Selasa, 14 Juli 2015

ANALISIS DAN REFLEKSI PENDIDIKAN DI NEGARA ISLAM DAN NEGARA BARAT



ANALISIS DAN REFLEKSI PENDIDIKAN
DI NEGARA ISLAM DAN NEGARA BARAT

TUGAS AKHIR
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi tugas Akhir Semester Mata Kuliah
Pendidikan Perbandingan
Dosen Pengampu:  Dr. Machfud Junaedi, M.Ag dan Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag



 









Disusun Oleh :
Ali Anwar (1400018020)


PROGRAM MAGISTER STUDI ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015
ANALISIS DAN REFLEKSI PENDIDIKAN
DI NEGARA ISLAM DAN BARAT

A. Pendahuluan
Setiap bangsa tentu memiliki sistem pendidikan. Dengan sistem pendidikan itu, suatu bangsa mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap, agama dan ciri-ciri watak khusus yang dimilikinya dengan cara tertentu kepada generasi penerusnya, agar mereka dapat mewariskannya dengan sebaik-baiknya. Melalui sistem pendidikan itu, suatu bangsa dapat memelihara dan mempertahankan nilai-nilai luhur, serta keunggulan-keunggulan mereka dari generasi ke generasi.
Pendidikan komparatif membahas perbandingan secara ilmiah, dan mempunyai tujuan untuk melihat persamaan dan perbedaan, kerja sama, pertukaran pelajar antar bangsa dalam menciptakan perdamaian dunia. Pendapat tersebut sebagai usaha menanamkan dan menumbuh-kembangkan rasa saling pengertian dan kerja sama antar bangsa, demi terpeliharanya perdamaian dunia, melalui peroses pendidikan. Pendidikan komparatif juga diperlukan, untuk melihat kemajuan, kualiatas pendidikan di negara maju dibandingkan dengan dengan negara berkembang.
Studi perbandingan pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan sistem pendidikan Negara tertentu, terutama yang berhubungan dengan kelebihan yang terjadi pada sistem pendidikan negara tersebut.
  
B. Pembahasan
1.         Analisis Pendidikan di Negara Islam
a.      Sistem Pendidikan di Indonesia
Salah satu tugas Pemerintah bekerja sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia adalah menyusun undang-undang pendidikan, dan sebagai hasilnya adalah Undang-undang Sisdiknas no 20 tahun 2003. Berdasarkan Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pendidikan nasional berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Menurut Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada bab VI pasa 16 disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia meliputi tiga jenjang, yaitu: pendidikan Dasar, pendidikan Menengah, dan pendidikan Tinggi.
Manajemen Pendidikan di Indonesia
Pengelolaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab pemerintah pusat melalui Menteri Pendidikan Nasional, pemerintah Daerah Provinsi, dan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Ketentuan yang menyangkut pendidikan diatur dalam UU RI No.20 TH 2003 (Sisdiknas ). Sedangkan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Oleh karena itu pendidikan dapat diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar produktif. Pelaksanaan desentralisasi pendidikan nasional di Indonesia memberikan keluasan kepada pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat utuk turut bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di Indonesia.
Kurikulum
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan enam kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 2004, dan yang sekarang berlaku yaitu KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan permen tersebut, tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari kurikulum Berbasis Kompetensi, atau kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dari pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP bahan belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang ada di lingkungannya.
b.      Sistem Pendidikan di India
India merupakan salah satu kawasan Asia Selatan yang memiliki kemegahan kebudayaan yang megah di dunia yang menyaingi Cina dalam kesusasteraan, seni dan arsitektur. Perasaan nasionalis India mulai berkembang setelah timbul rasa bangga atas hasil-hasil kebudayaan mereka yang dipelajari dan kemudian dialih bahasakan oleh sarjana-sarjana asing ke dalam bahasa-bahasa barat. Pendapatan per kapita India adalah US$ 200 per tahun. Dari sensus tahun 1987-1988 diketahui bahwa 30% penduduknya dibawah garis kemiskinan. Kesenjangan sosial cukup menjolok dalam hal ekonomi dan distribusi kesehatan . Bisa dimaklumi bahwa populasi penduduk yang sangat besar tersebut, disamping sebagai human capital juga merupakan beban negara. Terlebih bila diingat bahwa selama 150 tahun India dibawah penjajahan Inggris dan baru pada tahun 1947 mengalami kemerdekaan.Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian, nutrisi, obat-obatan dan industri oleh para pendidik India diakui harus memiliki hubungan dengan pendidikan dan modernisasi.
Sekolah dasar (primary school) mencakup pelajaran membaca, menulis dan mengeja bahasa daerah, sejarah dan kebudayaan india, geografi, sastra, sains dan kesehatan.
           Sekolah menengah (secondary school) pelajaran sains dan matematika bahkan juga beberapa sekolah mengganti kajian ilmu-ilmu sosial dengan sejarah dan geografi serta sedikit sekolah menengah atas yang memiliki banyak tujuan menawarkan jenis pelatihan manual dan ilmu kerumahtanggaan (home sciences).
Bidang spesialisasi di jenjang pendidikan tinggi terkait dengan disiplin ilmu tradisional seperti sejarah, sastra inggris dan ilmu politik. Ketika seorang mahasiswa telah memilih jurusan tertentu, ia tidak dapat merubah spesialisasinya. Beberapa universitas telah memulai memberikan program studi umum atas dasar eksperimen. Mahasiswa yang cerdas cenderung masuk ke jurusan fisika, kimia, teknik atau kedokteran. Metode pendidikan masih menekankan pada peranan hafalan tetapi ada beberapa jurusan di universitas yang mendorong dilakukannya metode penelitian (inquiri). Komisi beasiswa universitas telah mendirikan berbagai pusat studi lanjutan di berbagai universitas. Dari subsidi pusat-pusat inilah kemajuan riset dan pelatihan dikembangkan.
Ciri-ciri pendidikan di India adalah :
a.    Pengajaran agama di nomor satukan.
b.    Pendidikan diselenggarakan oleh kasta Brahmana.
c.    Tujuan pendidikan; mencapai kebahagian abadi (Nirwana).
Sedangkan tujuan pendidikan di India antara lain :
1.    Untuk memberantas penyakit buta huruf
2.    Meningkatkan mobilitas dan integrasi social
3.    Untuk memajukan/ mengembangkan ilmu dan teknologi
4.    Untuk meningkatkan perkembangan ekonomi
5.    Untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat
Permasalahan pendidikan di hampir semua negara berkembang umumnya sama, mulai dari persoalan biaya sekolah, buta huruf, putus sekolah, kurikulum hingga anggaran pendidikan. Namun, semua bisa berubah asalkan pemerintah dan semua unsur terkait berkomitmen kuat untuk memajukan pendidikan di negara mereka masing-masing.
Kualitas sistem pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu masyarakat dan bangsa karena membawa perubahan besar bagi kehidupan bangsa bangsa tersebut. Keberhasilan-keberhasilan ini dicapai memang pada dasarnya tidak lepas dari dukungan kebijakan pemerintah yang ada. Sementra di India, kesadaran dari pada masyarakat dan para pendidik akan pentingnya pendidikan membuat Negara India menjadi salah satu Negara yang pendidikannya cukup diperhitungkan dalam dunia internasional.
Salah satu aspek yang mendukung pendidikan di India adalah penyediaan buku-buku teks untuk sekolah dan universitas yang murah, disamping buku murah, pendidikan india juga murah. Pendidikan gratis untuk SD , SMP , SMA dan Perguruan Tinggi. Pendukung lainnya adalah penerapan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar di hampir seluruh perguruan tinggi di india.
Baik jenjang dasar, menengah maupun tinggi , pendidikan di India menonjolkan kesederhanaan. Secara fisik bangunan pendidikan tersebut memprihatinkan, namun dari segi mutu, pendidikan tinggi di India relatif menonjol.
c.       Sistem Pendidikan di Turki
Pendidikan di Turki dapat lebih maju dibandingkan di negeri kita. Peran masyarakat dan perusahaan (stakeholder) sangat tinggi, sehingga pendidikan di Turki lebih maju dibandingkan di Indonesia. Kepeduli masyarakat terhadap mutu pendidikan dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan pendidikan di Turki. Sebagai contoh adalah Sekolah menengah “ Ahmet Ulusoy”. Lokasi Sekolah menengah Ahmet Ulusoy ini merupakan sumbangan dari seorang konglemerat di daerah Cankaya yang bernama Ahmet Ulusoy. Sekolah ini merupakan satu dari 7 sekolah di bawah naungan Atlantik School di daerah Cankaya( bagian dari kota Ankara). Jumlah murid di sekolah ini 750 orang , 200 orang siswa tinggal di asrama putera dan 35 siswi tinggal di asrama puteri. Bagi siswa-siswi yang tinggal bersama orangtua disediakan 50 buah bis sekolah untuk antar jemput.
Sekolah dilaksanakn Senin s.d Jumat dari jam 09.00 s.d 16.30. Ilhan Yerli, general manajer yang mengelolah 7 sekolah Atlantik di daerah Cankaya, mengatakan bahwa tidak hanya orang kaya saja yang peduli akan pendidikan anak-anak di Turki akan tetapi semua masyarakat juga sangat peduli akan hal yang satu ini. Semua orang baik kaya maupun orang yang hidup pas-pasan sudah terbiasa menyumbangkan uang mereka untuk memajukan pendidikan. Yang lebih berkesan lagi bahwa setiap penyumbang, besar atau kecil, tidak pernah ikut campur tentang penggunaan uang yang mereka sumbangkan.
Beberapa kegiatan yang rutin mereka lakukan untuk melibatkan orangtua dalam pendidikan adalah, memberikan bimbingan dan konseling bagi orang tua, mengadakan seminar dengan berbagai macam tema bagi orangtua, membuat persatuan orang tua siswa, mengadakan kegiatan pengumpulan dana amal yang dikoordinir oleh orangtua. Sepintas lalu semua kegiatan yang mereka lakukan ini tidaklah jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukan sekolah-sekolah di Indonesia akan tetapi semua itu tidak hanya berupa program di atas kertas sekolah atau dengan kata lain benar-benar kegiatan nyata.
d.      Sistem Pendidikan di Iran
Pertama, tujuan utama pendidikan di Iran adalah meningkatkan produktivitas, mencapai integrasi sosial dan nasional, mengelola nilai-nilai sosial, moral dan spiritual yang berlandaskan keyakinan syariat Islam, serta pengembangan sumberdaya manusia untuk peningkatan ekonomi dan sebagai investasi masa depan.
Kedua, Sistem pendidikan di Iran memiliki jenjang-jenjang meliputi: 1) pendidikan pra sekolah 1 tahun (usia 4 tahun/ tidak wajib), 2) pendidikan dasar (wajib ditempuh 5 tahun anak usia 6 tahun), 3) Pendidikan menengah terdiri dari dua tahap, sekolah menengah rendah dan sekolah menengah tinggi (masing-masing 3 tahun). 4) pendidikan tinggi di Iran ditawarkan bagi siswa yang telah lulus sekolah menengah tinggi. Universitas di bagi menjadi universitas umum dan khusus, universitas teknologi komprehensif, universitas terbuka, universitas Islam azad, dan universitas kedokteran.
Ketiga, tampaknya kemajuan pendidikan di Iran dengan output dan outcomesnya berupa teknologi tingkat tinggi yang diakui dunia lebih dipicu oleh semangat tidak mau bergantung dengan Negara lain, bahkan secara politis karena di bawah tekanan embargo dan isolasi Amerika Serikat, Iran semakin kreatif dengan ilmuwannya yang sangat brilian. Sedangkan, kemajuan pendidikan negara Yahudi Israel yang juga luar biasa dan diakui seluruh dunia dengan produk teknologi canggihnya, secara politis dan ekonomis memang didukung sepenuhnya oleh Amerika Serikat “saudara kembarnya” yang juga menjadi sang penguasa dunia. Lebih dari itu semua, penulis menemukan bahwa salah satu factor penting dan penyebab kemajuan Republik Islam Iran dan Israel di bidang iptek adalah karena para pemimpin negara tersebut secara sungguh-sungguh dan konsisten menghendaki ilmu pengetahuan
e.       Sistem Pendidikan di Malasyia
Pada era tahun 70an sampai 80an keadaan pendidikan di Indonesia masih di atas Malaysia. Orang Malaysia datang belajar ke Indonesia. Bahkan beberapa guru dari Indonesia diperbantukan mengajar di Malaysia. Sekarang pendidikan di Malaysia termasuk yang paling baik di dunia, tetapi Indonesia malah terkesan berjalan di tempat. Tambahan lagi sekarang biaya pendidikan sudah mulai menjadi di luar jangkauan kebanyakan masyarakat di Indonesia.
Sistem pendidikan di Malaysia disusun berdasarkan pada Sistem Pendidikan Inggris. Pendidikan rendah atau pendidikan dasar di Malaysia dimulai pada kanak-kanak usia 7 – 12 tahun (pendidikan dasar 6 tahun). Wajib belajar (pendidikan wajib) di Malaysia diterapkan dan dilaksanakan mulai tahun persekolahan 2003. Pendidikan wajib adalah satu peraturan yang mewajibkan setiap ibu bapak warganegara Malaysia (yang menetap di Malaysia) yang mempunyai anak mencapai umur enam tahun mendaftarkannya di sekolah rendah (pendaftaran murid biasanya dilakukan 1 tahun sebelum masa persekolahan).
Kegagalan ibu bapak memastikan anaknya mengikuti pendidikan wajib merupakan satu kesalahan dari segi undang-undang, dan jika terbukti di pengadilan, ibu bapak berkenaan akan dikenakan denda maksimal RM 5000 atau dipenjarakan maksimal 6 bulan atau kedua-duanya sekali.
Ada peraturan yang mewajibkan, ada pula sangsi bagi yang melanggar. Namun negara juga mendukung sepenuhnya pembangunan di bidang pendidikan. Fasilitas, sarana dan prasarana serta kesejahteraan guru diperhatikan.
Orang tua murid dikenakan membayar iuran sekolah yang dibayarkan pada awal tahun ajaran baru. Besarnya iuran yang dipungut oleh pihak sekolah berkisar antara RM 50 hingga RM 75 pertahun (Rp. 125.000 – 187.500/tahun) tiap siswa. Iuran tersebut dirinci untuk pembayaran asuransi, biaya ujian tengah semester & semesteran, iuran khas, biaya LKS, praktek komputer, kartu ujian, file data siswa & rapor.
Khusus untuk sumbangan PIBG (Persatuan Ibu Bapak dan Guru) hanya dipungut satu bayaran untuk satu keluarga. Jadi untuk keluarga yang menyekolahkan 1 anak atau lebih, dikenakan bayaran yang sama yaitu RM 25/keluarga. Dan untuk siswa kelas enam ditambah biaya UPSR sebesar RM 70. Selain itu tak ada pungutan lain, termasuk pula tak ada pungutan sumbangan dana pembangunan. Pembangunan dan renovasi gedung sepenuhnya menjadi tanggungjawab kerajaan/pemerintah.
Buku teks atau buku pegangan yang digunakan siswa relatif tak berganti atau sama setiap tahun. Bila orang tua murid membeli semua buku teks dan aktifiti, harganya berkisar antara RM 80 – RM 125/siswa pertahun. Itupun hanya sekali beli untuk anak sulung saja. Karena untuk keluarga yang mempunyai anak lebih dari satu, buku teks tersebut dapat dipakai bergantian “turun temurun”. Khusus untuk keluarga dengan pendapatan kurang dari RM 2000/bulan, dapat mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk peminjaman buku teks yang disediakan dari sekolah.
Suatu biaya pendidikan yang terbilang relatif murah untuk negara dengan pendapatan rerata per keluarga sebesar RM 2500/bulan atau setara dengan Rp. 6.250.000/bulan (Data 2003, Kementrian Kewangan Malaysia). Lebih-lebih lagi, mulai tahun persekolahan 2008 mendatang pemerintah merencanakan untuk meminjamkan semua buku teks kepada para siswa sekolah rendah tanpa kecuali. Praktis, orangtua murid tidak lagi terbebani untuk membeli buku teks.

Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan di Negara Islam
Pada masa pra Islam, pendidikan itu hampir tak memiliki signifikansi. Kaum nomad hanya mengenal satu sistem: transmisi lisan. Namun, sejak zaman Islam, segalanya berubah. Islam menekankan pada pentingnya pendidikan dan pembelajaran sejak awal. Bahkan, mungkin tidak ada agama yang lebih menekankan pada soal ilmu, pendidikan dan pembelajaran daripada Islam. Cukuplah ayat pertama yang turun kepada Nabi Muhammad dengan kalimatIqra’ (Bacalah!) sebagai bukti signifikansi dan ketinggian nilai pencarian ilmu dalam Islam. Selain itu, Islam juga dikenal dengan “agama ilmu pengetahuan”, “agama akal” dan “agama buku”.
Bidang Ilmu
Secara umum ada dua bidang ilmu yang terus berkembang dalam dunia Islam, terutama di Timur Tengahal-‘ulūm al-naqliyah (ilmu-ilmu tradisional) dan al-‘ulūm al-‘Aqliyah (ilmu-ilmu rasional. Pembagian ini adalah yang paling umum diakui oleh para sarjana Muslim sejak masa-masa awal. Dengan demikian, pembagaian ini memiliki kevalidan sampai batas tertentu. Akan tetapi, menurut Bazarghi, pembagian itu adakalanya justru berimbas pada pemahaman yang keliru bahwa ilmu-ilmu tradisional itu tidak memiliki landasan-landasan rasional.
Bidang-bidang ilmu Islam adalah pengajaran Al-Qur’an, tatabahasa Arab, tafsīrfiqhadīthuūl al-fiqh (prinsip-prinsip penyimpulan hukum Islam), uūl al-adīth (prinsip-prinsip periwayatan hadis), sejarah Nabi  dan para sahabat dan yang di antara yang terpenting adalah adab. Pada beberapa karya sarjana Muslim, ilmu-ilmu seperti filsafatlogikateologi (ilmu kalam), fisika, metafisika, matematika, astronomi, geografi, kedokteran dan  sastra Arab juga terkadang dikategorikan sebagai bidang ilmu-ilmu Islam. Hal ini barangkali karena interaksi positif di antara ilmu-ilmu Islam dan bidang-bidang ilmu yang telah disebutkan.
Lembaga Pendidikan
Kaum Muslim pramodern terbukti berhasil meraih tingkat literasi dan keakraban dengan teks yang lebih tinggi dibanding bangsa-bangsa Eropa di masa itu (Berkey, 2004). Catatan-catatan historis ihwal pendidikan Islam memberikan banyak perspektif seputar watak dan fungsi lembaga-lembaga pendidikan tapi sedikit sekali yang menjelaskan tentang hubungan satu metode dengan metode lain di masa-masa yang berbeda (Küng 2007). Namun demikian, Küng menyatakan bahwa tumpang tindih itu bukan saja tak bisa dihindari, tapi justru memberikan pencerahan bagi sistem pendidikan yang ada (Küng, 2007).
Dalam kaitan dengan lembaga pendidikan, para sarjana Muslim mencatat beberapa istilah yang terkenal. Untuk bidang pendidikan dasar al-Qur’an, instrukturnya biasa dibagi menjadi dua huffâzh (para penghapal) dan kuttāb(para penulis). Kedua kelompok ini biasanya kemudian mengajar di halaqah(lingkaran belajar di masjid) dan madrasah (sekolah yang dikhususkan untuk pengajaran Islam primer dan sekunder). Selain kedua lembaga di atas, lembaga dār al-kutub (perpustakaan) juga menjadi tempat pendidikan yang populer.
Perkembangan Lanjutan
Pada masa-masa selanjutnya, banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas Islam di Spanyol seperti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Cordoba pada masa itu mempunyai perpustakaan yang berisi 400.000 buku dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Selama belajar di universitas-universitas tersebut, sarjana-sarjana Eropa itu aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan kala itu ada di Toledo. Setelah mereka pulang ke negeri masing-masing, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas yang pertama kali didirikan di Eropa ialah Universitas Paris pada tahun 1213 M. Pada penghujung zaman pertengahan barulah berdiri 18 universitas di daratan Eropa. Di berbagai universitas itu diajarkan ilmu-ilmu yang diperoleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan filsafat.
Akibat perkembangan ilmu pengetahuan Islam inilah kajian filsafat Yunani di Eropa berkembang secara besar-besaran dan akhirnya memicu gerakan Renaissans pada abad ke-14, reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung pada abad ke-18 M.

2.    Analisis Pendidikan di Negara Barat
a.    Sistem Pendidikan di Jepang
Jepang merupakan salah satu negara termaju dalam berbagai bidang kehidupan: ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, sosial, politik, dll. Kemajuan-kemajuan ini tentu berkaitan erat dengan kemajuan pendidikan.
Sistem pendidikan di Jepang dibangun atas prinsip-prinsip:
·         Legalisme
·         Administrasi yang demokratis
·         Netralitas
·         Penyesuaian dan penetapan kondisi pendidikan
·         Desentralisasi.
Pendidikan bertujuan:
1.      Mengembangkan kepribadian secara penuh dengan
2.      Berupaya keras membangun manusia yang sehat pikiran dan badan,
3.      Yang mencintai kebenaran dan keadilan,
4.      Menghormati perseorangan,
5.      Menghargai kerja,
6.      Mempunyai rasa tanggungjawab yang dalam, dan
7.      Memiliki semangat independen sebagai pembangun negara dan masyarakat yang damai.
Sistem administrasi pendidikan dibangun dalam empat tingkat: pusat, prefectural (antara propinsi dan kabupaten), municipal (antara kabupaten dan kecamatan), dan sekolah. Masing-masing tingkat administrasi pendidikan tersebut mempunyai peran dan kewenangan yang saling mengisi dan bersifat kerjasama. Disamping itu, terdapat asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua yang mendukung pengembangan sekolah.
Contoh tujuan pendidikan untuk tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) yang dirinci sampai tingkat kelas dapat dilihat dalam Gambar 1.
Pada umumnya metode pengajaran yang digunakan di sekolah-sekolah di Jepang adalah kombinasi dari:
·         Penjelasan dari dan tanya jawab dengan guru,
·         Diskusi antar murid, dan
·         Eksplorasi oleh murid sendiri dengan menggunakan alat pembelajaran.
b.   Sistem Pendidikan di China
Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem pendidikan kuno di Cina.
Dalam upaya melihat bahwa teori dan kehidupan praktis tidak dapat dipisahkan, kita perlu melihat bagaimana orang Cina memahami hubungan antara teori dan praktek dalam suatu pemikiran yang bersifat falsafah. Kita juga perlu mengetahui bagaimana teori dihubungkan dengan kehidupan nyata. Ada dua perkara yang harus dikaji dan ditelusuri secara mendalam: Pertama, konsep umum tentang ‘kebenaran’ dalam falsafah Cina; kedua, kemanusiaan yang dilaksanakan dalam kehidupan nyata dan kemanusiaan yang diajarkan para filosof Cina dalam sistem falsafah mereka
Secara rinci tujuan kurikulum yang dijabarkan di atas tertuang dalam falsafah SuShi JiaoYu yang merupakan perwujudan pendidikan berorientasi kualitas. Berikut tujuan kurikulum yang dimaksud:
1.      Mengembangkan rasa patriotisme, kolektivisme, cinta sosialisme, dan pelestarian tradisi budaya nasional;
2.      Mengembangkan kesadaran/rasa demokrasi sosialis dan taat aturan hukum serta mematuhi hukum dan normanorma sosial;
3.      Mengembangkan cara pandang hidup sehat dan bertumpu pada nilainilai kehidupan;
4.      Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial dan kewajiban untuk melayani rakyat;
5.      Membudayakan semangat kreatifitas, kemampuan praktek, kompetensi ilmiah dan humanistik dan kesadaran lingkungan;
6.      Mengembangkan dasar pengetahuan, keterampilan dan pendekatan untuk belajar sepanjang hayat; dan
7.      Mengembangkan tubuh yang sehat, kualitas psikologis yang solid, apresiasi estetika dan caracara hidup sehat.
Tujuan kurikulum untuk tingkat SMA juga menambahkan hal berikut:
1.      Mengembangkan kemampuan untuk belajar mandiri, kesadaran kejuruan/kerja, kewirausahaan, perencanaan karir;
2.      Memahami diri sendiri dan menghargai orang lain, belajar untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, pengembangan semangat tim/bekerjasama; dan
3.      Memahami keanekaragaman budaya, dan keterbukaan pikiran terhadap dunia luar.
Kurikulum pendidikan dasar memiliki 3 tujuan dimensional, yaitu:
1.      Sesuai pilihan konten pendidikan, termasuk pengetahuan dasar dan keterampilan dasar, mencerminkan pembangunan sosial, kemajuan ilmu pengetahuanteknologi dan keragaman budaya, dan yang berkaitan dengan pengalaman pembelajar;
2.      Mengintegrasikan nilainilai pendidikan di semua kurikulum atau bidang pelajaran; dan
Memperhatikan proses dan pendekatan pembelajaran, mendorong pengembangan aktif, strategi pembelajaran yang saling bergantungan
Negara Cina/RRT sangat memahami tantangan hidup yang harus mereka hadapi, dan pendidikan adalah usaha yang penting untuk menaklukannya. Ini dapat dilihat dari reformasi kurikulum pendidikan yang hingga delapan kali, dimana kesemuanya menitik beratkan pada kemampuan individu dalam melakukan inovasi dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari. Hal ini terbukti kini kita dapat melihat bagaimana negara Cina/RRT menjadi negara maju yang harus menjadi contoh bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
c.    Sistem Pendidikan di Australia
Pendidikan di Australia tidak dipegang oleh pemerintah pusat, namun diserahkan pada setiap negara bagian atau teritorinya. Jadi, setiap negara bagian memiliki hak untuk menyelenggarakan pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini berdasarkan pada konstitusi Australia, dimana  pendidikan merupakan tanggungjawab negara bagian. Pada setiap negara bagian, seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah. Sehingga, masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri dalam pelaksanaan pendidikannya. Australia terdiri dari 3 tahapan pendidikan, yaitu pendidikan dasar (primary schools), pendidikan menengah (secondary education, meliputi secondary school/high schools), dan pendidikan tinggi (tertiary education in universties or TAFE [techical and further education] college). Ada kalanya, sebelum memasuki primary school, peserta didik memasuki kindergarten atau taman kanak-kanak.
Di Australia, pendidikan dasar menjadi dasar untuk memasuki jenjang selanjutnya, yaitu pendidikan menengah. Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Tahapan terakhir adalah pendidikan tinggi, yang mencakup beberapa program, yaitu diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. beberapa kelebihan atau keunggulan dari pendidikan yang ada di Australia dan Indonesia antara lain adalah:
Pertama, dilihat dari bobot dan tingkat kesulitan materi pelajaran, standar pendidikan dasar di Indonesia jauh lebih tinggi. Jika di Indonesia, siswa-siswa kelas dua SD sudah mendapatkan banyak pelajaran dan berbagai pekerjaan rumah serta ulangan atau ujian, tetapi siswa-siswa setaraf kelas 1 – 2 SD di Australia belum diwajibkan untuk membaca.
Kedua, dalam hal penilaian (assessment). Berbeda dengan di Indonesia yang mewajibkan para siswa untuk menempuh ulangan-ulangan sebagai persyaratan untuk naik kelas. Di Australia tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Memang ada ujian nasional seperti UAN di Indonesia, yaitu tes standar nasional dikenal dengan istilah NAPLAN (National Assessment Program Literacy and Numeracy) yaitu tes nasional yang dilakukan serentak di Australia untuk menguji kemampuan membaca, menulis dan berhitung sebagai persiapan memasuki Year 10
Walaupun standar materi pelajaran untuk pendidikan dasar di Indonesia tampak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Australia, namun ketika memasuki tingkat perguruan tinggi, tampak negeri kita lebih tertinggal dibandingkan Australia. Selain disebabkan karena peralatan teknologi yang lebih canggih dan lengkap, fasilitas-fasilitas penelitian yang lebih memadai, juga faktor mahasiswa yang telah memiliki pengembangan karakter (character building) yang kuat, fondasi sikap yag tertanam sejak dini di pendidikan dasar sangat mempengaruhi kesuksesan masa depan mereka, seperti kemandirian, jujur, kreatif, inovatif, serta berpikir kritis.
Ketiga, pemberian reward (penghargaan) terhadap usaha siswa sangat dijunjung tinggi, baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal seperti ucapan pujian ‘well done’, ‘excellent’, dsb. Yang lebih menarik lagi di SD, setiap ada siswa yang berbuat baik atau melakukan usaha keras, mempunyai keberanian yang positif, akan memperoleh reward berupa sertifikat-sertifikat kecil (school rewards) yang nanti jika telah terkumpul sepuluh sertifikat, akan diumumkan di acara assembly, yaitu acara yang diselenggarakan tiap dua minggu sekali untuk pengembangan bakat seni para siswa. Di acara tersebut, masing-masing kelas menampilkan kreatifitas seperti menyanyi, menari, drama, dsb. Hal yang istimewa lagi, pada school awards juga ditulis hal-hal baik yang telah dilakukan anak didik, seperti menolong teman yang jatuh, berani berbicara di depan kelas, jujur, empati, dan perilaku positif lainnya yang dilakukan siswa. Di sinilah terlihat betapa pengembangan karakter (character building) dan kecerdasan emosi (emotional equvalence) sangat ditekankan dalam pendidikan dasar. Penghargaan dan feedback yang positif ini juga tertulis di dalam raport siswa. Jadi penilaian pada rapost siswa di Australia adalah berbentuk narasi, bukan dalam bentuk angka-angka seperti pada sekolah di Indonesia.
Keempat, suasana belajar di sekolah-sekolah dasar di Australia terlihat sangat kondusif. Beberapa hal yang menunjang proses pembelajaran adalah jumlah siswa di dalam kelas yang tak lebih dari 20 siswa, media, kumpulan portofolio, dan alat-alat peraga pembelajaran yang lengkap, dinding kelas yang ‘ramai’ ditempeli dan digantung berbagai macam gambar, tulisan, hasil karya siswa maupun media buatan guru. Kebanyakan dinding kelas sekolah di Australia dilapisi papan lunak (softboard), sehingga dapat digunakan untuk menempel hasil karya siswa dan media belajar. Hal ini jarang terlihat di kelas sekolah di Indonesia yang terlihat ‘bersih’ dan tampaknya masih kurang media serta alat peraga yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, jumlah siswa yang sedikit ini memungkinkan bentuk formasi bangku yang diatur melingkar sehingga para siswa dapat belajar, berdiskusi dalam kelompok juga bersosialisasi. Namun bisa kita pahami, hal ini kurang bisa diterapkan di semua sekolah di Indonesia yang lebih banyak memiliki kelas-kelas besar, karena jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan Australia.
Kelima, dari segi tenaga pendidik, guru-guru di Australia amat disiplin. Para guru diwajibkan datang ke kelas sebelum murid-murid masuk. Hal ini tampaknya tengah digalakkan di Indonesia. Dengan adanya morning briefing bagi para guru sebelum masuk ke kelas tentu sangat baik untuk meningkatka kedisiplinan bagi tenaga pengajar dan juga sebagai sarana mendiskusikan persoalan-persoalan dalam proses belajar mengajar.
Keenam, tidak adanya Pendidikan Agama di Australia.
d.   Sistem Pendidikan di Israil
Sistem pendidikan Israel memiliki program wajib belajar bagi anak-anak berumur antara tiga sampai dengan delapan belas tahun. Tahapan-tahapan sekolah dibagi menjadi tiga tahap: sekolah dasar (tingkat 1-6), sekolah menengah pertama (tingkat 7-9), dan sekolah menengah atas (tingkat 10-12). Tahapan sekolah berakhir dengan ujian akhir nasional yang disebut Bagrut. Pendidikan tinggi di Israel didesain sebagai pendidikan pasca skunder atau pendidikan tinggi. Beberapa program pasca-sekolah menengah non gelar sarjana diawasi oleh Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Sedangkan Pendidikan Tinggi adalah di bawah pengawasan Dewan untuk Pendidikan Tinggi dengan tiga tipe institusi: (1) lembaga non-universitas menawarkan perkuliahan seperti bidang teknologi, seni, dan pelatihan mengajar, (2) perguruan tinggi regional, dan (3) universitas. Semua lulusan Perguruan tinggi Israel diakui setara oleh PT Amerika Serikat.
Terdapat tradisi positif Bangsa Yahudi Israel, meliputi: 1) Bahasa mempunyai pengaruh yang sangat penting, dimana dengan bahasa ternyata bisa mempersatukan orang-orang Yahudi. 2) Menumbuhkan jiwa pemimpin sejak dini sejak SMP-SMA. 3) Alasan kenapa orang Yahudi terkenal lebih pintar dari bangsa lainnya: (a). Persiapan Awal Melahirkan. (b) Di Israel, merokok adalah tabu karena secara ilmiah membuat bodoh. (c) Dalam setiap kegiatan anak –anak yahudi, disibukan dengan berbagai kegiatan yang positif. (d).Di sekolah tinggi, murid-murid digojlok dengan pelajaran sains dan didorong untuk menciptakan produk.
e.    Sistem Pendidikan di Inggris
Penyelenggaraan sistem pendidikan dasar di Inggris lebih menekankan pada praktek daripada teori. Sekolah dasar di negara tersebut diperuntukkan untuk anak usia 5 sampai 10 tahun dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 6 tahun. Dalam sistem pendidikan di Inggris tidak ada sistem ujian untuk naik ke kelas selanjutnya. Ujian kemampuan dasar dilakukan hanya satu kali ketika siswa berumur 7 tahun. Tahun pertama dan kedua disebut infants dan tahun ketiga sampai keenam disebut Junior. Kurikulum mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah dasar di sana antara lain bahasa Spanyol, matematika, IPA, IPS, pelatihan berupa pelatihan musik, seni, estetika, dan kerajinan tangan serta pelajaran olahraga atau pendidikan jasmani.
Keunggulan sistem pendidikan di Inggris yaitu menganut pola press shcematic. Itu artinya bahwa kurikulum mata pelajaran yang diajarkan tidak terlalu banyak yang dipelajari dan siswa akan lebih terfokus dan terspesialisasi, sehingga akan lebih dapat memahami dan memaknai apa yang diajarkan. Selain itu siswa-siswa dalam belajar tidak seperti banyak mendapatkan tekanan selama bersekolah. Waktu studi di sana lebih singkat daripada di Indonesia. Sekolah bagi mereka adalah tempat untuk bermain, berkreasi, dan berdiskusi. Di Inggris biaya sekolah sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah. Guru-guru yang ada di sana juga sangat berkompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualifikasi pendidikan di Inggris dikenal dan diakui secara internasional. Standar kualitas institusi Inggris adalah salah satu yang terbaik di dunia. Metode pengajaran yang digunakan bertujuan untuk mempersiapkan murid dengan keterampilan yang diperlukan di pasar global. Sekolah menyediakan berbagai macam jurusan yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan murid.
Analisis: Berdasarkan temuan keunggulan, sistem pendidikan di Indonesia agar lebih baik lagi harus sedikit meniru sistem pendidikan di negara Inggris yang tidak terlalu banyak memberikan kurikulum mata pelajaran. Pendidikan lebih menekankan pada praktek daripada teori. Selama ini, siswa di Indonesia lebih ditekankan pada aspek kognitifnya saja dan siswa dituntut untuk belajar banyak teori. Akan lebih baik apabila kognitif, afektif dan psikomotornya diberikan secara seimbang. Kesempatan warga untuk memperoleh pendidikan di Indonesia juga masih sulit dijangkau. Padahal pemerintah mencanangkan dana sebesar 20% dari APBN untuk pendidikan. Akan tetapi istilah sekolah gratis masih belum terealisasikan pada kenyataannya. Pemerintah harus mengatur ulang pendanaan yang diberikan agar setiap warga dapat merasakan pendidikan secara merata. Guru di Indonesia juga harus dibina lagi hatinya supaya bisa melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing dan pendidik dengan baik. 
f.     Sistem Pendidikan di Amerika Serikat
Negara serikat atau federal yang dipilih Amerika Serikat (AS) juga tercermin dari sistem pendidikannya yang menganut desentralisasi melalui negara-negara bagian (states). Penanggung jawab utama semua urusan pendidikan adalah departemen pendidikan yang berkedudukan di Washington. Sedang urusan sehari-hari diserahkan penuh pada tiap negara bagian.
Mirip dengan di Indonesia, selain pemerintah, swasta dan organisasi keagamaan juga diperkenankan mendirikan sekolah-sekolah. Jenjang sekolah yang mereka dirikan bervariasi dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Sekolah-sekolah swasta ini juga diperbolehkan menggunakan sistem pendidikan yang berbeda dengan yang digunakan negara bagian bersangkutan. Boarding school adalah contoh jenis sekolah yang dibuka oleh swasta atau organisasi keagamaan.
Khusus mengenai pendidikan tinggi, pendidikan tinggi di AS dapat dibedakan menjadi College dan University. College umumnya –dengan beberapa perkecualian- lebih berfokus menyelenggarakan pendidikan program sarjana (undergraduate), sedangkan university menyelenggarakan baik sarjana (undergraduate) dan pasca sarjana (graduate). Di university istilah college menjadi mirip dengan fakultas. Sebagai contoh, di university akan kita temukan College of Engineering (Fakultas Teknik) atau College of Economics (Fakultas Ekonomi).
Meskipun demikian, seperti telah disebutkan sebelumnya, college di university ini hanya mengurusi program sarjana (undergraduate). Jadi jika ada calon mahasiswa asal Indonesia ingin mendaftar program Master Teknik Pertambangan, dia mesti berhubungan dengan Graduate College (Program Pasca Sarjana). Graduate college ini kemudian akan meneruskan lamaran ke Department of Mining Engineering yang selanjutnya akan dikembalikan lagi ke Graduate College untuk diputuskan apakah calon mahasiswa itu diterima atau tidak. Jika akhirnya diterima, mahasiswa tersebut akan terdaftar secara administratif di Graduate College dan secara akademis di Department of Mining Engineering. Untuk program pasca sarjana, tidak semua universitas menawarkan program doktor. Beberapa diantaranya hanya menawarkan hingga jenjang master, terutama jika program itu ditujukan untuk mendidik lulusannya sebagai praktisi yang siap di dunia kerja. Program master ini juga ada 2 macam. Master terminal dan master berkelanjutan.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, master terminal adalah program untuk menyiapkan lulusannya sebagai praktisi. Setelah selesai pendidikan, dia diharapkan langsung balik ke dunia kerja. Sedang lulusan master berkelanjutan diperuntukkan bagi yang berkeinginan meneruskan pendidikannya ke jenjang doktor.
Analisis : apabila dilihat dari kedua sistem pembelajaran yang ada di kedua negara antara Indonesia dengan Amerika perbedaan nyata yang sangat terlihat adalah sistem kemandirian yang di terapkan di amerika lebih jelas dibandinngkan diinsonesia. seorang pelajar di amerika terlihat secara penuh diberikan kepercayaan dalam bentuk kebebasan untuk memilih apa dan bagaimana pendidikan akan ia jalani sedangkan di Indosenesia seorang siswa seolah selalu berjalan di satu alur yang telah ditentukan dan diinfinkan baik dari orang tua maupun dari pemerintah yang membatasi kelulusan seorang siswa atas dasar batas nilai tertentu.
Keunggulan Sistem Pendidikan di Negara Barat
Sebenarnya bila melihat data di atas, tampak bahwa mutu pendidikan sangat tergantung dari besarnya dana (anggaran).  Masalahnya, dana tersebut ada yang disediakan pemerintah, ada yang swadaya. Pada negara-negara dengan simpangan score yang besar (AS atau Inggris), pendidikan tinggi praktis dikelola secara swadaya.  Walhasil ada PT yang sangat bonafid (dengan score 1000) seperti Harvard University, yang SPP-nya juga sekitar US$ 100.000 per semester, namun ada juga yang relatif rendah (score 103 – walaupun masih masuk Top200) yaitu Virginia Polytechnic Institute yang disubsidi oleh pemerintah negara bagian.  Sedang di negara dengan simpangan score yang kecil, pendidikan tinggi hampir seluruhnya didanai oleh negara.
Secara umum, sistem pembiayaan pendidikan di Barat dapat dibagi dalam empat jenis.
Jenis pertama adalah subsidi penuh, sehingga pendidikan benar-benar gratis.  Sebagai contoh, di Australia, pendidikan adalah gratis sejak masuk Sekolah Dasar hingga lulus Doktor (S3).  Walhasil tidak ada yang tersisih karena persoalan biaya.  Sekolah akan mendapatkan bibit yang terbaik dan siswa yang memang tidak berbakat atau kecerdasannya kurang memadai akan terseleksi secara alami.
Jenis kedua adalah mirip jenis pertama, hanya saja untuk pendidikan tinggi, masa gratis dibatasi misalnya hanya hingga usia tertentu atau lama studi tertentu.  Setelah itu mahasiswa dipungut biaya yang akan makin besar bila lulusnya tertunda.  Negeri yang menerapkan ini misalnya Belanda.  
 Jenis ketiga adalah pembiayaan pendidikan gratis hanya sampai lulus SMA, sedang di perguruan tinggi dipungut biaya SPP – walaupun juga masih bersubsidi.
Jenis keempat adalah pendidikan membiayai sendiri.  Caranya macam-macam, ada yang dengan melibatkan komunitas atau alumni, kerjasama dengan industri atau perbankan (kredit pendidikan) dan atau menjadikan pendidikan sebagai benda komersil.  Contoh ini banyak di Amerika, sekalipun di Amerika banyak juga model pembiayaan jenis ketiga.
Pendidikan jenis terakhir inilah yang cenderungdijual“ secara internasional.  Kita sering melihat iklan dari perguruan tinggi Australia, Singapura atau bahkan Amerika Serikat.  Namun kita akan jarang melihat iklan sejenis dari Jerman atau Australia.  Andaikata ada, maka ia dipakai untuk: (1) merekrut calon ilmuwan unggul dari negara dunia ke-3; (2) merekrut calon agen yang akan mempromosikan dan menyalurkan produk mereka di negara dunia ke-3; (3) mendapatkan tenaga yang lebih murah minimal selama pendidikan (karena membayar kandidat PhD jelas lebih murah daripada membayar pekerja resmi – meski kualifikasi dan yang dikerjakannya sama; (4) mendapatkan anggaran tambahan dari pemerintahnya.
Baru menggarap IQ dan EQ
Di Barat pada umumnya siswa atau mahasiswa tidak dibebani dengan jumlah materi ajar yang terlalu besar sebagaimana di Indonesia, namun mereka dibekali dengan pisau asah sehingga mampu mencari dan mengembangkan sendiri ilmu.  Sedari kecil anak dibimbing untuk mampu berpikir logis, kritis dan kreatif.
Kecerdasan emosi juga dikembangkan sehingga anak-anak yang tumbuh di sana relatif lebih percaya diri, lancar berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, dan peka terhadap lingkungan.  Kalau masyarakat di Barat relatif lebih mampu menjaga kebersihan, rajin bekerja, dan displin saat berlalu-lintas, itu adalah buah dari pendidikan EQ yang cukup berhasil.
Dari aspek ruhiyah (kecerdasan spiritual, SQ), perlakuan institusi pendidikan tidak sama.  Di negara dengan tingkat sekulerisme yang sangat tinggi seperti Perancis, tidak ada pendidikan agama pada sekolah umum. Pendidikan agama hanya dimungkinkan pada sekolah swasta berlatarbelakang agama.  Sedang di negara dengan kultur agama yang masih kuat (seperti Katholik di Austria), pendidikan agama diberikan secara umum di sekolah-sekolah sampai SMU.  Untuk siswa yang beragama lain diberikan juga pendidikan agama dengan guru seagama, yang semuanya dibayar oleh pemerintah (termasuk guru agama Islam – yang dikoordinir oleh Austrian Islamic Society).
Namun pendidikan agama ini hampir tidak ada pengaruhnya.  Pada .penelitian James H. Leuba (psikolog terpandang Amerika) Th.1914: 58% dari 1000 ilmuwan Amerika yang dipilih acak tidak percaya adanya Tuhan.  Tahun 1934 jumlahnya naik menjadi 67%.  
Marketer Sekulerisme
Tampak di sini bahwa budaya sekuler-liberal tetap lebih berkesan dibanding pendidikan agama di sekolah yang cuma beberapa jam seminggu.  Persoalan seperti pergaulan bebas, narkoba dan kriminalitas di sekolah ada di mana-mana.  Di sisi lain, pandangan terhadap Islam, umat dan sejarahnya yang bias hampir ditemui di semua semua pelajaran (penelitian Susanne Heine: Islam Zwischen Selbstbild und Klische, Wien, 1995).
Cara pandang dan perilaku sekuler – yang tidak harus melalui indoktrinasi atau pelajaran sekolah – adalah sarana mempertahankan sistem yang ada di Barat (yakni untuk siswa mereka sendiri), dan juga mengekspornya ke seluruh dunia melalui orang-orang asing yang bersekolah di Barat.  Mahasiswa asing ini nantinya diharapkan menjadi "marketer" tentang keramahan bangsa Barat, kehandalan produk Barat, dan kemajuan cara pandang Barat.
Pada kasus beasiswa untuk ilmu-ilmu humaniora, pandangan sekuler ini akan tertanam dalam prinsip-prinsip ilmiah yang dikaji.  Penerima beasiswa dari negara-negara berkembang selama bertahun-tahun, bahkan setelah lulus, diharapkan menghasilkan paper-paper tentang berbagai hal yang dilihat dari sudut pandang kapitalis.
Sedang pada beasiswa untuk ilmu-ilmu sains dan teknologi, secara khusus memang tidak ada pengkondisian sekulerisme di kampus.  Namun realitas kehidupan Barat itu sendiri adalah cara "dakwah" terbaik tentang sekulerisme – sehingga tak sedikit mahasiswa muslim yang berkesimpulan bahwa sistem di Barat serba lebih "islami" daripada di negeri Islam sendiri.
Dengan orang-orang ini, maka imperialisme dapat dilanjutkan.  Keunggulan sains dan teknologi akan dijadikan alat imperialisme, misalnya melalui hutang LN atau ketergantungan produk LN – dan ini sering melalui anak-anak kandung umat Islam sendiri.

C. PENUTUP
     Orientasi Pengembangan Pendidikan di Indonesia Berdasarkan Refleksi Sistem Pendidikan Negara Maju (Negara Islam dan Negara Barat)
Bila menilik berbagai kelemahan sistem pendidikan di Indonesia, kesimpulan yang dapat diambil adalah diperlukan pembenahan yang bersifat fundamental. Pembenahan tidak bisa sepotong-sepotong (piece meal) sehingga dapat memberikan dampak tidak dalam satu, lima atau sepuluh tahun mendatang tetapi pada satu, dua bahkan generasi-generasi berikut bagi sumber daya manusia Indonesia.
Bedasarkan berbagai kajian tentang sistem pendidikan di negara maju, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan comparative education bagi pengembangan sistem pendidikan di Indonesia:
1.    Perlunya menumbuhkembangkan ideologi pancasila dan nilai-nilai kebudayaan lokal dalam pengembangan sistem pendidikan di Indonesia, hal ini bertujuan agar sistem pendidikan di Indonesia memiliki pijakan kuat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan di tataran yang lebih rendah. Seperti halnya dengan beberapa negara asia timur seperti china, korea selatan dan jepang, kentalnya ideologi konfusianisme memberikan efek positif terhadap daya juang siswa dalam kompetisi yang semakin ketat. Budaya kerja keras dan penegakan disiplin yang ketat merupakan kunci keberhasilan pembangunan di berbagai negara asia timur tersebut. Sementara nilai-nilai kebebasan dan kesetaraan dapat kita contoh dari sistem pendidikan di negara-negara barat.
2.    Perlunya upaya penyadaran masyarakat tentang nilai penting pendidikan, pendidikan harus dijadikan wadah bagi pengembangan pembangunan seperti halnya negara-negara asia timur.
3.    Peningkatan mutu tenaga pendidik yang berkualitas selama pre-service education (melalui LPTK) maupun in-service education (melalui training dan magang). Guru di Indonesia haruslah ditempatkan pada posisi tertinggi dalam sistem pendidikan. Hal ini dapat kita tiru dari negara Finlandia yang menetapkan kualitas dan standar yang tinggi untuk menjadi seorang guru dengan pendidikan minimal magister (S2).
4.    Jumlah jam pelajaran perlu diminimalisir seperti yang dilakukan Finlandia, Jepang dan beberapa negara eropa lainnya. Jumlah jam belajar yang terlalu banyak seringkali dapat membebani siswa.
5.    Sistem belajar lebih diarahkan kepada praktek daripada teori seperti yang diberlakukan di Inggris dan Finlandia.
6.    Pendidikan sejak pre-natal perlu diperkenalkan kepada masyarakat seperti yang dilakukan oleh Israel.
7.    Perlu dibangun nilai multikulturalisme dalam sistem pendidikan seperti yang dilakukan oleh Amerika, Kanada dan Australia
8.    Penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang baik, terlebih lagi dengan penyediaan perangkat teknologi tinggi seperti yang dilakukan negara Singapura, Australia, Jepang dan Korea Selatan
9.    Dalam pemberian sertifikasi kepada guru, perlu ditata ulang. Pemberian sertifikasi guru seperti yang dilakukan Finlandia, Jepang dan Korea Selatan perlu dipertimbangkan. Guru yang berhak mendapatkan tunjangan sertifikasi adalah guru-guru yang benar-benar kompeten, bertanggung jawab dan memiliki kualifikasi akademik yang tinggi. Sertifikasi yang berlaku juga tidak selamanya, evaluasi terhadap kinerja guru menentukan layak atau tidaknya sertifikasi tersebut di berikan.
1.        Perlunya menumbuhkembangkan budaya kesadaran dan disiplin yang ketat bagi siswa, seperti yang dilakukan oleh Singapura.
2.        Bahasa Inggris perlu dilatihkan sejak dini seperti yang dilakukan oleh Singapura dan Malaysia


DAFTAR RUJUKAN


Kumpulan Makalah Pendidikan Perbandingan Kelas Non Regular A, Pasca Sarjana UIN Walisongo Tahun 2015

Tidak ada komentar: