PERANAN ISLAM DALAM
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Transformasi
Global Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu: Dr. H. Ruswan, M.A. dan Dr. H. Muslih, Mz.,M.A.
Disusun
Oleh:
Ali Anwar
1400018020
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang amat pesat. Perkembangan tersebut melahirkan kemajuan
teknologi, sehingga manusia dapat merasakan berbagai kemudahan dan kenikmatan
hidup. Hanya saja kemajuan yang dimaksud tidak merata di belahan bumi, sehingga
kualitas hidup manusiapun tidak merata. Bahkan beberapa Negara berkembang
merasakan penderitaan berkepanjangan dalam mengangkat martabat rakyatnya dalam
berbagai aspek kehidupan yang ditimbulkan oleh negara-negara maju dalam meraih
kemajuan melalui jalur imperialism dalam beragam bentuknya.Kemajuan ilmu
agaknya tidak selalu diiringi dengan kesadaranakan nilai-nilai kemanusiaan yang
tinggi. Masyarakat di negara majupun tidak luput dari persoalan yang
ditimbulkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Masyarakatnya cenderung bersifat
materialistis, individualistis, dan lebih longgar di dalam menerapkan
nilai-nilai moral keagamaan. ( Husin Al Munawar, 2005: 74)
Manusia telah mampu mewujudkan prestasi
ilmiahnya secara teori dan praktik di abad ini. Bahkan dalam beberapa ratus
tahun terakhir ini, ilmu pengetahuan yang merupakan sumber dari
penemuan-penemuan teknologi yang tidak ada habisnya. Menapak abad ke-21,
seiring dengan masuknya millennium ketiga, perkembangan penerapan ilmu
pengetahuan da;lam bidang teknologi mengalami percepatan yang tak pernah
terjadi sebelumnya. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, abad
ke-21 membawa peradaban manusia memasuki era global. Sedangkan proses
globalisasi itu sendiri terus berlangsung. (Jalaluddin, 2014: 1).
Integrasi keilmuan agaknya perlu
dipikirkan dan diusahakan untuk menata kehidupan lebih baik. Ilmu-ilmu yang
mampu mengangkat kualitas hidup manusia secara lahiriah perlu diintegrasikan
dengan ilmu-ilmu yang membawa kepada kesejahteraan batin. (Husin Al Munawar,
2005: 75)
Dari pemaparan di atas maka dalam
makalah ini perlu dibahas tentang pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi dan
hubungannya, apa saja sumber ilmu dalam Islam, dan peranan Islam dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sejarahnya, serta bagaiman tantangan
Modernitas terhadap perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam
.
II.
PEMBAHASAN
Pengertian
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan
Hubungannya
Ilmu pada dasarnya merupakan anugerah
Allah SWT kepada seluruh hambanya. Setiap orang berpeluang untuk mendapatkan
anugerah tersebut karena ia dilengkapi dengan potensi untuk itu. Ilmu menurut
kamus kosa kata Al Qur an berarti mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya.
Ilmu dibagi dua, yaitu mengetahui inti sesuatu dan menghukumi adanya sesuatu
atau menafikkan sesuatu yang tidak ada. Ilmu juga dibedakan pula atas ilmu
teoritis dan ilmu aplikatif. Ilmu berkembang terus menerus. Ilmu bersifat
terbuka untuk diajarkan, dipelajari dan dikaji ulang. (Husin Al Munawar, 2005:
76,78).
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui/kepandaian, ataupun
segala sesuatu yang diketahui berkenan dengan hal (mata pelajaran) di sekolah.
Pengetahuan diperoleh dari hasrat ingin tahu. Pengetahuan itu sendiri diperoleh
dari pengalaman manusia terhadap diri dan lingkungan hidupnya. (Jalaluddin,
2014: 83).
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan
yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah, yakni melalui penyelidikan yang
sistematis, terkontrol, dan bersifat empiris atau relasi fenomena alam.
(Jalaluddin, 2014: 83).
Teknologi adalah merupakan produk
perkembangan ilmu pengetahuan yang diterapkan atau kemudian memunculkan suatu
teknik atau cara untuk diterapkan dalam upaya mendukung dan memudahkan manusia
dalam kehidupannya.
Produk ilmu pengetahuan menjadikan kehidupan
masyarakat dunia di era global bagaikan menyatu dalam satu kota, yakni kota
dunia. Batas-batas negara sudah tidak jadi penghalang bagi manusia untuk saling
berhubungan. Kehidupan di era global saling mempengaruhi, sehingga segala
sesuatu yang sebelumnya dianggap hanya milik suatu bangsa tertentu, akan
menyebar luas hingga menjadi milik bersama. Hal ini bukan hanya berlaku pada
produk ilmu pengetahuan dan teknologi saja, melainkan juga termasuk unsur politik,
ideologi, kebudayaan, maupun krisis kemanusiaan. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang disandangnya, era global seakan berada pada
titik puncak lintasan perjalanan sejarah peradaban manusia sejagat. (Jalaluddin,
2014: 2).
Perkembangan ilmu pengetahuan sering
tidak mencerminkan semangat pencarian kebenaran, karena terpengaruh oleh
kepentingan teknologi, ekonomi, dan politik. Tidak semua kreativitas bersifat
konstruktif, ada karya kreatif yang mempunyai akibat destruktif bagi umat
manusia itu sendiri. Penciptaan bom atom merupakan produk kreativitas yang
destruktif. (Jalaluddin, 2014: 2).
Semua ciptaan Tuhan itu selain memberi
manfaat bagi kelangsungan hidup manusia, juga merupakan objek penelitian yang
dapat menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lihat misalnya ayat-ayat
yang artinya : “Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. Al Baqarah:29). “Dia-lah yang
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan-Nya)
bagi orang-orang yang bertakw .”(QS. Yunus,10:6).”Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang yang berakal.”(QS. Ali Imron :19).(Abuddin, 2011:237).
Dengan mengemukakan tiga ayat tersebut
di atas, terlihat bebrapa hal sebagai berikut. Pertama bahwa pada seluruh
ciptaan Allah terdapat hikmah, pelajaran dan nilai-nilai pendidikan yang sangat
berharga seperti dalam hal penyediaan bahan makanan, pembuatan rumah, bahan
obat-obatan, dan lain sebagainya, juga bahan untuk menentukan bilangan, waktu,,
tanggal dan tahun. Kedua, bahwa berbagai ciptaan Tuhan di langit dan bumi akan
bermanfaat jika manusia dpat mendayakan potensi jasmani, intelektual, dan
rohaniahnya yang dibina melalui pemberian pengetahuan, ketrampilan, penanaman
sikap, dan sebagainya melalui kegiatan pendidikan. Ketiga, bahwa berbagai
temuan berupa hikmah, ajaran, dan nilai-nilai yang didapat melalui
kajian-kajian berbagai hal tersebut dalam Islam bukanlah merupakan tujua,
melainkan hanya sebagai alat untuk melakukan pendekatan diri kepada Allah SWT. (Abuddin,
2011:237-238).
Seseorang yang meneliti gunung akan
menghasilkan ilmu geologi, yang meneliti bintang-bintang akan menghasilkan ilmu
astronomi, yang meneliti hujan dan cuaca akan menghasilkan ilmu meteorology dan
geofisika. Dengan berbagai ilmu pengetahuan yang dihasilkan melalui penelitian
tersebut, maka akan membawa seseorang semakin meyakini kekuasaan Tuhan, karena
pada hakikatnya segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan. Semua itu dapat
mempertinggi derajat manusia, baik secara biologis, material, intelektual,
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi juga akan membawa kepada semakin
dekat dengan Allah SWT. (Abuddin, 2011:238).
Prinsip al Qur an secara obyektif
adalah bentukan/ciptaan dan promosi dari sebuah konsep baru dari kehidupan
dalam sebuah tatanan baru bidang sosial,
politik dan ekonomi. Lebih dalam lagi, hal itu bekerja/berjalan menuju pada
penciptaan sebuah komunitas umat manusia baru, dengan sebuah aturan khusus
dalam kepemimpinan di dunia. Hal ini membangun sebuah model baru dari kehidupan
social manusia, sebagaimana yang belum diketahui sebelumnya, untuk terus
menahan sebuah gaya hidup yang baru yang akan secara kokoh didirikan/ berdasar
cirri dasar yang menyeluruh dan prinsip universal/menyeluruh dengan perhatian
pada kemanusiaan yang akan menjadi baik dan menandingi. (David Marshal
(ed.),2012:134-135).
Ilmu pengetahuan menjawab akan hal yang
tidak meragukan yang disediakan keuntungan pengikut-pengikut nabi dengan teori
pengetahuan tentang alam, untuk menambah pemahaman yang tidak lengkap mereka
tentang ini. Dalam kasus ini adalah penuh keraguan bahwa orang arab cukup tahu
tentang astronomi pada saat ini untuk memungkinkan membuat berguna dari teori
informasi lebih dalam/lebih jauh, yang mana akan dirminta sebuah pemahaman dari
prinsip dasar dan fenomena yang ada di masa lewat semua kemajuan ilmu
pengetahuan dihargai dalam dunia di masa terdahulu. (David Marshal
(ed.),2012:135).
Al Qur an menghindari ilmu pengetahuan
menjawab karena manusia tidak siap untuk itu, dan itu akan terjadi dari
kegunaan kecil misi/ tugas menyeluruh Al Qur an dinyatakan untuk memenuhi
kesejahteraan.Aturan ini jauh lebih hebat dari pada penyebaran/desimenasi murni
dari pengetahuan terperici/detail. Al Qur an tidak pernah inten/terfokus pada
sebuah buku pada astronomi, kimia, atau obat-obatan, sebagaimana pengagum dan
pencoba mencela, masing-masing untuk tujuan sendiri yang berbeda-beda, untuk
didemonstrasikan/ditunjukkan. (David Marshal (ed.),2012:135).
Sumber-sumber Ilmu
Islam
1. Al Qur an
Al
Quran diturunkan Allah Swt. yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Secara
bahasa Al Qur an akar dari kata qara’a yang berarti membaca dan juga diartikan
menghimpun. Al Qur an menghimpun segala kitab sebelumnya, juga menghimpun
segala ilmu pengetahuan. Falsafah iqra sebagai surah yang pertama kali turun
pada Nabi Muhammad Saw., diartikan menyimpulkan bahwa iqra perintah membaca
yang berakar kata qara’a diartikan membaca, menelaah, meneliti, menghimpun, dan
menyampaikan baik ayat tertulis maupun ayat-ayat tidak tertulis. Istilah Al Qur
an didefinisikan dalam ragam pandangan yang dilatarbelakangi oleh bidang
masing-masing. Menrut sebagian ahli kalam, Al Qur an adalah kalam Allah yang
bersifat qadim bukan makhluk dan bersih dari sifat-sifat yang baru. Menurut ahli
fikih Al Qur an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad dan dianggap ibadah bagi yang membacanya. (Makbuloh,
2011:155-157).
Al Qur an sebagai wahyu Allah yang
tertulis, dimana wahyu menurut istilah adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan
dengan cepat dari Allah ke dalam dada para nabi-Nya. Menuru Hasbi Ash-Shidiqy
mengutip kitab al Masyariq, wahyu pada asalnya sesuatu yang diberitahukan dalam
keadaan tersembunyi dan cepat. Wahyu Allah adalah pengetahuan yang Allah
tuangkan ke dalam jiwa nabi agar mereka sampaikan kepada manusia untuk petunjuk
dan perbaikan di dunia dan membahagiakan di akhirat. Muammad Abduh mengatakan
bahwa wahyu adalah suatu irfan (pengetahuan). Wahyu merupakan ilmu khusus dan
merupakan pengetahuan halus yang didapat dengan sendirinya. Al Qur an selain
sebagai sumber hukum dan norma, juga sebagai sumber ilmu pengetahuan, baik
pengetahuan umum maupun agama, serta mendorong manusia untuk menggali dan
mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut. (Makbuloh, 2011:159-160, 171).
2. Al Hadis
Hadis adalah sumber hukum Islam yang
kedua. Hadis adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir Rasulullah. Seorang muslim
selain menggunakan Al Qur an sebagai sumber hukum, sumber ilmu, dan sumber
peradaban juga menggunakan Hadis. Fungsi Hadis terhadap Al Qur an yaitu
menguatkan hokum dalam A;l Qur an, memberikan rincian terhadap pernyataan Al
Qur an dan Hadis sebagai suuah Nabi Saw merupakan wujud konkret pelaksanaan
hukum ketepatan dari spirit Al Qur an. (Makbuloh, 2011: 195,198).
3. Ijtihad
Kata ijtihad berarti kemampuan dan
kesukaran. Karena maslah ijtihad yang sulit maka orang yang mampu melakukan
ijtihad adalah yang benar-benar pakar. Berkait dengan itu pintu ijtihad
tertutup karena semakin banyak orang yang serampangan dalam ijtihad. Ijtihad
menyangkut segala bidang ilmu keislaman dan aplikasi hasil-hasil ijtihad dapat
menyangkut aspek kehidupan manusia, seperti social, ekonomi, dan pendidikan.
Namun ijtihad tidak boleh lepas dari Al Qur an dan Sunnah sebagai sumber pokok.
(Makbuloh, 2011:208-209)
Alam semesta juga disebut ayat-ayat Allah
yang menjadi pelajaran bagi manusia. Salah satu pelajaran yang dapat diambil
yaitu keserasian, kekokohan, dan ketertiban. Hal ini sebagaimana firman Allah
QS. An Naml(27): 88. (Makbuloh, 2011:228).
Peranan
Islam dalam Perkembangan IPTEK
Salah satu karakteristik yang paling
penting dalam sejarah umat Islam adalah cepatnya ekspansi dari imperium Islam
setelah Nabi Muhammad wafat. Dorongan perluasn wilayah ke daerah Timur Tengah
dimana tedapat beragam peradaban yang telah mapan selama kurun waktu yang
panjang. Para penguasa muslim terdorong untuk melakukan hubungan langsung dengan
orang-orang yang telah memiliki gagasan yang agak canggih mengenai teologi,
kedokteran, astronomi, dan matematika.Tidak ada masalah dalam perbedaan agama
dan budaya dalam imperium tersebut, asalkan peran utama Islam diakui. Tetapi
akan tampak tidak bagus jika kepercayaan yang baru ini tidak mampu membela
dirinya dengan tingkat kecanggihan dan keahlian yang sama dengan agama-agama
yang ada, dan inilah mengapa penting untuk menggunakan metodologi agama-agama
yang lebih tua untuk menunjukkan betapa Islam merupakan suatu peningkatan dari
yang telah terjadi sebelum Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalah terakhir
Tuhan. (Daftary (ed.), 2002:44-45).
Keunggulan suatu agama dan seorang nabi
tergantung pada kemampuannya untuk membingkai risalahnya dalam sebuah cara yang
dapat memperoleh konstetuen seluas mungkin. Para filsuf berpendapat bahwa
Muhammad adalah nabi yang paling besar dibanding Musa atau Isa, yakni yang
paling bias menyampaikan risalahnya kepada sejumlah besar anggota masyarakat. Para filusuf berpendapat, Islam mengangkat
suatu pesan tertentu yang dapat diterima oleh semua orang dikalangan awam,
filsuf, ilmuwan, dan praktisi dengan tingkat dan cara yang berbeda-beda. Islam
tidak tertutup dari unsur asing, jika informasi itu benar dan bermanfaat dan
jika temuan-temuan ilmiah itu benar, jika teknik yang falsafi itu valid, maka
harus digunakan. (Daftary (ed.), 2002:57).
Jenis filsafat yang tergambar di atas
berasal dari aliran paripatetik yang mengalami kemunduran yang cepat sekitar
800 tahun yang lalu dalam dunia Islam, sampai kebangkitannya kembali pada abad
ke-19. Bentuk filsafat lainnya yang banyak dipraktekkan dalam dunia Islam yaitu
filsafat Israqi atau iluminasionis yang masih sangat kuat khususnya di Persia.
Seribu tahun yang lalu dimungkinkan untuk menciptakan suatu peradaban yang
merupakan gabungan dari Islam dengan sains, filsafat, syair, kesusastraan,
serta berbagai bidang dan tradisi keilmuan lainnya. Kita mungkin mengatakan
bahwa peradaban di masa lalu ini bukan secara spesifik Islam. Itu karena
terjadi di bagian dunia dimana orang-orang Islam sangat berpengaruh dominan di
dalamnya. Kebetulan saja ada sejumlah muslim berkarya dengan bahasa-bahasa
Islam dan karya filsafat dan ilmiah besar. (Daftary (ed.), 2002:57-58).
Walau begitu sebenarnya peranan muslim dalam
menyumbang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah besar terutama
terjadi pada masa kejayaan Islam yaitu pada pemerintahan Harun Ar Rasyid dan
putranya bernama Al Makmun dari dinasti Abasiyah pada sekitar abad ke-9 M. Pusat
kekhalifahan Islam di Baghdad tersebut menjadi pusat dan kiblatnya ilmu
pengetahuan dunia sehingga orang-orang Barat mencari ilmu di sana Didirikan
pula sebuah lembaga ilmu pengetahuan tempat pengembangan ilmu pengetahuan yaitu
Baitul Ilmu. Tokoh-tokoh terkenal yang lahir dan mewarnai keilmuan saat itu
diantaranya Ibnu Sina, seorang ahli pengobatan, dokter dan filusuf, Abu Hatim
Ar Razi dan Al Farabi keduanya seorang filusuf, tokoh bidang matematika Al
Jabar dan al Khawarizm, ahli kimia yaitu Al Khemia, ahli hadis Al Bukhori, ahli
sejarah Ibnu Khaldun dan masih banyak lagi. Hal itu sebenarnya dapat menjadi
pendorong kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Timur. Kemudian di masa
pertengahan atau dikenal dengan masa tiga kerajaan besar yaitu Mughal di India,
Syafawi di Persia, dan Usmani di Turki, perkembangan iptek berlanjut dengan
tokoh seperti Ibnu Arabi bidang tasawuf dan Nasirudin al Tusi.
Akan tetapi ada juga pemikir dunia Islam
yang hidup pada abad terakhir ini adalah Iqbal Lahore dari India yang sekarang
menjadi Pakistan. Ia tumbuh di keluarga yang taat pada ajaran Islam. Ia mampu
menguasai ilmu-ilmu modern dan tradisional. Ia telah mencapai derajat keilmuan
yang sangat tinggi terutama di bidang filsafat. Ia banyak menulis buku
berbahasa Inggris, dan karya-karyanya dijadikan pegangan dan sumber rujukan
oleh kaum orientalis. Ia senantiasa membela Islam dan mengatakan bahwa hanya
Islam satu-satunya jalan yang bisa menyelamatkan dunia ini. (Muthahhari, 1996:
163). Tokoh lainnya yaitu Muhammad Rasyid Ridho dan Muhammad Abduh.
Tantangan Modernitas
terhadap perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam
Modernitas sering dipahami sebagai ideologi
atau sekedar kemajuan (progress). Kandungan kedua arti tersebut sangat erat kaitannya
dengan kemajuan sains dan teknologi yang mampu mengubah gaya hidup (way of
life) manusia. Kemajuan sains dan teknologi juga mampu menghasilkan alat
komunikasi yang kini menjadi abad globalisasi penuh dengan berbagai corak. Dengan alat ciptaan manusia sebagai hasil
dari sains dan teknologi, manusia dapat berkomunikasi secara cepat dan simple
(yakni jarak yang jauh menjadi dekat), sehingga mampu menjadikan dunia yang
begitu besar seolah menjadi sebuah desa (global village) bahkan juga seolah
selebar layar computer. Dalam waktu bersamaan, disiplin-disiplin keilmuan lain,
seperti ilmu-ilmu sosial dan humaniora, akan cepat tumbuh berkembang memenuhi
ruang publik di era globalisasi dan informasi sekarang ini. Kedua jenis/kelompok
ilmu itu atau telah, sedang, dan akan
memanfaatkan jasa kemajuan sains dan teknologi tersebut. Tidak kalah pentingnya
untuk diperhatikan adalah bahwa pengaruh sains dan teknologi terhadap kedua
kelompok ilmu tadi ada yang berupa negative, yakni ketika bersama-sama kemudian
berlawanan dengan agama, seperti ideology materialism yang dengan tegas
menihilkan agama dan Tuhan. (Husin Al Munawar, 2005: 112-113)
Namun, di sisi lain kemajuan sains dan
teknologi bersama-sama kemajuan kehidupan sosial manusia dan kedua kelompok
ilmu di atas sebenarnya dalam banyak hal dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
agama, ketika pemanfaatannya sesuai dengan misi agama, termasuk Islam. Dalam
waktu bersamaan, juga tidak sedikit member pengaruh untuk reinterpretasi
terhadap makna yang terkandung dalam Islam. Ini meliputi ilmu-ilmu keislaman
(Ulum al Qur’an termasuk di dalamnya) yang merupakan alat untuk memahami Islam.
Sebagai contoh ketika manusia telah terbawa (terbelenggu) oleh gaya hidup
kemodernan, beberapa nilai telah berubah. Sehingga perlu pemaknaan yang sesuiai
dengan tuntutan kemajuan sins dan teknologi yang berkembangmenyertai zaman itu.
(Husin Al Munawar, 2005: 113).
III.
KESIMPULAN
Manusia sebagai khalifah di bumi harus
melaksanakan tugas nya dengan sebaiknya untuk memakmurkan bumi ini. Maka setiap
manusia harus membekali diri dengan ilmu. Manusia dibekali oleh Allah dengan
akal, untuk itu ia bisa mengembangkan akalnya demi kemaslahatan bersama dan
utuk kesejahteraannya. Namun terkadang manusia menggunakan akalnya dan hasil temuannya
untuk hal-hal yang merugikan manusia lainnya. Hal itulah maka diperlukan etika
moral agar bisa mengendalikan dirinya. Maka agama menjadi jalan tengah yang
mengatur. Selain itu Islam dalam perannya mengembangkan ilmu pengetahuan juga
secara tegas dalam firman Allah yang mendorong manmusia untuk hal ini. Banyak
dijumpai ayat Al Quran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan kemajuan Islam dalam bidang ilmu
pengetahuan di masa Abasiyah, harapannya Islam akan kembali merengkuh
kejayaannya, inilah yang perlu dijadikan motivasi bagi umat Islam untuk lebih
maju di masa kini dan mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Daftary Farhad (ed.), 2002, Tradisi-tradisi Intelektual Islam (terjemah.),
Jakarta, Erlangga.
Husin Al Munawar, Said Agil, 2005, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem
Pendidikan Islam, Ciputat, PT. Ciputat Press.
Jalaluddin, 2014, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahu-an, dan Peradaban,
Jakarta, Rajawali Pers.
Makbuloh, Deden, 2011, Pendidikan Agama Islam: Arah Baru
Pengembangan Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Jakarta, Rajawali
Pers.
Marshal, David (ed.),2012, Science and Religion: Christian and Muslim
Perspectives, Washington, DC, Georgetown University Press.
Muthahhari, Murtadha, 1996, Islam dan Tantangan Zaman (terjemah),
Bandung, Pustaka Hidayah.
Nata, Abuddin, 2011, Prespektif Islam tentang Strategi
Pembelajaran, Jakarta, Kencana.
bisa di download di http://www.4shared.com/file/4GRjpqYOce/Makalah_peranan_Islam_perkemb_.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar