Selasa, 14 Juli 2015

ANALISIS STRATEGI PROMOSI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN CITRA LEMBAGA PENDIDIKAN DI SMP MUHAMMADIYAH 6 SEMARANG



ANALISIS STRATEGI PROMOSI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN CITRA LEMBAGA PENDIDIKAN DI SMP MUHAMMADIYAH 6 SEMARANG

KERANGKA TEORITIK
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu:  Dr. Fahrurrozi


 








Disusun Oleh :
Ali Anwar (1400018020)

PROGRAM MAGISTER STUDI ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015

ANALISIS STRATEGI PROMOSI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN CITRA LEMBAGA PENDIDIKAN DI SMP MUHAMMADIYAH 6 SEMARANG

A.  Kerangka Teoritik
1.    Strategi Promosi Pendidikan
a.   Definisi Strategi Promosi Pendidikan
Strategy menurut Oxford English Dictionary mengandung arti sebagai “The art of commander-in-chief: the art of projecting and directing the larger military movement and operations of a campaign” yang memiliki terjemahan bebas antara lain seni seorang panglima tertinggi, seni memproyeksikan dan mengarahkan gerakan-gerakan yang lebih besar dari militer dan pengoperasian suatu kampanye”. Arti kata ini sekilas menunjukkan relasional yang lemah dengan penggunaannya dalam bisnis dan manajemen oleh karena itu bila mendasarkan pada pengertian strategi dalam Oxford English Dictionary, pernyataan bahwa strategi dalam konteks bahasa lebih dekat dengan bidang kemiliteran.
Strategi memberikan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil cenderung bersifat subyektif atau berdasar intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain. Menurut Chandler, strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran organisasi, dan penerapan serangkaian tindakan, serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran ini.[1] Strategi adalah suatu kesatuan yang komprehensif dan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategi organisasi dengan lingkungan yang dihadapi, kesemuanya menjamin agar tujuan organisasi tercapai.[2]
Menurut Jack Trout, mengatakan bahwa kesuksesan ditentukan oleh kepemilikan strategi yang tepat. “Dalam definisinya, strategi bukanlah tujuan, strategi adalah arah pemasaran yang koheren. Pertama, strategi dikatakan koheren jika berfokus pada taktik yang telah dipilih. Kedua, strategi mengandung aktivitas-aktivitas pemasaran yang koheren, produk, harga, distribusi, iklan dan semua aktivitas yang merupakan elemen-elemen bauran pemasaran harus berfokus secara koheren pada taktik yang telah dipilih. Terakhir, strategi adalah arah pemasaran yang koheren, setelah dibentuk, arah dari strategi jangan di ubah.[3]
Menurut Armstrong, strategi telah didefinisikan dalam beragam cara oleh banyak penulis, sebagai contoh : Strategi adalah penerapan tujuan dasar jangka panjang sasaran sekolah atau lembaga, dan penerapan serangkaian tindakan, serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran.
Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas sekolah atau lembaga pendidikannya agar bersedia menerima dan loyal pada lembaga pendidikan yang ditawarkan sekolah atau lembaga pendidikan yang bersangkutan.[4]
Strategi yang dipandang sebagai sebuah seni dalam memproyeksikan sebuah gagasan yang ditujukan untuk mengapresiasikan tindakan yang bertujuan untuk mempromosikan sebuah citra sekolah yang dimana dalam hal ini dengan adanya strategi promosi sebuah lembaga memiliki beberapa penyebaran informasi yang membujuk, mengingatkan agar pengguna lembaga pendidikan dapat memiliki pandangan bahwa sekolah tersebut memiliki citra yang baik.
Penyusunan strategi memerlukan tahapan-tahapan tertentu untuk dipenuhi. Maka sedikitnya ada enam tahapan umum yang perlu diperhatikan dalam merumuskan suatu strategi, adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Seleksi yang mendasar dan kritis terhadap permasalahan, dalam memilih sebuah strategi maka hal yang paling mendasar di dalam sebuah lembaga untuk mendirikan sebuah lembaga itu sendiri seperti apa.
2.    Menetapkan tujuan dasar dan sasaran strategis, dalam memilih strategi maka tindakan selanjutnya adalah sebuah lembaga mampu menyampaikan beberapa tujuan dalam promosi.
3.    Menyusun perencanaan tindakan, dalamproses perencanaan memang diperlukan beberapa pilihan-pilihan tindakan yang akan dilakukan.
4.    Mempertimbangkan keunggulan, pertimbangan keunggulan menjadi hal yang intim dikarenakan publik atau masyarakat mulai menilai sebuah lembaga tersebut dengan beberapa keunggulan yang dimiliki.
5.    Mempertimbangkan keberlanjutan, proses keberlanjutan ini merupakan bagian pembaruan dalam semua aspek kegiatan perencanaan.
Strategi pemasaran promosi yang berhasil umumnya bertumpu pada peserta didik atau orang tua murid. Bahwa strategi pemasaran promosi melibatkan penempatan rangsangan fisik dan sosial di lingkungan peserta didik atau orang tua murid agar dapat mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku mereka.[5]
Untuk menghindari kerancuan, perlu diperhatikan bahwa sampai bagian ini pembahasan masih terbatas mengenai strategi.Pada umumnya suatu satuan pendidikan memiliki tujuan dan untuk mencapainya memerlukan strategi. Strategi merupakan suatu kesatuan rencana yang luas dan terintregrasi yang menghubungkan antara kekuatan internal organisasi dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya. Strategi dirancang untuk memastikan tujuan organisasi dapat dicapai melalui implementasi yang tepat.
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu lulusan sebuah lembaga, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa lulusan sebuah lembaga tersebut akan berguna bagi masyarakat, maka mereka tidak akan pernah memasuki lembaga tersebut.[6]
Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk dan mengingatkan sasaran yakni lembaga pendidikan agar mau memasuki lembaga pendidikan tersebut serta loyal terhadap lembaga pendidikan.
Promosi adalah salah satu jenis komunikasi yang sering dipakai oleh pemasar (lembaga pendidikan). Sebagai salah satu elemen bauran promosi, promosi penjualan menurut American Marketing Association (AMA) yang dikutip dari bukunya Sustina adalah : “Sales promotion is media and non-media marketing pressure applied for a predetermined, limited period of time in order to stimulate trial, increase consumer demand, or improve product quality”. Definisi diatas menunjukkan bahwa promosi merupakan upaya pemasaran yang bersifat media dan non media untuk merangsang coba-coba dari konsumen (orang tua wali murid atau publik), meningkatkan permintaan dari konsumen (orang tua wali murid atau publik) atau memperbaiki kualitas produk (lulusan).
b.  Peningkatan Mutu melalui Promosi
Dalam keterkaitannya dengan berbagai bahasan yang ada, promosi juga digunakan sebagai media untuk meningkatkan mutu sebuah lembaga atau perusahaan, hal ini dapat kita lihat bagaimana sebuah produk dapat diminati oleh publik atau konsumen yang dimana produk tersebut memiliki media promosi yang baik pula sehingga konsumen atau publik dapat merasakan kualitas mutu yang terkandung di dalamnya.
Kegiatan promosi dalam meningkatkan mutu dapat dilakukan dengan menggunakan sejumlah media atau berbagai saluran dengan harapan terjadinya tiga tahapan perubahan yaitu: perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki. Kegiatan pemasaran ini bertujuan untuk memberi informasi kepada orang banyak dengan harapan tujuan suatu organisasi bisa tercapai, yaitu terjadinya peningkatan pendapatan sebagai hasil penambahan penggunaan jasa atau pembelian produk yang ditawarkan.[7]
c.    Tujuan dan Fungsi Strategi Promosi Pendidikan dalam Meningkatkan Citra.
Dalam tujuan dan fungsi strategi promosi memiliki beberapa tujuan dalam promosi, beberapa tujuan strategi promosi diantaranya adalah :
1.    Membawa ke arah peningkatan koordinasi dalam pemasaran.
2.    Menetapkan standar prestasi untuk mengukur hasil pemasaran.
3.    Memberikan dasar yang logis untuk pengambilan keputusan.
4.    Meningkatkan kemampuan untuk menghadapi  perubahan- perubahan dalam pemasaran.
Rossiter    dan   Percy   mengklasifikasikan   tujuan promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut : (1) Menumbuhkan pemahaman persepsi peserta didik terhadap suatu kebutuhan pendidikan (2) Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu lembaga pendidikan kepada pihak pengguna lembaga pendidikan (3) Mendorong pemilihan terhadap suatu lembaga pendidikan (4) Membujuk peserta didik terhadap suatu lembaga pendidikan (5) Menumbuhkan persepsi peserta didik terhadap suatu kebutuhan (6) Menanamkan citra lembaga pendidikan dan sekolah.[8]
Dalam organisasi pasti memiliki fluktuasi kondisi dimana ada kondisi aman akan tetapi juga terdapat sisi problem atau masalah diantaranya daya atau kekuatan dalam persaingan positif tentang promosi antar lembaga yang satu dengan yang lain, oleh karenanya sebuah strategi promosi di butuhkan sumber daya yang dapat di kembangkan, adanya koordinasi antar anggota hingga tingkat pengurus lembaga pendidikan.
Adapun beberapa fungsi promosi sebagai sarana atau alat penguat pemasaran dalam orientasi peningkatan citra lembaga pendidikan, adalah sebagai berikut ;
a)      Memberi Informasi. Promosi membuat pihak pengguna lembaga pendidikan dalam hal ini konsumen pihak pengguna lembaga pendidikan yakni orang tua wali murid sadar akan lembaga pendidikan-lembaga pendidikan baru yakni calon-calon peserta didik yang akan masuk di lembaga pendidikan, serta mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat program-program studi yang di tawarkan oleh lembaga pendidikan, serta memfasilitasi penciptaan citra sebuah sekolah atau lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan yang baik.
b)      Membujuk. Media promosi atau iklan yang baik akan mampu mempersuasi atau membujuk peserta didik untuk mencoba mengetahui ragam materi atau hal apa saja yang ada tentang lembaga pendidikan dan jasa dalam rangka
c)      peningkatan pendidikan yang ditawarkan.
d)     Mengingatkan. Iklan menjaga agar sekolah atau lembaga pendidikan tetap segar dalam ingatan dari para pihak pengguna lembaga pendidikan atau kepada orang tua wali murid. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan fasilitas serta hasil lulusan dan jasa dalam rangka peningkatan pendidikan yang diiklankan, sehingga dampak promosi di masa lalu memungkinkan lembaga pendidikan mampu mengingatkan kembali di benak pihak pengguna lembaga pendidikan atau pihak yang mengharapkan.
e)      Menambah nilai. Promosi yang efektif dapat menyebabkan lembaga pendidikan dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing lain dalam hal ini adalah lembaga pendidikan lain.[9]
Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa fungsi strategi promosi dalam meningkatkan citra lembaga pendidikan adalah untuk mengendalikan ketidakpastian tentang sumber daya yang ada dalam lembaga, serta mengetahui seberapa kekuatan lembaga pendidikan tersebut.
d.    Proses Strategi Promosi Pendidikan dalam Meningkatkan Citra.
1) Perencanaan Strategi Promosi Pendidikan
Perencanaan strategi promosi memerlukan tahapan-tahapan tertentu untuk dipenuhi. Berdasarkan rumusan pengertian terakhir dari definisi strategi pada sub bab sebelumnya, maka sedikitnya ada enam tahapan umum yang perlu diperhatikan dalam merumuskan suatu strategi, yaitu : (1) Seleksi yang mendasar dari kritis terhadap permasalahan, (2) Menetapkan tujuan dasar dan sasaran strategis, (3) Menyusun perencanaan tindakan dalam promosi,(4) Menyusun rencana anggaran penyumberdayaan sebagai modal promosi, (5) Mempertimbangkan keunggulan sebagai acuan terhadap lembaga lain, (6) Mempertimbangkan keberlanjutan.
2) Pelaksanaan Strategi Promosi Pendidikan
Pelaksanaan strategi promosi pendidikan akan melibatkan beberapa tahap adapun tahapannya antara lain:
a.    Menentukan tujuan.Tujuan promosi merupakan awal untuk kegiatan promosi.
b.    Mengidentifikasi pasar yang dituju. Pasar yang dituju harus terdiri atas individu-individu yang sekiranya bersedia menggunakan lembaga pendidikan tersebut selama periode yang bersangkutan.
c.    Menyusun anggaran. Anggaran digunakan untuk mengarahkan pengeluaran uang dalam mencapai tujuan tersebut
d.   Memilih berita. Tahap selanjutnya dimulai dengan berita yang tepat untuk mencapai pasar yang dituju tersebut. Sifat berita itu akan berbeda-beda tergantung pada tujuan promosinya.
e.    Menentukan promotional mix. Sekolah atau lembaga pendidikan dapat menggunakan tema berita yang berbeda-beda pada masing-masing kegiatan promosinya.
f.     Memilih media mix. Media adalah saluran penyampaian pesan komersial kepada khalayak sasaran.[10]
Untuk alternatif media secara umum dapat dikelompokkan menjadi media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, brosur, selebaran) media elektronik (Televisi, radio) media luar ruang (baliho, poster, spanduk, balon raksasa) media lini bawah (kalender).
Untuk mengembangkan komunikasi yang efektif maka diperlukan suatu program delapan langkah, adapun delapan langkah yang harus diperhatikan adalah :
a)      Mengidentifikasi Audiens Target. Dalam tahap ini kita menentukan siapa audiens target kita. Audienstarget merupakan individu, kelompok masyarakat khusus atau umum. Bila perusahaan atau lembaga pendidikan telah melakukan segmentasi dan penargetan, maka segmen itulah yang menjadi audiens target.
b)      Menentukan Tujuan Komunikasi. Setelah mengetahui audiens target dan ciri-cirinya, maka kemudian dapat menentukan tanggapan apa yang dikehendaki. Perusahaan atau lembaga pendidikan harus menentukan tujuan komunikasinya, apakah untuk menciptakan pengetahuan, kesukaan, pilihan, atau keyakinan.
c)      Merancang pesan. Kemudian perusahaan atau lembaga pendidikan harus menyusun pesan yang efektif. Idealnya suatu pesan harus mampu memberikan perhatian, menarik, membangkitkan keinginan dan menghasilkan tindakan.
d)     Menyeleksi Saluran Komunikasi. Perusahaan atau lembaga pendidikan harus menyeleksi saluran komunikasi yang efisien untuk membawakan pesan. Saluran komunikasi itu biasa berupa komunikasi personal atau nonpersonal.
e)      Menetapkan Jumlah Anggaran Promosi. Menetapkan anggaran sangatlah penting karena untuk menentukan menggunakan media apa, juga tergantung pada anggaran yang tersedia. Ataukah perusahaan atau lembaga pendidikan berorientasi pada pencapaian sasaran promosi yang akan dicapai sehingga sebesar itulah anggaran yang akan berusaha disediakan.
f)       Menentukan Bauran Promosi. Langkah selanjutnya setelah menetapkan anggaran promosi adalah menentukan alat promosi apa yang akan digunakan, apakah melalui periklanan, hubungan masyarakat.
g)      Mengukur Hasil-hasil Promosi. Setelah melakukan rencana promosi, perusahaan atau lembaga pendidikan harus mengukur dampaknya pada audiens target, apakah mereka mengenal atau mengingat pesan-pesan yang diberikan. Beberapa kali melihat pesan tersebut, apa saja yang diingat bagaimana sikap mereka terhadap produk atau jasa tersebut.
h)      Mengelola dan Mengkoordinasi Proses Komunikasi. Karena jangkauan komunikasi yang luas dari alat dan pesan komunikasi yang tersedia untuk mencapai audiens target, maka alat dan pesan komunikasi perlu di koordinasikan. Karena jika tidak, pesan-pesan itu akan menjadi lesu pada saat lembaga pendidikan dibuka, pesan kurang konsisten atau tidak efektif lagi.[11]
3)      Mengevaluasi Efektifitas
Dalam kaitannya untuk mengukur efektifitas kegiatan promosi dianjurkan untuk tidak melupakan pengevaluasian terhadap efektifitas promosi itu sendiri, adapun tahapan evaluasi tersebut adalah sebagai berikut;
a)      Mengukur efektifitas. Pengukuran efektifitas ini sangat penting bagi manajer atau pengelola lembaga pendidikan,tanpa dilakukannya pengukuran efektifitas tersebut akan sulit diketahui apakah tujuan sekolah atau lembaga pendidikan dapat dicapai atau tidak.
b)      Mengendalikan dan memodifikasi kampanye promosi. Setelah dilakukan pengukuran efektifitas, ada kemungkinan dilakukan perubahan rencana promosi. Perubahan dapat terjadi pada promosional mix, media mix, berita, anggaran promosi, atau cara pengalokasian anggaran tersebut. Yang penting, sekolah atau lembaga harus memperhatikan kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat untuk menghindari kesalahan yang sama di masa mendatang.[12]
Promosi yang dilakukan sebenarnya mengemban misi untuk menyampaikan suatu informasi tentang suatu lembaga pendidikan yang di promosikan. Intinya bagaimana pesan tersebut sampai pada orang tua wali murid atau publik dengan cepat dan tepat. Ketepatan informasi ini ditentukan oleh tiga elemen, yaitu ; sifat kualifikasi pesan, figure dan gaya bahasa pesan yang akan disampaikan serta sarana media yang digunakan. Tiga elemen ini sangat menentukan keberhasilan promosi, tetapi yang lebih penting dalam promosi ini adalah dari segi etikanya yang berupa kebenaran dan kejujuran obyektivitas pesan faktual yang disampaikan dalam promosi.[13]
Strategi promosi yang bersifat defensif seperti strategi kepuasan siswa atau orang tua wali murid memerlukan keterampilan hubungan interpersonal yang baik antara pihak lembaga pendidikan dengan siswa atau orang tua wali murid. Dalam strategi ini, salah satu kegiatan promosi dalam menciptakan peningkatan citra sekolah adalah menangani banyak keluhan dari para orang tua wali murid. Setidaknya ada empat aspek penting dalam penanganan keluhan, yaitu :
a)      Empati terhadap pelanggan yang marah.Tidak semua pelanggan atau orang tua wali murid menyampaikan keluhannya terhadap citra lembaga dengan lemah lembut. Tidak jarang keluhan pelanggan atau orang tua wali murid disampaikan dengan penuh emosi dan marah. Menghadapi orang tua wali murid yang seperti ini pihak sekolah perlu bersikap empati, agar persoalan tidak semakin runyam. Dengan demikian, permasalahan yang dihadapi dapat semakin jelas sehingga permasalahan yang dihadapi semakin jelas dan dapat diupayakan penyelesaian secara bersama.
b)      Kecepatan menangani keluhan.Pada umumnya orang tua wali murid yang menyampaikan keluhan mendesak untuk dilayani dengan secepatnya. Bila pelanggan merasakan bahwa keluhannya tidak ditanggapi, maka besar kemungkinan orang tua wali murid menjadi semakin marah. Bila ini dibiarkan, maka dikhawatirkan rasa tidak puas kepada lembaga pendidikan berkembang menjadi ketidakpuasan yang bersifat permanen. Bahkan, dikhawatirkan bila kekecewaan telah memuncak, pelanggan atau orang tua wali murid akan menyebarkan citra buruk tentang lembaga pendidikan yang mengecewakannya. Apabila keluhan ditangani dengan cepat, maka yang terjadi pada pelanggan adalah hal yang sebaliknya. Ada kemungkinan terjadi perubahan pada pelanggan atau orang tua wali murid yang tidak puas menjadi puas. Apabila orang tua wali murid puas maka kemungkinan besar orang tua wali murid akan menyebarkan  citra  positif  kepada  kolega-koleganya dan publik pada umumnya.
c)      Kewajaran dan keadilan dalam memecahkan keluhan.Lembaga pendidikan perlu juga memperhatikan aspek kewajaran dalam hal biaya dan kinerja jangka panjang. Hasil yang diharapkan tentunya adalah situasi „win-win dimana kedua belah pihak sama-sama merasa diuntungkan, baik pihak lembaga pendidikan maupun pihak orang tua wali murid.
d)     Kemudahan bagi orang tua wali murid untuk menghubungi lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan memudahkan orang tua wali murid dalam menyampaikan komentar, saran, kritik, atau keluhannya. Untuk itu, lembaga pendidikan perlu merancang metode komunikasi antara lembaga pendidikan dan orang tua wali murid yang mudah diakses dan relatif murah. Bila dipandang perlu, lembaga pendidikan dapat menyediakan jalur atau saluran telefon khusus (hot line service) untuk menampung keluhan orang tua wali murid atau memanfaatkan e-mail, Facebook lembaga pendidikan di jaringan internet atau memanfaatkan melalui pembukaan site di world wide web. [14]
Dalam memiliki tahapan penanganan keluhan yang biasa dikatakan untuk meraih citra yang positif di mata publik atau pihak pengguna yakni beberapa orang-orang yang terkait dalam lembaga pendidikan tersebut, diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan yang ada sehingga antara lembaga pendidikan dan orang tua wali murid tidak terjadi miss communication yang berujung kepada ketidakpuasan pelanggan (orang tua wali murid).
2.    Citra Lembaga Pendidikan
Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan) atau public relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. Seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negative yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya.[15]
Citra terbentuk dari bagaimana lembaga melaksanakan kegiatan operasional yang mempunyai landasan utama pada segi layanan. Citra juga terbentuk berdasarkan impresi dan berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu, sehingga membangun suatu sikap mental.[16]
Menurut Levitt mengatakan bahwa citra (image) is the impression, feeling, the conception which the public has of a company or organization , a conditionally created of an object, person or organization. Artinya : citra adalah merupakan sebuah apresiasi, perasaan yang ada pada publik mengenai perusahaan atau lembaga, mengenai suatu objek, orang atau lembaga. Citra ini tidak dapat dicetak seperti mencetak barang di pabrik, tetapi citra ini adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan, pemahaman seseorang tentang sesuatu.[17]
Citra akan diperhatikan publik dari waktu kewaktu dan akhirnya akan membentuk suatu pandangan positif yang akan dikomunikasikan dari satu mulut ke mulut yang lain. Dalam kesibukan kita sehari-hari jangan melupakan keadaan fisik, keterampilan, fasilitas, kantor, karyawan dan yang melayani publik harus selalu dalam garis dengan satu tujuan memuaskan konsumen. Katakan pada mereka apa yang kita perbuat untuk menjaga agar mereka selalu puas, diperbaiki di masa yang akan datang. Citra merupakan realitas, oleh karena itu jika komunikasi pasar tidak cocok dengan realitas, ketidakpuasan akan muncul dan akhirnya konsumen mempunyai persepsi yang buruk terhadap citra organisasi.[18]
Sikap mental inilah yang nantinya dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan, karena citra (image) dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Lembaga pendidikan dan lembaga non-profit lainnya, mencari dana yang diperlukan untuk membiayai organisasi. Dana ini diperoleh dari orang-orang yang berhubungan dengan organisasi. Oleh sebab itu, agar dana lebih mudah mengalir maka perlu dibentuk  citra  (image)  yang  baik  terhadap  organisasi.[19]
Masalah citra (image) ini pada seseorang tentang organisasi mungkin saja tidak tepat, karena apa yang dialaminya tidak sama dengan apa yang dialami oleh orang lain. Di sinilah perlunya organisasi harus setiap saat memberi informasi yang diperlukan oleh publik.
Berdasarkan uraian di atas, maka lembaga pendidikan harus berusaha menciptakan citra positif di hati masyarakat. Citra inilah yang nantinya akan menggiring masyarakat untuk menentukan apakah mereka akan memasukkan putra putrinya ke sekolah tersebut atau sebaliknya. Penumbuhan citra positif membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya citra, yaitu antara lain reputasi akademik, tampilan sekolah, biaya, atensi personal, lokasi, penempatan karir, aktivitas sosial, dan program studi. Semua komponen tersebut itulah kelak yang akan membentuk citra terhadap lembaga pendidikan dan semestinya mendapat perhatian khusus bagi manajemen sekolah.[20]
Citra positif mengandung arti kredibilitas suatu organisasi atau lembaga dimata publik adalah baik. Kredibel ini mencakup dua hal, yakni : (1). Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan, harapan, maupun kepentingan publik; dan (2). Kepercayaan untuk tetap komitmen menjaga kepentingan bersama untuk mewujudkan investasi sosial, yaitu program-program yang ditujukan untuk kesejahteraan sosial.
Citra lembaga pendidikan bukan hanya dilakukan oleh humas, tetapi perilaku seluruh unsur yang tergabung dalam lembaga baik itu publik internal atau eksternal lembaga ikut andil dalam pembentukan citra lembaga pendidikan Islam. Dengan kata lain, citra lembaga pendidikan Islam adalah citra keseluruhan yang dibangun dari semua komponen seperti kualitas lulusan, keberhasilan pengelolaan, kesehatan ruangan, perilaku anggota organisasi, tanggung jawab sosial. Citra positif terhadap suatu lembaga merupakan langkah penting menggapai reputasi maksimal lembaga di khalayak publik.
Citra suatu lembaga, terutama lembaga pendidikan Islam dimulai dari identitas lembaga yang tercermin melalui pemimpinnya, nama lembaga, dan tampilan lainnya seperti pemanfaatan media publik baik yang visual, audio, maupun audio visual. Identitas dan citra lembaga juga dalam bentuk non fisik seperti nilai-nilai dan filosofis yang dibangun, pelayanan, gaya kerja, dan komunikasi internal maupun eksternal.
Identitas lembaga akan memancarkan citra kepada publik antara lain di mata pengguna, komunitas, media, penyumbang dana, staf, dan juga pemerintah sehingga jadilah citra lembaga. Karena itu, citra lembaga pendidikan dibangun dari 4 area, adapun area yang dimaksud yaitu :
1)   Produk (kualitas lulusan).
2)   Kerjasama, tepat waktu, keahlian yang beragam, semangat keanggotaan.
3)   Ruang kantor, ruang informasi, laborat.
4)   Iklan, hubungan perseorangan, brosur, program-program identitas lembaga.[21]
Citra yang baik dari suatu organisasimerupakan aset, karena citra mempunyai dampak pada persepsi konsumen dari komunikasi dan operasi organisasi dalam berbagai hal. Gronroos mengidentifikasikan terdapat empat peran citra bagi organisasi meliputi :
1)   Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye pemasaran eksternal, seperti periklanan, penjualan pribadi dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra mempunyai dampak adanya pengharapan. Citra yang positif lebih memudahkan bagi organisasi untuk berkomunikasi secara efektif, tetapi citra yang negative sebaliknya.
2)   Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi pada kegiatan perusahaan atau lembaga. Jika citra baik, maka citra menjadi pelindung. Perlindungan hanya efektif untuk kesalahan-kesalahan kecil pada kualitas teknik dan fungsional yang tidak berakibat fatal, biasanya citra masih mampu menjadi pelindung dari kesalahan itu.

3)   Citra adalah fungsi dari pengalaman dan juga harapan konsumen. Ketika konsumen membangun harapan dan realitas pengalaman dalam bentuk pelayanan teknis maupun fungsional memenuhi citra atau melebihi citra maka kepercayaan masyarakat bertambah.
4)   Citra mempunyai pengaruh penting bagi manajemen, dengan kata lain citra mempunyai dampak internal bagi lembaga, karena citra yang positif maupun negatif sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.[22]
Hubungan masyarakat merupakan salah satu metode berkomunikasi dengan organisasi. Pada kenyataannya, baik disadari atau tidak bahwa lembaga pendidikan mempunyai kegiatan hubungan masyarakat. Berkaitan dengan promosi yang dilakukan oleh organisasi pendidikan, publisitas dan hubungan masyarakat merupakan yang paling sering digunakan oleh lembaga untuk memasarkan potensi yang dimiliki sekolah.
Oleh karena itu hubungan masyarakat berkenaan dengan sejumlah tugas pemasaran, tugas-tugas ini meliputi: membangun dan memelihara citra, mendukung kegiatan-kegiatan komunikasi lain, menangani masalah tanpa permasalahan, menguatkan posisi, mempengaruhi publik, membantu peluncuran jasa-jasa baru.[23]
Dalam konteks di atas, membangun hubungan pelanggan yang baik membutuhkan lebih dari sekedar mengembangkan produk dan jasa yang baik, menetapkan harga untuk produk dan jasa itu secara atraktif, dan menyediakan produk dan jasa itu bagi pelanggan sasaran. Organisasi juga harus mengkomunikasikan preposisi nilai lembaga kepada pelanggan. Segala bentuk komunikasi harus direncanakan dan dipadukan kedalam program komunikasi pemasaran yang diintegrasikan secara cermat.
d.   Mengembangkan Mutu Lembaga Pendidikan Melalui Promosi
Komponen vital dalam pemasaran bauran adalah promosi, ini berkaitan dengan komunikasi. Walaupun demikian, adalah salah jika promosi ditempatkan pada posisi atas dalam daftar perencanaan. Orang yang bertanggung jawab terhadap promosi harus tahu bagaimana menerima pesan telepon, membalas telepon, mengirim pamphlet.
Dalam dunia pendidikan, promosi merupakan daya tarik teknik-teknik yang digunakan untuk menarik calon orang tua siswa atau siswa itu sendiri. Kegiatan promosi sekolah dapat dilakukan melalui media komunikasi massa misalnya; koran, majalah, televisi, radio, papan reklame, layar dan gambar tempel. Disamping itu dapat juga dilakukan dengan kegiatan promosi pendukung, yaitu pameran sekolah. Pameran merupakan salah satu contoh dari kegiatan pengembangan mutu melalui promosi sebab dalam pameran dipasang berbagai macam gambar, papan reklame, dan contoh produk lembaga.34Dari segi pengembangan mutu dapat diamati bahwa pengembangan mutu melalui promosi dalam hal ini diantaranyaadalah pameran, sekolah tidak secara langsung menyelenggarakan acara pameran tersebut, namun pihak pengembang lembaga pendidikan melaksanakan pameran dengan menghadirkan orang tua dengan beberapa event yang di anggap lembaga pendidikan sebagai alat untuk mengembangkan mutu lembaga pendidikan.
3.    Hubungan Strategi Promosi dengan Citra Lembaga Pendidikan
Strategi promosi akan efektif apabila tercipta kondisi meningkatnya apresiasi positif dari publik terhadap produk sebuah lembaga pendidikan. Promosi yang tepat adalah bila tujuan promosi diarahkan untuk tahap-tahap kesiapan untuk mengubah pelanggan (orang tua wali murid atau masyarakat) dari tidak tahu menjadi tahu, memahami, dan memberikan apresiasi yang baik mengenai citra lembaga pendidikan tersebut.
Dalam strategi promosi yang terkait dengan hubungannya dengan citra lembaga pendidikan ada upaya pendekatan yang biasa disebut attitudinal. Dasar pendekatan ini adalah upaya menghubungkan tujuan promosi dengan tujuan pemasaran, tidak hanya fungsi yang ditunjukkan promosi, tetapi juga hasil-hasil tentang pencitraan masyarakat akan lembaga pendidikan akan dicapai.[24]
Keputusan peserta didik dalam memilih lembaga pendidikan dipengaruhi oleh besarnya Citra konsumen, yaitu seberapa besar konsep persepsi citra yang ada dalam diri peserta didik yang sesuai dengan lembaga pendidikan sehingga bersedia memilih lembaga pendidikan tersebut daripada lembaga pendidikan lainnya. Citra konsumen merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa sehingga berpengaruh terhadap keputusan konsumen.
Keputusan peserta didik dalam memilih lembaga pendidikan sangat dipengaruhi besarnya citra produk yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut. Citra lembaga menurut Simamora (2004) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu promosi. Citra lembaga dibangun agar menjadi positif dimata publik baik yang telah menjadi konsumen nyata maupun potensial customer yang hendak dibidik sehingga sangat mempengaruhi keputusan konsumen dalam hal ini adalah peserta didik.
Pemasaran pendidikan merupakan langkah pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan harus mengikuti ketatnya persaingan untuk memperoleh pelanggan. Bagi lembaga pendidikan yang telah memiliki image yang bagus di masyarakat seperti sekolah favorit, implementasi pemasaran pendidikan hanya membutuhkan rencana yang lebih menyempurnakan keberadaan sekolah tersebut dengan melakukan improvement quality yang berkesinambungan dengan inovasi sebagai terobosan baru dalam mengantisipasi permintaan dunia kerja sebagai relevansi dari dunia pendidikan.
Pendidikan yang dapat dipasarkan adalah pendidikan yang memiliki produk sebagai komoditas, produknya memiliki standar, spesifikasi dan kemasan, memiliki sasaran yang jelas, memiliki jaringan dan media, dan memiliki tenaga pemasar. Pemasaran pendidikan dapat dilakukan melalui promosi, dengan tujuan untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang produk-produk sekolah, meningkatkan minat dan ketertarikan masyarakat tentang produk sekolah, membedakan produk sekolah dengan produk sekolah lainnya, memberi penekanan nilai lebih yang diterima masyarakat atas produk yang ditawarkan, dan menstabilkan eksistensi dan kebermaknaan sekolah di masyarakat.
Semua elemen di atas menjadi panduan dalam melakukan analisis untuk menciptakan strategi pemasaran yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh suatu lembaga. Penerapan dengan improvement quality secara berkesinambungan secara pasti akan meningkatkan posisi lembaga pada posisi yang diinginkan. Adapun sebuah citra terbentuk dari bagaimana lembaga melaksanakan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi layanan.
Citra juga terbentuk berdasarkan impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu, sehingga dapat membangun suatu sikap mental. Dan sikap mental inilah yang nantinya dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan. Sebab citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Lembaga pendidikan dan lembaga non profit lainnya, mencari dana yang diperlukan untuk membiayai organisasi. Dana ini diperoleh dari orang-orang yang berhubungan dengan organisasi.
Oleh sebab itu, agar lebih mudah mengalir maka perlu dibentuk citra yang baik terhadap organisasi. Dengan demikian, intinya dengan adanya penerapan pemasaran pendidikan maka akan menciptakan budaya kualitas dal setiap segmen dan langkahnya, sehingga proses pendidikan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan menimbulkan kepuasan, sedangkan kepuasan dari pelanggan pendidikan akan mengantarkan lembaga tersebut pada citra yang lebih baik serta peningkatan peminat pendidikan, sehingga pendapatan pada lembaga pendidikan akan semakin meningkat serta citra lembaga tersebut juga akan semakin baik dimata publik.



DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan, Bandung:Alfabeta,2009
Amstrong, Strategi Promosi, Jakarta: PT  Rineka  Cipta, 2000
Chandler, A.D.  Strategi  and  Structure  MA:MIT  Press,  1962
Fahrurrozi, Strategi Pemasaran Jasa dalam Meningkatkan Citra Lembaga Pendidikan Islam, Semarang: Toha Putra. 2012
Hidayat, Ara. Pengelolaan Pendidikan: Konsep, prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta:Pustaka Eduka, 2010
Kotler, Philip. Marketing Strategic for Educational Institution, New Jersey: Prentice Hall, 1995
Kriyanto, Rachmat. Public Relation Writing : Membangun Public Relations Membangun Citra Corporate, Jakarta:Kencana, 2008
Muslih, Etika Bisnis Islami Landasan Filosofis, Normatif, dan Substansi Implementatif Yogyakarta:Ekonisia,2004
Paul, Peter, J dan Olson, Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Pendidikan. Jakarta:Erlangga,1999
Payne, Adrian. Pemasaran Jasa, Yogyakarta:Andi,1993
Rohayati, Eti . Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara,2006
Ruslan, Osady. Manajemen Public Relations Dan Media Komunikasi: Konsepsi Dan Aplikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo 2008
Soemanagara, Strategic Marketing Communication Konsep Strategis dan Terapan, Bandung: Alfabeta, 2006
Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2003
Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran Edisi II. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Triton PB, Marketing Strategic, Yogyakarta: Tugu Publisher, 2008
Trout, Jack. Strategii Menguasai Benak Konsumen, Jakarta:Buana Ilmu, 2004
Yasid, Pemasaran Jasa, Yogyakarta;  Ekonisia, 2001


[1] Chandler,A.D.  Strategi  and  Structure  (MA:MIT  Press,  1962), hlm.14.
[2] Eti Rohayati, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm.27.
[3] Jack Trout,Strategi Menguasai Benak Konsumen, (Jakarta:Buana Ilmu, 2004), hlm 87-88.
[4] Amstrong, Strategi Promosi,(Jakarta: PT  Rineka  Cipta, 2000), hlm. 23.
[5] Peter,J Paul dan Olson, Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Pendidikan. (Jakarta:Erlangga,1999), hlm.47.
[6] BuchariAlma,Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan, (Bandung:Alfabeta,2009), hlm.162.
[7] Soemanagara, Strategic Marketing Communication Konsep Strategis dan Terapan, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 4.
[8] Beni Mario,“Fungsi Promosi dalam Pemasaran”, dalam  http://maroebeni.wordpress.com/2008/09/19/fungsi-promosi-dalam- pemasaran, diakses 07Februari 2013.
[9] Yasid, Pemasaran Jasa,(Yogyakarta;  Ekonisia,2001),  hlm.27

[10] Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran Edisi II. Yogyakarta: Penerbit ANDI, hlm.45
[11] Philip Kotler, Marketing Strategic for Educational Institution,(New Jersey: Prentice Hall,1995), hlm.123.
[12] Eni Nursita,”Tahap-tahap Pelaksanaan Promosi”, dalam  http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/tahap-tahap-pelaksanaan- promosi.html. diakses 07 Februari 2013
[13] Muslih, Etika Bisnis Islami Landasan Filosofis, Normatif, dan Substansi Implementatif (Yogyakarta:Ekonisia,2004), hlm. 106.
[14] Triton,  Marketing  Strategic,(Yogyakarta:Tugu  Publisher,2008), hlm.93.
[15] osadyRuslan, Manajemen Public Relations Dan Media Komunikasi: Konsepsi Dan Aplikasi, (Jakarta, PT Raja Grafindo 2008), hlm. 75
[16] Buchori Alma,Manajemen Corporate & Pemasaran Jasa Pendidikan, (Bandung:Alfabeta), hlm. 55.
[17] Levitt. The marketing Imagination,(London:The free press, 1983), hlm..55.
[18] Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset, cet 3, 2003), hlm. 332.
[19] Ara Hidayat, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah,(Yogyakarta:Pustaka Eduka,2010), hlm.258.
[20] Fahrurrozi, Strategi Pemasaran Jasa dalam Meningkatkan Citra Lembaga Pendidikan Islam, (Semarang, 2012), hlm. 35.
[21] RachmatKriyanto, Public Relation Writing : Membangun Public Relations Membangun Citra Corporate,(Jakarta:Kencana,2008),hlm. 11.
[22] Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran,(Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2003), hlm.199.
[23] Adrian Payne,Pemasaran Jasa,(Yogyakarta:Andi,1993), hlm.199.
[24] Triton PB, Marketing Strategic, Yogyakarta: Tugu Publisher,2008, hlm. 203.

Tidak ada komentar: