Selasa, 14 Juli 2015

MANAGEMEN PEMASARAN PENDIDIKAN



MANAGEMEN PEMASARAN PENDIDIKAN

MAKALAH
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu:  Dr. Fahrurrozi
 









Disusun Oleh :
Ali Anwar (1400018020)


PROGRAM MAGISTER STUDI ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan, lembaga pendidikan sudah selayaknya memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Apabila lembaga pendidikan dianalogikan sebagai mesin produksi, maka kualitas output akan ditentukan oleh kualitas mesin tersebut. Artinya, pengelolaan pendidikan yang bermutu tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen secara umum yaitu: Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan dan Pengendalian. Fungsi-fungsi manajerial tersebut hendaknya dilakukan oleh setiap pengelola lembaga pendidikan secara efektif dan efisien, dan secara khusus pimpinan atau kepala merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya lembaga pendidikan.
Pendidikan yang bermutu merupakan standar kesesuain tampilan terhadap atribut-atribut yang dianggap penting oleh para pelanggan/pengguna jasa pendidikan. Atribut-atribut mutu tersebut hendaknya diketahui oleh penyelenggara lembaga pendidikan, sehingga dalam operasional kegiatan dapat mengacu pada kepentingan mutu pelanggan. Karena kegiatan pendidikan di sekolah adalah sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa yang memiliki bentuk proses yang sirkuler bukan linier atau sekedar jual beli.
Pemasaran, yang lebih dikenal dengan istilah asing “marketing” adalah suatu metode baru untuk memajukan dan mengembangkan potensi sebuah organisasi dengan memusatkan sasaran atau target, terutama pada masyarakat yang benar-benar memutuhkan dan menginginkan organisasi kita, dan tujuan dari pemasaran adalah membantu pengelola suatu organisasi untuk memutuskan produk apa yang mesti ditawarkan terlebih dahulu.
Dengan demikian, sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mengemban tugas yang tidak ringan, sangat diperlukan sistem manajerial yang baik dalam semua segi yang ada di dalamnya. Beberapa hal terkait dengan manajemen pemasaran Pendidikan yang akan Penulis jelaskan adalah (a) pengertian manajemen pemasaran Pendidikan, (b) tujuan dan fungsi pemasaran pendidikan, (c) proses manajerial dalam pemasaran pendidikan, (d) Evolusi pemasaran lembaga Pendidikan, (e) Konsep pemasaran strategis lembaga Pendidikan, dan (f) Realisasi pemasaran strategis lembaga Pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Manajemen Pemasaran Pendidikan
            .    Dijelaskan dalam kamus besar bahasa indonesia mengenai arti manajemen, yaitu 1 penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran; 2 pimpinan yg bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi. Sedangkan pemasaran diartikan sebagai perihal berupa proses, cara, perbuatan yang menyangkut penyebarluasan barang dagangan (barang atau jasa) dari produser kepada konsumen. [1]
Dengan demikian manajemen pemasaran adalah manajemen dengan sistem yang berpegang pada hakikat saling berhubungan antara semua bidang fungsional sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang pemasaran.
Sedangkan yang dimaksud pendidikan dalam SISDIKNAS adalah
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”[2]

dan jika dilihat dari segi manajemen pemasaran, pendidikan sendiri dapat dikatakan sebagai produk jasa yang merupakan sesuatu tidak berwujud akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang dapat diproses dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik, dan proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedian jasa dengan pengguna jasa yang memiliki sifat tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemimpinan.[3]
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen pemasaran Pendidikan adalah manajemen dengan sistem yang berlandaskan pada hakikat saling berhubungan antara semua bidang fungsional dalam sebuah lembaga Pendidikan sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang pemasaran yang berorientasi pada konsumen.

B.  Tujuan dan Fungsi Pemasaran Pendidikan
Untuk menentukan tujuan maupun fungsi dari pemasaran Pendidikan, tentunya tidak akan dapat terlepas dari pengertian yang telah disampaikan di atas. Adapun beberapa tujuan dari pemasaran pendidikan adalah
1.    Memberi informasi kepada masyarakat tentang produk-produk lembaga pendidikan,
2.    Meningkatkan minat dan ketertarikan masyarakat pada produk lembaga pendidikan,
3.    Membedakan produk lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan yang lain,
4.    Memberikan penilaian lebih pada masyarakat dengan produk yang ditawarkan, dan
5.    Menstabilkan eksisensi dan kebermaknaan lembaga pendidikan di masyarakat.[4]
Jadi, yang ingin dicapai dari pemasaran pendidikan adalah mendapatkan pelanggan yang disesuaikan dengan target, baik itu yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas dari calon pelanggan (siswa)[5].
Sedangkan fungsi dari pemasaan pendidikan adalah sebagai langkah pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan harus mengikuti atau mengimbangi ketatnya persaingan dalam memperoleh pelanggan (customer).[6] Jadi, pemasaran pendidikan berguna sebagai suatu langkah dalam mengimbangi posisi pendidikan di era persaingan global.

C.    Proses Manajerial Pemasaran Pendidikan
1.    Perencanaan
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam membuat perencaan pemasaran adalah:
a.    Menentukan visi, misi, tujuan umum, dan tujuan khusus lembaga pendidikan
b.    Menganalisis ancaman dan peluang eksternal lembaga pendidikan.[7]
Dalam ancaman dan peluang ekstrernal ini dibagi menjadi  4 :
1)   lingkungan publik yaitu kelompok atau organisasi yang tertarik pada kegiatan lembaga,
2)   lingkungan kompetitif yaitu lembaga lain yang bersaing untuk mendapatkan perhatian atau loyalitas dari kelompok sasaran,
3)   lingkungan makro yaitu kekuatan fundamental berskala besar yang membentuk peluang dan ancaman terhadap lembaga tersebut,
4)   lingkungan pasar yaitu kelompok dan organisasi yang bekerja sama dengan lembaga tersebut untuk mencapai visi dan misi mereka.[8]
c.    Mengetahui kecenderungan “kondisi pasar” sekaligus menentukan calon siswa yang akan dipilih lembaga pendidikan.[9]
2.    Pelaksanaan
Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemasaran adalah memperhatikan variabel-variabel yang dapat menarik minat pelanggan.[10]
3.    Pengendalian
Hal ini diperlukan untuk pecapaian sebuah kontrol yang baik, karena lembaga pendidikan sangat memerlukan informasi-informasi yang akurat dan memadai. Kemudian informasi yang telah didapatkan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kontrol dan evaluasi.[11]
Dalam pengendalian terdapat  3 jenis kontrol yang dapat dilakukan oleh organisai nirlaba seperti suatu lembaga pendidikan yaitu:
a.       Rencana kontrol tahunan, meliputi monitoring pada kinerja pemasaran yang berlangsung untuk meyakinkan bahwa volume penjualan tahunan dan keuntungan yang ditargetkan. Alat utamanya adalah analisis penjualan, analisis pangsa pasar, analisis anggaran pemasaran, dan penelusuran sikap pasar;
b.      Kontrol profitabilitas, yaitu determinasi profitabilitas yang aktual dari pemasaran yang telah dilakukan, dan akhirnya dapat diidentifikasi titik-titik kelemahan dalam pelaksanaan pemasaran. Misalnya kesesuaian layanan dengan kebutuhan di masyarakat, segmen pasar, saluran promosi, dsb;
c.       Audit pemasaran, bertujuan menganalisis tujuan pemasaran, strategi, dan sistem yang diadaptasi secara optimum dan lingkungan tujuan pemasaranyang telah diramalkan.[12]

D.    Evolusi Pemasaran Lembaga Pendidikan
Saat ini masih jarang kita temukan lembaga Pendidikan (LP) yang secara terbuka memasarkan lembaga pendidikan yang dikelolanya, hal ini lebih dikarenakan anggapan bahwa pendidikan bukan produk yang patut untuk dikomersilkan. Padahal, dalam sejarah pemasaran di lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan modern, proses pemasaran lembaga pendidikan telah banyak dilakukan dan dikembangkan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam lembaga pendidikan agar suatu lembaga pendidikan dapat laku dipasarkan, yaitu:
1.    Ada produk sebagai suatu komoditas,
2.    Produknya memiliki standar, spesifikasi, dan kemasan,
3.    Memiliki pangsa/ sasaran yang jelas,
4.    Memiliki jaringan dan media,
5.    Tenaga pemasar.
Selain beberapa hal tersebut, juga ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan promosi, yaitu:
a.    Komunikasi personal dan interpersonal (telemarketing, customer service & training, word of mouth),
b.    Periklanan,
c.    Promosi penjualan,
d.   Publisitas/ hubungan masyarakat,
e.    Peralatan intruksional,
f.     Corporate design.[13]
Sedangkan mengenai beberapa elemen yang perlu diperhatikan dalam pemasaran pendidikan, ada sedikit perbedaan anatara lembaga pendidikan yang sudah memiliki image yang bagus di masyarakat (sekolah favorit) dengan lembaga pendidikan yang dikatakan tidak mempunyai image. Untuk lembaga yang sudah memiliki image dalam implementasi pemasaran pendidikan hanya memerlukan planning yang dapat menyempurnakan keberadaan sekolah tersebut. hal ini dapat dilakukan dengan improvement quality yang berkesinambungan dengan inovasi sebagai terobosan baru dalam mengantisipasi permintaan dunia kerja sebagai relevansi pendidikan.[14]
Menurut Zulkarnain Nasution ada 6 evolusi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pendidikan, terutama terkait dengan penerimaan siswa/santri baru, yakni: tahap pertama, pemasaran tidak diperlukan; tahap kedua, pemasaran adalah promosi; tahap ketiga, pemasaran adalah segmentasi pasar; tahap keempat, pemasaran adalah penentuan posisi; tahap kelima, perencanaan strategi; dan tahap keenam, pemasaran adalah manajemen penerimaan siswa/santri baru.
Untuk lebih jelasnya, penulis uraikan enam tahapan tersebut sebagai berikut:
1.    Pemasaran tidak diperlukan. Hal ini lebih dikarenakan adanya anggapan bahwa LP adalah badan sosial sehingga tidak memerlukan pemasaran. Anggapan seperti ini masih menjadi pandangan umum pengelola LP, terlebih bagi pesantren yang selama ini lebih mengedepankan ”etika” dalam mensosialisasikan lembaga pendidikannya.
2.    Pemasaran adalah promosi. Ketika sebuah LP menyadari bahwa untuk menarik siswa/santri baru diperlukan sosialisasi yang lebih, maka pada saat itulah diupayakan promosi kepada masyarakat agar mengenal lembaga pendidikan yang sedang diselenggarakannya. Jadi, yang mendasari adanya promosi adalah adanya anggapan bahwa masyarakat tidak mengetahui LP tersebut, karenanya diperlukan unit/bagian informasi tentang pelayanan masyarakat yang salah satunya menangani publikasi dan informasi penerimaan siswa/santri. Upaya promosi ini dilakukan melalui media, seperti brosur, pamflet, banner, poster, surat kabar, media tatap muka, dan sebagainya.
3.    Pemasaran adalah segmentasi pasar. Pada tahap ini sebuah LP telah mengetahui dengan pasti posisinya dalam pasar. Dengan demikian pemasaran dilakukan dengan memfokuskan pada konsumen pada segmen tertentu sebagaimana dibidik oleh LP tersebut. Dalam tahap ini humas LP perlu untuk mengadakan penelitian terkait dengan segmen pasar yang dibidik.
4.    Pemasaran adalah menetapkan posisi. Pada tahap ini sebuah LP telah mengembangkan penelitian pasar yang diharapkan berguna untuk mencari basis basis baru untuk unggul dalam persaingan dalam menjaring siswa/santri baru. Pada tahap ini sebuah LP telah melihat peluang untuk memposisikan diri di antara berbagai lembaga pendidikan lainnya yang sejenis. Memposisikan diri dalam hal ini membuat lembaga pendidikan tersebut berbeda dengan para pesaingnya yang menyebabkannya mempunyai keistimewaan tersendiri sehingga layak untuk dipilih.
5.    Perencanaan strategis. Pada tahap ini sebuah LP menyadari bahwa perubahan situasi dan kondisi di luar lembaga pendidikan telah mengubah citra, posisi, dan program LP yang mencakup kemampuan menarik siswa dan pelayanan menjadi menurun. Hal ini wajar mengingat turunnya minat siswa/santri bukan hanya karena persaingan, namun juga beberapa faktor lain seperti kondisi ekonomi, demografi, perubahan tujuan pendidikan (seperti: keinginan cepat dapat pekerjaan) dan sebagainya.
Dengan demikian sebuah LP perlu untuk memperluas perencanaan dengan mengidentifikasi kecenderungan pokok kemudian menyesuaikan diri dengan kecenderungan tersebut. Berikutnya, LP tersebut mengubah visi, program, dan kegiatan lainnya untuk dapat menyesuaikan dengan kecenderungan tersebut.
6.      Pemasaran merupakan penerimaan siswa/santri baru. Setelah semua tahapan tersebut di atas, pada tahap terakhir ini pemasaran lembaga pendidikan telah mengerucut pada inti dari pemasaran ini sendiri, yaitu untuk menjaring siswa/santri baru dan memberikan layanan terbaik yang memuaskan sehingga memberikan peluang kepada mereka untuk menjadi rekan dalam memasarkan lembaga pendidikan tersebut.



E.     Langkah-Langkah Strategis Pemasaran Pendidikan
Di dalam pemasaran pendidikan terdapat beberapa langkah strategis, yaitu :
1.       Identifikasi pasar, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kondisi dan ekspektasi pasar termasuk atribut-atribut pendidikan yang menjadi kepentingan konsumen pendidikan.
2.       Segmentasi pasar dan positioning, yaitu membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang dibedakan berdasarkan kebutuhan, karaktristik, atau tingkah laku yang mungkin membutuhkan produk yang berbeda. Sedangkan positioning adalah karakteristik dan pembedaan produk yang nyata yang memudahkan konsumen untuk membedakan produk jasa antara satu lembaga dengan lembaga lainnya.
3.       Diferensiasi produk, melakukan diferensiasi merupakan cara yang efektif dalam mencari perhatian pasar. Strategi ini adalah strategi yang memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor.
4.       Komunikasi pemasaran, yaitu publikasi prestasi oleh media independen, seperti berita dalam media massa.
5.       Pelayanan sekolah, hal ini terlihat sebagai apa yang diharapka konsumen. Kesenjangan yang sering terjadi adalah adanya perbedaan persepsi kualitas dan atribut jasa pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap organisasi jasa, termasuk sekolah terdapat beberapa ciri organisasi jasa yang baik, yaitu memiliki :
a.         Konsep strategis yang memiliki fokus pada konsumen.
b.         Komitmen kualitas dari manajemen puncak.
c.         Penetapan standar yang tinggi.
d.        Sistem untuk memonitor kinerja jasa.
e.         Sistem untuk memuaskan keluhan pelanggan.
f.          Memuaskan karyawan sama engan pelanggan.
Terdapat lima langkah dalam rangka mencapai ciri-ciri di atas, yaitu :
1)        Keandalan merupakan kemamampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.
2)        Responsif merupakan kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
3)        Keyakinan merupakan pengetahuan dan kompetensi guru dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
4)        Empati merupakan syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
5) Berujud merupakan penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.
5)         
F.     Konsep Pemasaran Strategis Lembaga Pendidikan
Proses pemasaran strategis meliputi empat tahapan, yaitu: analisis situasi strategis, penyusunan strategi pemasaran, pengembangan program pemasaran, serta implementasi dan pengendalian strategi pemasaran.
1.    Marketing Situation Analysis merupakan suatu proses pengumpulan informasi tentang analisis pasar, analisis jasa, dan keadaan persaingan. Analisis persaingan perlu dilakukan dalam hal strategi yang digunakan oleh lembaga pendidikan sejenis serta kekuatan dan kekurangan mereka.
Analisa situasi strategis adalah tahap awal dalam membuat rencana pemasaran. Strategi utama adalah analisa SWOT: identifikasi terhadap Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Kesempatan (Opportunity) dan Ancaman (Threat) yang dihadapi sekolah. Merujuk pada Hollensen (2003), Sudarto Murtaufik menunjukkan bahwa terdapat beberapa kondisi penting yang menyokong analisa SWOT yang efektif di antaranya:
a)    Persoalan internal akan terkait dengan Kekuatan dan Kelemahan, sedangkan persoalan eksternal akan terkait dengan Kesempatan dan Ancaman. Dimensi internal dan eksternal dari sebuah analisa harus dipertimbangkan secara terpisah sehingga kerancuan yang timbul antara keduanya dapat dihilangkan.
b)    Kekuatan harus dipasangkan dengan Kesempatan (S → O); Kekuatan (internal) harus diubah menjadi Kemampuan (Capabilities) dengan dipasangkan dengan Kesempatan yang tersedia (eksternal/lingkungan)
c)    Kelemahan harus diubah menjadi Kekuatan (W → S) melalui investasi strategis dalam pengembangan internal lembaga pendidikan, contoh: proyek pelatihan staf dan guru.
d)   Ancaman harus diubah menjadi Kesempatan (T → O) melalui penyesuaian terhadap kekuatan kompetitif di dalam lingkungan eksternal, contoh: Sulitnya alumni lembaga Pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan, ancaman tersebut dapat dirubah menjadi kesempatan dengan mengupayakan proyek yang ditujukan menciptakan program pendidikan baru melalui perencanaan proyek bersama dengan instansi ketenagakerjaan.
2.    Designing Marketing Strategy berarti lembaga harus mengatur penetepan dan pencapaian target pasar, menetapkan Positioning atau keterpaduan antara kualitas jasa, saluran distribusi, harga, dan promosi atau lebih dikenal dengan bauran pemasaran.
Pada tahap ini kita akan memilih dari sejumlah pendekatan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Untuk itu ada tiga elemen yang diperlukan untuk membuat desain strategi pemasaran, yaitu:
a)    Strategi Target Pasar, memutuskan segmen mana dari pasar yang akan menjadi target.
b)   Strategi Posisi Kompetitif, mendasarkan penyediaan pada keistimewaan dan kekuatan relatif yang dimiliki institusi, yang memastikan kekompetitifan institusi.
c)    Strategi Campuran, mengidentifikasi unsur-unsur tertentu yang dapat dipromosikan atau berkontribusi besar dalam pemasaran oleh lembaga pendidikan, kemudian disebut sebagai 4 P. Strategi campuran ini terdiri dari empat komponen dasar; produk (Product), tempat (Place), harga (Price) dan promosi (Promotion). Namun untuk sektor jasa, yang di dalamnya termasuk pendidikan, komponen-komponen tersebut diperluas menjadi 7 (tujuh), yaitu : orang (Person), proses (Process) dan bukti (Proof). Untuk lebih jelasnya penulis paparkan uraian ketujuh hal tersebut di atas:
1)        Produk, diartikan sebagai fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan oleh lembaga.
2)        Harga, diartikan dalam hal costing (pembiayaan) dengan membandingkan antara pengeluaran dengan keuntungan yang akan didapat pelanggan dan pemberian pricing (harga), harga yang dimaksud adalah biaya yang dibebankan pada pelanggan.
3)        Tempat, diartikan baik sebagai kemudahan akses dan penampilan serta kondisi keseluruhan.
4)        Promosi hal ini berkaitan dengan kemampuan mengkomunikasikan manfaat yang didapat dari lembaga bagi pelanggan potensial.
5)        Orang, orang-orang ini adalah yang terlibat dalam menyediakan jasa.
6)        Proses, proses adalah sistem operasional untuk mengatur pemasaran, dengan implikasi yang jelas terhadap penempatan pegawai dengan pembagian tanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan mencari sumber daya bagi strategi pemasaran sekolah.
7)        Bukti diartikan sebagai bukti yang menunjukkan bahwa pelanggan akan mendapatkan manfaat, karenanya memunculkan pertanyaan mengenai pengawasan dan evaluasi.[15]
3.    Marketing Porgram Development merupakan pengembangan dan peningkatan program pemasaran, hal ini ditunjang oleh alokasi dana dan sumber daya manusia. Pada tahap program pemasaran yang telah dan/atau akan dilaksanakan perlu dikembangkan. Misalnya program pembuatan tabloid sekolah yang dikembangkan menjadi majalah sekolah.
4.    Implementing and Managing Marketing Strategy adalah penerapan dan pengaturan strategi pemasaran. Dalam hal ini perlu diatur organisasi pemasaran dengan menempatkan orang yang kompeten dan bertanggung jawab dalam merencanakan, menggerakkan, mengevaluasi, dan mengawasi strategi pemasaran.

G.    Realisasi Pemasaran Strategis Lembaga Pendidikan
Setelah mengetahui konsep pemasaran strategis LP selanjutnya perlu melakukan aksi dalam rangka mewujudkan ide-ide pemasaran yang telah dicanangkan. Pada hakekatnya pemasaran LP dapat menggunakan berbagai macam media yang dianggap mendukung terwujudnya tujuan pemasaran sebagaimana yang diinginkan. Namun pada makalah ini penulis berupaya memberikan beberapa aksi praktis dari pemasaran LP yang meliputi:
1.    Penerbitan majalah
Berdasarkan publik sasaran yang dituju, majalah dapat diklasifikasikan kepada majalah intern (intrenal magazine) , ekstren (external magazine) dan ekstren-intern (external-internal magazine). Penerbitannya harus direncanakan secara matang baik mengenai penentuan jenis majalah, penentuan pemred, staf redaksi, biaya, kertas dan percetakannya.
Terkait dengan penerbitan majalah ini kita telah melihat beberapa LP yang telah melaksanakan program ini, sebagaimana yang telah dilakukan oleh YLP Al Hikmah Surabaya dan Pondok Modern Darussalam Gontor.
2.    Pembuatan rubrik di radio, film dokumenter, album lagu, dan sebagainya
Sebuah LP dapat mempromosikan lembaganya dengan cara memfungsikan media elektronik, seperti radio, televisi, album lagu dan sebagainya. Sebagai contoh, siswa SMP alternatif Qaryah Tayyibah telah membuat album lagu hasil karya mereka, di samping itu mereka juga telah bekerja sama dengan salah satu stasiun TV swasta untuk membuat film dokumenter yang menggambarkan tentang lembaga pendidikan tersebut.
3.    Penyelenggaraan pameran
Pameran merupakan cara paling efektif untuk penerangan dan pendidikan. Dalam penyelenggaraan pemeran, usaha membangkitkan/ menarik perhatian (attention arousing) merupakan hal yang urgen, karena bagaimanapun bagusnya suatu barang/jasa yang dipamerkan bila publik tidak menaruh perhatian dan ketertarikan maka semua usaha akan sia-sia.
Untuk itu, dalam menyelenggarakan atau mengikuti pameran sebuah LP hendaknya menampilkan sesuatu yang berbeda dari kompetitornya, misalnya dengan menampilkan group nasyid sekolah/pesantren.
4.      Menggunakan Media Massa
Dalam penggunaan media massa ini, bagian pemasaran dapat melakukan kegiatan publisitas dan periklanan.
1)      Publisitas
Publisitas adalah tugas atau kegiatan untuk menceritakan kepada masyarakat luas tentang hasil produksi atau jasa perusahaan. Pengertian lain dari publisitas adalah dampak dari diketahuinya suatu informasi. Di sini Jefkins menyatakan perlunya publisitas sebagai media pencitraan yang baik bagi organisasi atau lembaga yang dipasarkan.
2)      Periklanan
Iklan humas adalah iklan yang ditujukan kepada masyarakat yang ditujukan untuk menjelaskan tentang suatu hal yang menyangkut pelayanannya.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemasaran lembaga Pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang sistematis, terencana, berkesinambungan dan sesuai dengan visi dan misi lembaga guna menarik minat serta mendapat kepercayaan dan loyalitas dari masyarakat dalam hal penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan. Tujuan dari strategi pemasaran lembaga Pendidikan tidak hanya menarik siswa untuk menjadi peserta didik, akan tetapi juga peningkatan sumber keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia agar berkualitas dan kompetetif.
Proses pemasaran strategis meliputi empat tahapan, yaitu: analisis situasi strategis, penyusunan strategi pemasaran, pengembangan program pemasaran, serta implementasi dan pengendalian strategi pemasaran.
Dari proses itu tim humas perlu untuk mengejawantahkan beberapa programnya dalam realisasi pemasaran bagi lembaga pendidikannya, di antaranya melalui penerbitan majalah, pembuatan film dokumenter, pembuatan album, periklanan dan sebagainya.
Hingga saat ini belum banyak lembaga Pendidikan yang secara terbuka memasarkan lembaga pendidikannya. Untuk itu, di penutup makalah ini penulis menyarankan kepada para calon manajer Pendidikan untuk dapat memahami dan menjelaskan pentingnya pemasaran bagi kelangsungan lembaga Pendidikan di masa kini dan akan datang.


DAFTAR PUSTAKA


Akdon, Dr. Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan. Alfabeta, Bandung, 2006.
Alam, Buchari, H, Prof. DR., Pemasaran Strategik Jasa Pendidikan CV. Alfabeta, Bandung.
Hermawan Kartajaya dan Philip Kotler, 2002, Rethinking Marketing; Sustainable Marketing Enterprise in Asia. Jakarta: Prenhallindo.
Kartajaya, Hermawan, et.al. 2005. MarkPlus on Strategy. Jakarta: Gramedia.
Kusumastuti, Frida. 2004. Dasar-Dasar Humas. Bogor: Ghalia Indonesia dan UMM Press.
Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran; Analisa, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jilid I, edisi kedelapan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Lupiyoadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa (Teori dan Praktek), Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Nasution, Zulkarnain. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan: Konsep, Fenomena dan Aplikasinya. Malang: UMM Press. 2006.
Sagala, H. Syaiful. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Alfabeta, Bandung, 2007.
Siswanto, Bambang. Hubungan Masyarakat: Teori dan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara. 1992.



[1] KBBI offline versi 1.1 freeware 2010 by Ebta Setiawan.
[2] Sisdiknas. pdf
[3] Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Cet. 1. Hlm 335.
[4] Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2009. Hlm 348.
[5] Menurut Mujamil Qomar, (2007: 200) pelanggan dalam lembaga pendidikan terdiri dari 2 jenis pelanggan internal dan pelanggan eksternal (pelanggan primer, sekunder, dan tersier). Pelanggan internal terdiri dari guru, pustakawan, laboran, teknisi, dan tenaga administrasi. Sedangkan pelanggan eksternal yang primer adalah siswa, sekunder adalah orang tua, pemerintah, dan masyarakat, tersier adalah pemakai atau penerima lulusan, baik lembaga pendidikan yan lebih tinggi atau dunia usaha.
[6] Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2009. Hlm 348.
[7] Muhaimin, et al 2010. Hlm 103
[8] Kotler, Philip. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. Terjm. Cet.1 Hlm.103
[9]Muhaimin, et al. 2010. “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan. Jakarta: Kencana. Edisi 1. Cet 2. Hlm 102-103.
[10] Muhaimin, et al. 2010. Hlm 104-108
[11] Muhaimin, et al. 2010. Hlm 108
[12] Muhaimin, et al. 2010. Hlm 109
[13] Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2009. Hlm 348.
[14] Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2009. Hlm 348.
[15] Kotler, Philip. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. Terjm. Cet.1 Hlm.201

Tidak ada komentar: