MANAGEMEN
PEMASARAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Dosen
Pengampu: Dr. Fahrurrozi
Disusun Oleh :
Ali Anwar (1400018020)
PROGRAM MAGISTER STUDI ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu komponen utama dalam
sistem pendidikan, lembaga pendidikan sudah selayaknya memberikan kontribusi
yang nyata dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Apabila
lembaga pendidikan dianalogikan sebagai mesin produksi, maka kualitas output
akan ditentukan oleh kualitas mesin tersebut. Artinya, pengelolaan pendidikan
yang bermutu tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen secara umum yaitu:
Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan dan Pengendalian. Fungsi-fungsi
manajerial tersebut hendaknya dilakukan oleh setiap pengelola lembaga
pendidikan secara efektif dan efisien, dan secara khusus pimpinan atau kepala
merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya
lembaga pendidikan.
Pendidikan yang bermutu merupakan
standar kesesuain tampilan terhadap atribut-atribut yang dianggap penting oleh
para pelanggan/pengguna jasa pendidikan. Atribut-atribut mutu tersebut
hendaknya diketahui oleh penyelenggara lembaga pendidikan, sehingga dalam
operasional kegiatan dapat mengacu pada kepentingan mutu pelanggan. Karena
kegiatan pendidikan di sekolah adalah sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa yang memiliki
bentuk proses yang sirkuler bukan linier atau sekedar jual beli.
Pemasaran, yang
lebih dikenal dengan istilah asing “marketing” adalah suatu metode baru
untuk memajukan dan mengembangkan potensi sebuah organisasi dengan memusatkan
sasaran atau target, terutama pada masyarakat yang benar-benar memutuhkan dan
menginginkan organisasi kita, dan tujuan dari pemasaran adalah membantu
pengelola suatu organisasi untuk memutuskan produk apa yang mesti ditawarkan terlebih
dahulu.
Dengan demikian, sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang mengemban tugas yang tidak ringan, sangat
diperlukan sistem manajerial yang baik dalam semua segi yang ada di dalamnya.
Beberapa hal terkait dengan manajemen pemasaran Pendidikan yang akan Penulis jelaskan adalah (a) pengertian manajemen pemasaran Pendidikan,
(b) tujuan dan fungsi pemasaran pendidikan, (c) proses manajerial dalam
pemasaran pendidikan, (d) Evolusi pemasaran lembaga Pendidikan, (e) Konsep
pemasaran strategis lembaga Pendidikan, dan (f) Realisasi pemasaran strategis
lembaga Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen Pemasaran Pendidikan
. Dijelaskan dalam kamus besar bahasa indonesia mengenai
arti manajemen, yaitu 1 penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran; 2 pimpinan yg bertanggung jawab atas jalannya
perusahaan dan organisasi. Sedangkan pemasaran diartikan
sebagai perihal berupa proses,
cara, perbuatan yang menyangkut penyebarluasan barang dagangan (barang atau
jasa) dari produser kepada konsumen. [1]
Dengan demikian
manajemen pemasaran adalah manajemen dengan sistem yang berpegang pada
hakikat saling berhubungan antara semua bidang fungsional sebagai dasar
pengambilan keputusan di bidang pemasaran.
Sedangkan yang dimaksud pendidikan dalam SISDIKNAS adalah
“Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.”[2]
dan jika dilihat dari segi manajemen pemasaran, pendidikan sendiri dapat
dikatakan sebagai produk jasa yang merupakan sesuatu tidak berwujud akan tetapi
dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang dapat diproses dengan menggunakan atau
tidak menggunakan bantuan produk fisik, dan proses yang terjadi merupakan
interaksi antara penyedian jasa dengan pengguna jasa yang memiliki sifat tidak
mengakibatkan peralihan hak atau kepemimpinan.[3]
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
manajemen pemasaran Pendidikan adalah manajemen dengan sistem yang berlandaskan pada
hakikat saling berhubungan antara semua bidang fungsional dalam sebuah lembaga Pendidikan sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang pemasaran yang berorientasi
pada konsumen.
B. Tujuan dan Fungsi Pemasaran
Pendidikan
Untuk menentukan tujuan maupun fungsi dari pemasaran Pendidikan, tentunya
tidak akan dapat terlepas dari pengertian yang telah disampaikan di atas.
Adapun beberapa tujuan dari pemasaran pendidikan adalah
1.
Memberi informasi kepada masyarakat tentang produk-produk lembaga
pendidikan,
2.
Meningkatkan minat dan ketertarikan masyarakat pada produk lembaga
pendidikan,
3.
Membedakan produk lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan yang lain,
4.
Memberikan penilaian lebih pada masyarakat dengan produk yang ditawarkan,
dan
5.
Menstabilkan eksisensi dan kebermaknaan lembaga pendidikan di masyarakat.[4]
Jadi, yang ingin dicapai dari pemasaran pendidikan adalah mendapatkan
pelanggan yang disesuaikan dengan target, baik itu yang berkaitan dengan
kualitas maupun kuantitas dari calon pelanggan (siswa)[5].
Sedangkan fungsi dari pemasaan pendidikan adalah sebagai langkah
pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan harus mengikuti atau mengimbangi
ketatnya persaingan dalam memperoleh pelanggan (customer).[6]
Jadi, pemasaran pendidikan berguna sebagai suatu langkah dalam mengimbangi
posisi pendidikan di era persaingan global.
C.
Proses Manajerial Pemasaran Pendidikan
1.
Perencanaan
Beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam membuat perencaan pemasaran adalah:
a.
Menentukan visi, misi, tujuan umum, dan tujuan khusus lembaga pendidikan
Dalam ancaman dan peluang ekstrernal ini
dibagi menjadi 4 :
1)
lingkungan publik yaitu kelompok atau
organisasi yang tertarik pada kegiatan lembaga,
2)
lingkungan kompetitif yaitu lembaga lain yang
bersaing untuk mendapatkan perhatian atau loyalitas dari kelompok sasaran,
3)
lingkungan makro yaitu kekuatan fundamental
berskala besar yang membentuk peluang dan ancaman terhadap lembaga tersebut,
4)
lingkungan pasar yaitu kelompok dan organisasi
yang bekerja sama dengan lembaga tersebut untuk mencapai visi dan misi mereka.[8]
c.
Mengetahui kecenderungan “kondisi pasar” sekaligus menentukan calon siswa
yang akan dipilih lembaga pendidikan.[9]
2.
Pelaksanaan
Satu hal penting yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemasaran adalah memperhatikan
variabel-variabel yang dapat menarik minat pelanggan.[10]
3.
Pengendalian
Hal ini diperlukan untuk pecapaian
sebuah kontrol yang baik, karena lembaga pendidikan sangat memerlukan
informasi-informasi yang akurat dan memadai. Kemudian informasi yang telah
didapatkan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kontrol dan evaluasi.[11]
Dalam pengendalian terdapat 3 jenis kontrol yang dapat dilakukan
oleh organisai nirlaba seperti suatu lembaga pendidikan yaitu:
a.
Rencana kontrol tahunan, meliputi monitoring pada kinerja pemasaran
yang berlangsung untuk meyakinkan bahwa volume penjualan tahunan dan keuntungan
yang ditargetkan. Alat utamanya adalah analisis penjualan, analisis pangsa
pasar, analisis anggaran pemasaran, dan penelusuran sikap pasar;
b.
Kontrol profitabilitas, yaitu determinasi profitabilitas yang aktual dari
pemasaran yang telah dilakukan, dan akhirnya dapat diidentifikasi titik-titik
kelemahan dalam pelaksanaan pemasaran. Misalnya kesesuaian layanan dengan
kebutuhan di masyarakat, segmen pasar, saluran promosi, dsb;
c.
Audit pemasaran, bertujuan menganalisis tujuan pemasaran, strategi, dan
sistem yang diadaptasi secara optimum dan lingkungan tujuan pemasaranyang telah
diramalkan.[12]
D. Evolusi Pemasaran Lembaga Pendidikan
Saat ini masih jarang kita
temukan lembaga Pendidikan (LP) yang secara terbuka memasarkan lembaga
pendidikan yang dikelolanya, hal ini lebih dikarenakan anggapan bahwa
pendidikan bukan produk yang patut untuk dikomersilkan. Padahal, dalam
sejarah pemasaran di lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan modern,
proses pemasaran lembaga pendidikan telah banyak dilakukan dan dikembangkan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam lembaga pendidikan agar
suatu lembaga pendidikan dapat laku dipasarkan, yaitu:
1.
Ada produk sebagai suatu komoditas,
2.
Produknya memiliki standar, spesifikasi, dan kemasan,
3.
Memiliki pangsa/ sasaran yang jelas,
4.
Memiliki jaringan dan media,
5.
Tenaga pemasar.
Selain beberapa hal
tersebut, juga ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan promosi,
yaitu:
a.
Komunikasi personal dan interpersonal (telemarketing, customer service
& training, word of mouth),
b.
Periklanan,
c.
Promosi penjualan,
d.
Publisitas/ hubungan masyarakat,
e.
Peralatan intruksional,
f.
Corporate design.[13]
Sedangkan mengenai beberapa elemen yang perlu diperhatikan dalam pemasaran
pendidikan, ada sedikit perbedaan anatara lembaga pendidikan yang sudah
memiliki image yang bagus di masyarakat (sekolah favorit) dengan lembaga
pendidikan yang dikatakan tidak mempunyai image. Untuk lembaga yang sudah
memiliki image dalam implementasi pemasaran pendidikan hanya memerlukan
planning yang dapat menyempurnakan keberadaan sekolah tersebut. hal ini dapat
dilakukan dengan improvement quality yang berkesinambungan dengan inovasi
sebagai terobosan baru dalam mengantisipasi permintaan dunia kerja sebagai
relevansi pendidikan.[14]
Menurut Zulkarnain
Nasution ada 6 evolusi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pendidikan,
terutama terkait dengan penerimaan siswa/santri baru, yakni: tahap pertama,
pemasaran tidak diperlukan; tahap kedua, pemasaran adalah promosi; tahap
ketiga, pemasaran adalah segmentasi pasar; tahap keempat, pemasaran adalah
penentuan posisi; tahap kelima, perencanaan strategi; dan tahap keenam,
pemasaran adalah manajemen penerimaan siswa/santri baru.
Untuk lebih jelasnya, penulis uraikan enam
tahapan tersebut sebagai berikut:
1. Pemasaran tidak
diperlukan. Hal ini lebih dikarenakan adanya anggapan bahwa LP adalah badan
sosial sehingga tidak memerlukan pemasaran. Anggapan seperti ini masih menjadi
pandangan umum pengelola LP, terlebih bagi pesantren yang selama ini lebih
mengedepankan ”etika” dalam mensosialisasikan lembaga pendidikannya.
2. Pemasaran adalah promosi.
Ketika sebuah LP menyadari bahwa untuk menarik siswa/santri baru diperlukan
sosialisasi yang lebih, maka pada saat itulah diupayakan promosi kepada
masyarakat agar mengenal lembaga pendidikan yang sedang diselenggarakannya.
Jadi, yang mendasari adanya promosi adalah adanya anggapan bahwa masyarakat
tidak mengetahui LP tersebut, karenanya diperlukan unit/bagian informasi
tentang pelayanan masyarakat yang salah satunya menangani publikasi dan
informasi penerimaan siswa/santri. Upaya promosi ini dilakukan melalui media,
seperti brosur, pamflet, banner, poster, surat kabar, media tatap muka, dan
sebagainya.
3. Pemasaran
adalah segmentasi pasar. Pada tahap ini sebuah LP telah mengetahui dengan pasti
posisinya dalam pasar. Dengan demikian pemasaran dilakukan dengan memfokuskan
pada konsumen pada segmen tertentu sebagaimana dibidik oleh LP tersebut. Dalam
tahap ini humas LP perlu untuk mengadakan penelitian terkait dengan segmen
pasar yang dibidik.
4. Pemasaran
adalah menetapkan posisi. Pada tahap ini sebuah LP telah mengembangkan
penelitian pasar yang diharapkan berguna untuk mencari basis basis baru untuk
unggul dalam persaingan dalam menjaring siswa/santri baru. Pada tahap ini
sebuah LP telah melihat peluang untuk memposisikan diri di antara berbagai
lembaga pendidikan lainnya yang sejenis. Memposisikan diri dalam hal ini
membuat lembaga pendidikan tersebut berbeda dengan para pesaingnya yang
menyebabkannya mempunyai keistimewaan tersendiri sehingga layak untuk dipilih.
5. Perencanaan strategis.
Pada tahap ini sebuah LP menyadari bahwa perubahan situasi dan kondisi di luar
lembaga pendidikan telah mengubah citra, posisi, dan program LP yang mencakup
kemampuan menarik siswa dan pelayanan menjadi menurun. Hal ini wajar mengingat
turunnya minat siswa/santri bukan hanya karena persaingan, namun juga beberapa
faktor lain seperti kondisi ekonomi, demografi, perubahan tujuan pendidikan
(seperti: keinginan cepat dapat pekerjaan) dan sebagainya.
Dengan demikian sebuah LP
perlu untuk memperluas perencanaan dengan mengidentifikasi kecenderungan pokok
kemudian menyesuaikan diri dengan kecenderungan tersebut. Berikutnya, LP
tersebut mengubah visi, program, dan kegiatan lainnya untuk dapat menyesuaikan
dengan kecenderungan tersebut.
6. Pemasaran
merupakan penerimaan siswa/santri baru. Setelah semua tahapan tersebut di atas,
pada tahap terakhir ini pemasaran lembaga pendidikan telah mengerucut pada inti
dari pemasaran ini sendiri, yaitu untuk menjaring siswa/santri baru dan
memberikan layanan terbaik yang memuaskan sehingga memberikan peluang kepada
mereka untuk menjadi rekan dalam memasarkan lembaga pendidikan tersebut.
E.
Langkah-Langkah Strategis Pemasaran Pendidikan
Di dalam pemasaran pendidikan terdapat beberapa langkah strategis,
yaitu :
1.
Identifikasi
pasar, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kondisi dan
ekspektasi pasar termasuk atribut-atribut pendidikan yang menjadi kepentingan
konsumen pendidikan.
2.
Segmentasi
pasar dan positioning, yaitu membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang
dibedakan berdasarkan kebutuhan, karaktristik, atau tingkah laku yang mungkin
membutuhkan produk yang berbeda. Sedangkan positioning adalah karakteristik dan
pembedaan produk yang nyata yang memudahkan konsumen untuk membedakan produk
jasa antara satu lembaga dengan lembaga lainnya.
3.
Diferensiasi
produk, melakukan diferensiasi merupakan cara yang efektif dalam mencari
perhatian pasar. Strategi ini adalah strategi yang memberikan penawaran yang
berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor.
4.
Komunikasi
pemasaran, yaitu publikasi prestasi oleh media independen, seperti berita dalam
media massa.
5.
Pelayanan
sekolah, hal ini terlihat sebagai apa yang diharapka konsumen. Kesenjangan yang
sering terjadi adalah adanya perbedaan persepsi kualitas dan atribut jasa
pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian
terhadap organisasi jasa, termasuk sekolah terdapat beberapa ciri organisasi jasa
yang baik, yaitu memiliki :
a.
Konsep
strategis yang memiliki fokus pada konsumen.
b.
Komitmen
kualitas dari manajemen puncak.
c.
Penetapan
standar yang tinggi.
d.
Sistem
untuk memonitor kinerja jasa.
e.
Sistem
untuk memuaskan keluhan pelanggan.
f.
Memuaskan
karyawan sama engan pelanggan.
Terdapat lima langkah dalam rangka mencapai ciri-ciri di atas,
yaitu :
1)
Keandalan
merupakan kemamampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan
terpercaya.
2)
Responsif
merupakan kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
3)
Keyakinan
merupakan pengetahuan dan kompetensi guru dan kemampuan mereka untuk
menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
4)
Empati
merupakan syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
5) Berujud merupakan penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.
5) Berujud merupakan penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.
5)
F. Konsep
Pemasaran Strategis Lembaga Pendidikan
Proses pemasaran strategis meliputi empat
tahapan, yaitu: analisis situasi strategis, penyusunan strategi pemasaran,
pengembangan program pemasaran, serta implementasi dan pengendalian strategi
pemasaran.
1. Marketing
Situation Analysis merupakan suatu proses pengumpulan informasi tentang
analisis pasar, analisis jasa, dan keadaan persaingan. Analisis persaingan
perlu dilakukan dalam hal strategi yang digunakan oleh lembaga pendidikan sejenis
serta kekuatan dan kekurangan mereka.
Analisa situasi strategis adalah tahap awal
dalam membuat rencana pemasaran. Strategi utama adalah analisa SWOT:
identifikasi terhadap Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Kesempatan
(Opportunity) dan Ancaman (Threat) yang dihadapi sekolah. Merujuk pada
Hollensen (2003), Sudarto Murtaufik menunjukkan bahwa terdapat beberapa kondisi
penting yang menyokong analisa SWOT yang efektif di antaranya:
a) Persoalan
internal akan terkait dengan Kekuatan dan Kelemahan, sedangkan persoalan
eksternal akan terkait dengan Kesempatan dan Ancaman. Dimensi internal dan
eksternal dari sebuah analisa harus dipertimbangkan secara terpisah sehingga
kerancuan yang timbul antara keduanya dapat dihilangkan.
b) Kekuatan harus dipasangkan dengan Kesempatan
(S → O); Kekuatan (internal) harus diubah menjadi Kemampuan (Capabilities)
dengan dipasangkan dengan Kesempatan yang tersedia (eksternal/lingkungan)
c) Kelemahan harus
diubah menjadi Kekuatan (W → S) melalui investasi strategis dalam pengembangan
internal lembaga pendidikan, contoh: proyek pelatihan staf dan guru.
d) Ancaman harus diubah
menjadi Kesempatan (T → O) melalui penyesuaian terhadap kekuatan kompetitif di
dalam lingkungan eksternal, contoh: Sulitnya alumni lembaga Pendidikan untuk
mendapatkan pekerjaan, ancaman tersebut dapat dirubah menjadi kesempatan dengan
mengupayakan proyek yang ditujukan menciptakan program pendidikan baru melalui
perencanaan proyek bersama dengan instansi ketenagakerjaan.
2. Designing
Marketing Strategy berarti lembaga harus mengatur penetepan dan pencapaian
target pasar, menetapkan Positioning atau keterpaduan antara kualitas jasa,
saluran distribusi, harga, dan promosi atau lebih dikenal dengan bauran
pemasaran.
Pada tahap ini kita akan memilih dari sejumlah
pendekatan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Untuk itu ada
tiga elemen yang diperlukan untuk membuat desain strategi pemasaran, yaitu:
a) Strategi Target
Pasar, memutuskan segmen mana dari pasar yang akan menjadi target.
b) Strategi Posisi
Kompetitif, mendasarkan penyediaan pada keistimewaan dan kekuatan relatif yang
dimiliki institusi, yang memastikan kekompetitifan institusi.
c) Strategi
Campuran, mengidentifikasi unsur-unsur tertentu yang dapat dipromosikan atau
berkontribusi besar dalam pemasaran oleh lembaga pendidikan, kemudian disebut
sebagai 4 P. Strategi campuran ini terdiri dari empat komponen dasar; produk
(Product), tempat (Place), harga (Price) dan promosi (Promotion). Namun untuk
sektor jasa, yang di dalamnya termasuk pendidikan, komponen-komponen tersebut
diperluas menjadi 7 (tujuh), yaitu : orang (Person), proses (Process) dan bukti
(Proof). Untuk lebih jelasnya penulis paparkan uraian ketujuh hal tersebut di
atas:
1)
Produk, diartikan sebagai fasilitas dan pelayanan
yang ditawarkan oleh lembaga.
2)
Harga, diartikan dalam hal costing (pembiayaan)
dengan membandingkan antara pengeluaran dengan keuntungan yang akan didapat
pelanggan dan pemberian pricing (harga), harga yang dimaksud adalah biaya yang
dibebankan pada pelanggan.
3)
Tempat, diartikan baik sebagai kemudahan akses
dan penampilan serta kondisi keseluruhan.
4)
Promosi hal ini berkaitan dengan kemampuan
mengkomunikasikan manfaat yang didapat dari lembaga bagi pelanggan potensial.
5)
Orang, orang-orang ini adalah yang terlibat dalam
menyediakan jasa.
6)
Proses, proses adalah sistem operasional untuk
mengatur pemasaran, dengan implikasi yang jelas terhadap penempatan pegawai
dengan pembagian tanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan mencari sumber daya
bagi strategi pemasaran sekolah.
7)
Bukti diartikan sebagai bukti yang menunjukkan
bahwa pelanggan akan mendapatkan manfaat, karenanya memunculkan pertanyaan mengenai
pengawasan dan evaluasi.[15]
3. Marketing
Porgram Development merupakan pengembangan dan peningkatan program pemasaran,
hal ini ditunjang oleh alokasi dana dan sumber daya manusia. Pada tahap program
pemasaran yang telah dan/atau akan dilaksanakan perlu dikembangkan. Misalnya
program pembuatan tabloid sekolah yang dikembangkan menjadi majalah sekolah.
4. Implementing
and Managing Marketing Strategy adalah penerapan dan pengaturan strategi
pemasaran. Dalam hal ini perlu diatur organisasi pemasaran dengan menempatkan
orang yang kompeten dan bertanggung jawab dalam merencanakan, menggerakkan,
mengevaluasi, dan mengawasi strategi pemasaran.
G. Realisasi
Pemasaran Strategis Lembaga Pendidikan
Setelah
mengetahui konsep pemasaran strategis LP selanjutnya perlu melakukan aksi dalam
rangka mewujudkan ide-ide pemasaran yang telah dicanangkan. Pada hakekatnya
pemasaran LP dapat menggunakan berbagai macam media yang dianggap mendukung
terwujudnya tujuan pemasaran sebagaimana yang diinginkan. Namun pada makalah
ini penulis berupaya memberikan beberapa aksi praktis dari pemasaran LP yang
meliputi:
1. Penerbitan
majalah
Berdasarkan publik sasaran yang dituju, majalah
dapat diklasifikasikan kepada majalah intern (intrenal magazine) , ekstren
(external magazine) dan ekstren-intern (external-internal magazine).
Penerbitannya harus direncanakan secara matang baik mengenai penentuan jenis
majalah, penentuan pemred, staf redaksi, biaya, kertas dan percetakannya.
Terkait dengan penerbitan majalah ini kita
telah melihat beberapa LP yang telah melaksanakan program ini, sebagaimana yang
telah dilakukan oleh YLP Al Hikmah Surabaya dan Pondok Modern Darussalam
Gontor.
2. Pembuatan
rubrik di radio, film dokumenter, album lagu, dan sebagainya
Sebuah LP dapat mempromosikan lembaganya dengan
cara memfungsikan media elektronik, seperti radio, televisi, album lagu dan
sebagainya. Sebagai contoh, siswa SMP alternatif Qaryah Tayyibah telah membuat
album lagu hasil karya mereka, di samping itu mereka juga telah bekerja sama
dengan salah satu stasiun TV swasta untuk membuat film dokumenter yang
menggambarkan tentang lembaga pendidikan tersebut.
3. Penyelenggaraan
pameran
Pameran merupakan cara paling efektif untuk
penerangan dan pendidikan. Dalam penyelenggaraan pemeran, usaha membangkitkan/
menarik perhatian (attention arousing) merupakan hal yang urgen, karena
bagaimanapun bagusnya suatu barang/jasa yang dipamerkan bila publik tidak
menaruh perhatian dan ketertarikan maka semua usaha akan sia-sia.
Untuk itu, dalam
menyelenggarakan atau mengikuti pameran sebuah LP hendaknya menampilkan sesuatu
yang berbeda dari kompetitornya, misalnya dengan menampilkan group nasyid
sekolah/pesantren.
4. Menggunakan
Media Massa
Dalam penggunaan media massa ini, bagian
pemasaran dapat melakukan kegiatan publisitas dan periklanan.
1) Publisitas
Publisitas adalah tugas atau kegiatan untuk
menceritakan kepada masyarakat luas tentang hasil produksi atau jasa
perusahaan. Pengertian lain dari publisitas adalah dampak dari diketahuinya
suatu informasi. Di sini Jefkins menyatakan perlunya publisitas sebagai media
pencitraan yang baik bagi organisasi atau lembaga yang dipasarkan.
2) Periklanan
Iklan humas adalah iklan yang ditujukan kepada
masyarakat yang ditujukan untuk menjelaskan tentang suatu hal yang menyangkut
pelayanannya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemasaran
lembaga Pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang sistematis, terencana,
berkesinambungan dan sesuai dengan visi dan misi lembaga guna menarik minat
serta mendapat kepercayaan dan loyalitas dari masyarakat dalam hal penyelenggaraan
dan pengembangan pendidikan. Tujuan dari strategi pemasaran lembaga Pendidikan
tidak hanya menarik siswa untuk menjadi peserta didik, akan tetapi juga
peningkatan sumber keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia agar
berkualitas dan kompetetif.
Proses
pemasaran strategis meliputi empat tahapan, yaitu: analisis situasi strategis,
penyusunan strategi pemasaran, pengembangan program pemasaran, serta
implementasi dan pengendalian strategi pemasaran.
Dari proses itu
tim humas perlu untuk mengejawantahkan beberapa programnya dalam realisasi
pemasaran bagi lembaga pendidikannya, di antaranya melalui penerbitan majalah,
pembuatan film dokumenter, pembuatan album, periklanan dan sebagainya.
Hingga saat ini
belum banyak lembaga Pendidikan yang secara terbuka memasarkan lembaga
pendidikannya. Untuk itu, di penutup makalah ini penulis menyarankan kepada
para calon manajer Pendidikan untuk dapat memahami dan menjelaskan pentingnya
pemasaran bagi kelangsungan lembaga Pendidikan di masa kini dan akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Dr. Manajemen Strategik untuk
Manajemen Pendidikan. Alfabeta, Bandung, 2006.
Alam, Buchari, H, Prof. DR., Pemasaran
Strategik Jasa Pendidikan CV. Alfabeta, Bandung.
Hermawan
Kartajaya dan Philip Kotler, 2002, Rethinking Marketing; Sustainable Marketing
Enterprise in Asia. Jakarta: Prenhallindo.
Kartajaya,
Hermawan, et.al. 2005. MarkPlus on Strategy. Jakarta: Gramedia.
Kusumastuti, Frida. 2004. Dasar-Dasar Humas. Bogor: Ghalia Indonesia dan UMM Press.
Kusumastuti, Frida. 2004. Dasar-Dasar Humas. Bogor: Ghalia Indonesia dan UMM Press.
Kotler,
P. 1995. Manajemen Pemasaran; Analisa, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian. Jilid I, edisi kedelapan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Lupiyoadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa
(Teori dan Praktek), Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Nasution,
Zulkarnain. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan: Konsep, Fenomena dan
Aplikasinya. Malang: UMM Press. 2006.
Sagala, H. Syaiful. Manajemen Strategik
dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Alfabeta, Bandung, 2007.
Siswanto, Bambang.
Hubungan Masyarakat: Teori dan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara. 1992.
[3] Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2009. Manajemen Pendidikan.
Bandung: Alfabeta. Cet. 1. Hlm 335.
[5] Menurut Mujamil Qomar, (2007: 200) pelanggan dalam lembaga pendidikan
terdiri dari 2 jenis pelanggan internal dan pelanggan eksternal (pelanggan
primer, sekunder, dan tersier). Pelanggan internal terdiri dari guru,
pustakawan, laboran, teknisi, dan tenaga administrasi. Sedangkan pelanggan
eksternal yang primer adalah siswa, sekunder adalah orang tua, pemerintah, dan
masyarakat, tersier adalah pemakai atau penerima lulusan, baik lembaga
pendidikan yan lebih tinggi atau dunia usaha.
[8] Kotler,
Philip. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. Terjm. Cet.1
Hlm.103
[9]Muhaimin, et al. 2010. “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan. Jakarta: Kencana. Edisi 1. Cet 2. Hlm
102-103.
[15] Kotler,
Philip. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. Terjm. Cet.1
Hlm.201
Tidak ada komentar:
Posting Komentar