baru dari kehidupan dalam sebuah tatanan baru  bidang sosial, politik dan ekonomi. Lebih dalam lagi, hal itu bekerja/berjalan menuju pada penciptaan sebuah komunitas umat manusia baru, dengan sebuah aturan khusus dalam kepemimpinan di dunia. Hal ini membangun sebuah model baru dari kehidupan social manusia, sebagaimana yang belum diketahui sebelumnya, untuk terus menahan sebuah gaya hidup yang baru yang akan secara kokoh didirikan/ berdasar cirri dasar yang menyeluruh dan prinsip universal/menyeluruh dengan perhatian pada kemanusiaan yang akan menjadi baik dan menandingi. (David Marshal (ed.),2012:134-135).
       Ilmu pengetahuan menjawab akan hal yang tidak meragukan yang disediakan keuntungan pengikut-pengikut nabi dengan teori pengetahuan tentang alam, untuk menambah pemahaman yang tidak lengkap mereka tentang ini. Dalam kasus ini adalah penuh keraguan bahwa orang arab cukup tahu tentang astronomi pada saat ini untuk memungkinkan membuat berguna dari teori informasi lebih dalam/lebih jauh, yang mana akan dirminta sebuah pemahaman dari prinsip dasar dan fenomena yang ada di masa lewat semua kemajuan ilmu pengetahuan dihargai dalam dunia di masa terdahulu. (David Marshal (ed.),2012:135).
       Al Qur an menghindari ilmu pengetahuan menjawab karena manusia tidak siap untuk itu, dan itu akan terjadi dari kegunaan kecil misi/ tugas menyeluruh Al Qur an dinyatakan untuk memenuhi kesejahteraan.Aturan ini jauh lebih hebat dari pada penyebaran/desimenasi murni dari pengetahuan terperici/detail. Al Qur an tidak pernah inten/terfokus pada sebuah buku pada astronomi, kimia, atau obat-obatan, sebagaimana pengagum dan pencoba mencela, masing-masing untuk tujuan sendiri yang berbeda-beda, untuk didemonstrasikan/ditunjukkan. (David Marshal (ed.),2012:135).
Sumber-sumber Ilmu Islam
1.      Al Qur an
       Al Quran diturunkan Allah Swt. yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Secara bahasa Al Qur an akar dari kata qara’a yang berarti membaca dan juga diartikan menghimpun. Al Qur an menghimpun segala kitab sebelumnya, juga menghimpun segala ilmu pengetahuan. Falsafah iqra sebagai surah yang pertama kali turun pada Nabi Muhammad Saw., diartikan menyimpulkan bahwa iqra perintah membaca yang berakar kata qara’a diartikan membaca, menelaah, meneliti, menghimpun, dan menyampaikan baik ayat tertulis maupun ayat-ayat tidak tertulis. Istilah Al Qur an didefinisikan dalam ragam pandangan yang dilatarbelakangi oleh bidang masing-masing. Menrut sebagian ahli kalam, Al Qur an adalah kalam Allah yang bersifat qadim bukan makhluk dan bersih dari sifat-sifat yang baru. Menurut ahli fikih Al Qur an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan dianggap ibadah bagi yang membacanya. (Makbuloh, 2011:155-157).
       Al Qur an sebagai wahyu Allah yang tertulis, dimana wahyu menurut istilah adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan cepat dari Allah ke dalam dada para nabi-Nya. Menuru Hasbi Ash-Shidiqy mengutip kitab al Masyariq, wahyu pada asalnya sesuatu yang diberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat. Wahyu Allah adalah pengetahuan yang Allah tuangkan ke dalam jiwa nabi agar mereka sampaikan kepada manusia untuk petunjuk dan perbaikan di dunia dan membahagiakan di akhirat. Muammad Abduh mengatakan bahwa wahyu adalah suatu irfan (pengetahuan). Wahyu merupakan ilmu khusus dan merupakan pengetahuan halus yang didapat dengan sendirinya. Al Qur an selain sebagai sumber hukum dan norma, juga sebagai sumber ilmu pengetahuan, baik pengetahuan umum maupun agama, serta mendorong manusia untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut. (Makbuloh, 2011:159-160, 171).
2.      Al Hadis
       Hadis adalah sumber hukum Islam yang kedua. Hadis adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir Rasulullah. Seorang muslim selain menggunakan Al Qur an sebagai sumber hukum, sumber ilmu, dan sumber peradaban juga menggunakan Hadis. Fungsi Hadis terhadap Al Qur an yaitu menguatkan hokum dalam A;l Qur an, memberikan rincian terhadap pernyataan Al Qur an dan Hadis sebagai suuah Nabi Saw merupakan wujud konkret pelaksanaan hukum ketepatan dari spirit Al Qur an. (Makbuloh, 2011: 195,198).
3.      Ijtihad
       Kata ijtihad berarti kemampuan dan kesukaran. Karena maslah ijtihad yang sulit maka orang yang mampu melakukan ijtihad adalah yang benar-benar pakar. Berkait dengan itu pintu ijtihad tertutup karena semakin banyak orang yang serampangan dalam ijtihad. Ijtihad menyangkut segala bidang ilmu keislaman dan aplikasi hasil-hasil ijtihad dapat menyangkut aspek kehidupan manusia, seperti social, ekonomi, dan pendidikan. Namun ijtihad tidak boleh lepas dari Al Qur an dan Sunnah sebagai sumber pokok. (Makbuloh, 2011:208-209)
      Alam semesta juga disebut ayat-ayat Allah yang menjadi pelajaran bagi manusia. Salah satu pelajaran yang dapat diambil yaitu keserasian, kekokohan, dan ketertiban. Hal ini sebagaimana firman Allah QS. An Naml(27): 88. (Makbuloh, 2011:228).        

  Peranan Islam dalam Perkembangan IPTEK
     Salah satu karakteristik yang paling penting dalam sejarah umat Islam adalah cepatnya ekspansi dari imperium Islam setelah Nabi Muhammad wafat. Dorongan perluasn wilayah ke daerah Timur Tengah dimana tedapat beragam peradaban yang telah mapan selama kurun waktu yang panjang. Para penguasa muslim terdorong untuk melakukan hubungan langsung dengan orang-orang yang telah memiliki gagasan yang agak canggih mengenai teologi, kedokteran, astronomi, dan matematika.Tidak ada masalah dalam perbedaan agama dan budaya dalam imperium tersebut, asalkan peran utama Islam diakui. Tetapi akan tampak tidak bagus jika kepercayaan yang baru ini tidak mampu membela dirinya dengan tingkat kecanggihan dan keahlian yang sama dengan agama-agama yang ada, dan inilah mengapa penting untuk menggunakan metodologi agama-agama yang lebih tua untuk menunjukkan betapa Islam merupakan suatu peningkatan dari yang telah terjadi sebelum Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalah terakhir Tuhan. (Daftary (ed.), 2002:44-45).
       Keunggulan suatu agama dan seorang nabi tergantung pada kemampuannya untuk membingkai risalahnya dalam sebuah cara yang dapat memperoleh konstetuen seluas mungkin. Para filsuf berpendapat bahwa Muhammad adalah nabi yang paling besar dibanding Musa atau Isa, yakni yang paling bias menyampaikan risalahnya kepada sejumlah besar anggota masyarakat.  Para filusuf berpendapat, Islam mengangkat suatu pesan tertentu yang dapat diterima oleh semua orang dikalangan awam, filsuf, ilmuwan, dan praktisi dengan tingkat dan cara yang berbeda-beda. Islam tidak tertutup dari unsur asing, jika informasi itu benar dan bermanfaat dan jika temuan-temuan ilmiah itu benar, jika teknik yang falsafi itu valid, maka harus digunakan. (Daftary (ed.), 2002:57).
       Jenis filsafat yang tergambar di atas berasal dari aliran paripatetik yang mengalami kemunduran yang cepat sekitar 800 tahun yang lalu dalam dunia Islam, sampai kebangkitannya kembali pada abad ke-19. Bentuk filsafat lainnya yang banyak dipraktekkan dalam dunia Islam yaitu filsafat Israqi atau iluminasionis yang masih sangat kuat khususnya di Persia. Seribu tahun yang lalu dimungkinkan untuk menciptakan suatu peradaban yang merupakan gabungan dari Islam dengan sains, filsafat, syair, kesusastraan, serta berbagai bidang dan tradisi keilmuan lainnya. Kita mungkin mengatakan bahwa peradaban di masa lalu ini bukan secara spesifik Islam. Itu karena terjadi di bagian dunia dimana orang-orang Islam sangat berpengaruh dominan di dalamnya. Kebetulan saja ada sejumlah muslim berkarya dengan bahasa-bahasa Islam dan karya filsafat dan ilmiah besar. (Daftary (ed.), 2002:57-58).
       Walau begitu sebenarnya peranan muslim dalam menyumbang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah besar terutama terjadi pada masa kejayaan Islam yaitu pada pemerintahan Harun Ar Rasyid dan putranya bernama Al Makmun dari dinasti Abasiyah pada sekitar abad ke-9 M. Pusat kekhalifahan Islam di Baghdad tersebut menjadi pusat dan kiblatnya ilmu pengetahuan dunia sehingga orang-orang Barat mencari ilmu di sana Didirikan pula sebuah lembaga ilmu pengetahuan tempat pengembangan ilmu pengetahuan yaitu Baitul Ilmu. Tokoh-tokoh terkenal yang lahir dan mewarnai keilmuan saat itu diantaranya Ibnu Sina, seorang ahli pengobatan, dokter dan filusuf, Abu Hatim Ar Razi dan Al Farabi keduanya seorang filusuf, tokoh bidang matematika Al Jabar dan al Khawarizm, ahli kimia yaitu Al Khemia, ahli hadis Al Bukhori, ahli sejarah Ibnu Khaldun dan masih banyak lagi. Hal itu sebenarnya dapat menjadi pendorong kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Timur. Kemudian di masa pertengahan atau dikenal dengan masa tiga kerajaan besar yaitu Mughal di India, Syafawi di Persia, dan Usmani di Turki, perkembangan iptek berlanjut dengan tokoh seperti Ibnu Arabi bidang tasawuf dan Nasirudin al Tusi.
       Akan tetapi ada juga pemikir dunia Islam yang hidup pada abad terakhir ini adalah Iqbal Lahore dari India yang sekarang menjadi Pakistan. Ia tumbuh di keluarga yang taat pada ajaran Islam. Ia mampu menguasai ilmu-ilmu modern dan tradisional. Ia telah mencapai derajat keilmuan yang sangat tinggi terutama di bidang filsafat. Ia banyak menulis buku berbahasa Inggris, dan karya-karyanya dijadikan pegangan dan sumber rujukan oleh kaum orientalis. Ia senantiasa membela Islam dan mengatakan bahwa hanya Islam satu-satunya jalan yang bisa menyelamatkan dunia ini. (Muthahhari, 1996: 163). Tokoh lainnya yaitu Muhammad Rasyid Ridho dan Muhammad Abduh. 

Tantangan Modernitas terhadap perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam
       Modernitas sering dipahami sebagai ideologi atau sekedar kemajuan (progress). Kandungan kedua arti tersebut sangat erat kaitannya dengan kemajuan sains dan teknologi yang mampu mengubah gaya hidup (way of life) manusia. Kemajuan sains dan teknologi juga mampu menghasilkan alat komunikasi yang kini menjadi abad globalisasi penuh dengan berbagai corak.  Dengan alat ciptaan manusia sebagai hasil dari sains dan teknologi, manusia dapat berkomunikasi secara cepat dan simple (yakni jarak yang jauh menjadi dekat), sehingga mampu menjadikan dunia yang begitu besar seolah menjadi sebuah desa (global village) bahkan juga seolah selebar layar computer. Dalam waktu bersamaan, disiplin-disiplin keilmuan lain, seperti ilmu-ilmu sosial dan humaniora, akan cepat tumbuh berkembang memenuhi ruang publik di era globalisasi dan informasi sekarang ini. Kedua jenis/kelompok ilmu itu atau  telah, sedang, dan akan memanfaatkan jasa kemajuan sains dan teknologi tersebut. Tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah bahwa pengaruh sains dan teknologi terhadap kedua kelompok ilmu tadi ada yang berupa negative, yakni ketika bersama-sama kemudian berlawanan dengan agama, seperti ideology materialism yang dengan tegas menihilkan agama dan Tuhan. (Husin Al Munawar, 2005: 112-113)
       Namun, di sisi lain kemajuan sains dan teknologi bersama-sama kemajuan kehidupan sosial manusia dan kedua kelompok ilmu di atas sebenarnya dalam banyak hal dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, ketika pemanfaatannya sesuai dengan misi agama, termasuk Islam. Dalam waktu bersamaan, juga tidak sedikit member pengaruh untuk reinterpretasi terhadap makna yang terkandung dalam Islam. Ini meliputi ilmu-ilmu keislaman (Ulum al Qur’an termasuk di dalamnya) yang merupakan alat untuk memahami Islam. Sebagai contoh ketika manusia telah terbawa (terbelenggu) oleh gaya hidup kemodernan, beberapa nilai telah berubah. Sehingga perlu pemaknaan yang sesuiai dengan tuntutan kemajuan sins dan teknologi yang berkembangmenyertai zaman itu. (Husin Al Munawar, 2005: 113).

III.         KESIMPULAN
       Manusia sebagai khalifah di bumi harus melaksanakan tugas nya dengan sebaiknya untuk memakmurkan bumi ini. Maka setiap manusia harus membekali diri dengan ilmu. Manusia dibekali oleh Allah dengan akal, untuk itu ia bisa mengembangkan akalnya demi kemaslahatan bersama dan utuk kesejahteraannya. Namun terkadang manusia menggunakan akalnya dan hasil temuannya untuk hal-hal yang merugikan manusia lainnya. Hal itulah maka diperlukan etika moral agar bisa mengendalikan dirinya. Maka agama menjadi jalan tengah yang mengatur. Selain itu Islam dalam perannya mengembangkan ilmu pengetahuan juga secara tegas dalam firman Allah yang mendorong manmusia untuk hal ini. Banyak dijumpai ayat Al Quran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
              Dengan kemajuan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan di masa Abasiyah, harapannya Islam akan kembali merengkuh kejayaannya, inilah yang perlu dijadikan motivasi bagi umat Islam untuk lebih maju di masa kini dan mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

       Daftary Farhad (ed.), 2002, Tradisi-tradisi Intelektual Islam (terjemah.), Jakarta, Erlangga.
       Husin Al Munawar, Said Agil, 2005, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam, Ciputat, PT. Ciputat Press.
       Jalaluddin, 2014, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahu-an, dan Peradaban, Jakarta, Rajawali Pers.
      Makbuloh, Deden, 2011, Pendidikan Agama Islam: Arah Baru Pengembangan Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Jakarta, Rajawali Pers.
       Marshal, David (ed.),2012, Science and Religion: Christian and Muslim Perspectives, Washington, DC, Georgetown University Press.
       Muthahhari, Murtadha, 1996, Islam dan Tantangan Zaman (terjemah), Bandung, Pustaka Hidayah.
       Nata, Abuddin, 2011, Prespektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta, Kencana.
       



Tidak ada komentar: