ANALISIS DAN REFLEKSI PENDIDIKAN
DI NEGARA ISLAM DAN NEGARA BARAT
TUGAS AKHIR
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi tugas Akhir Semester
Mata Kuliah
Pendidikan
Perbandingan
Dosen
Pengampu: Dr.
Machfud Junaedi, M.Ag dan Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag
Disusun Oleh :
Ali Anwar (1400018020)
PROGRAM MAGISTER STUDI ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015
ANALISIS DAN REFLEKSI PENDIDIKAN
DI NEGARA ISLAM
DAN BARAT
A. Pendahuluan
Setiap bangsa tentu memiliki sistem pendidikan.
Dengan sistem pendidikan itu, suatu bangsa mewariskan segala pengalaman,
pengetahuan, keterampilan dan sikap, agama dan ciri-ciri watak khusus yang
dimilikinya dengan cara tertentu kepada generasi penerusnya, agar mereka dapat
mewariskannya dengan sebaik-baiknya. Melalui sistem pendidikan itu, suatu
bangsa dapat memelihara dan mempertahankan nilai-nilai luhur, serta
keunggulan-keunggulan mereka dari generasi ke generasi.
Pendidikan komparatif membahas perbandingan
secara ilmiah, dan mempunyai tujuan untuk melihat persamaan dan perbedaan,
kerja sama, pertukaran pelajar antar bangsa dalam menciptakan perdamaian dunia.
Pendapat tersebut sebagai usaha menanamkan dan menumbuh-kembangkan rasa saling
pengertian dan kerja sama antar bangsa, demi terpeliharanya perdamaian dunia,
melalui peroses pendidikan. Pendidikan komparatif juga diperlukan, untuk
melihat kemajuan, kualiatas pendidikan di negara maju dibandingkan dengan
dengan negara berkembang.
Studi perbandingan pendidikan merupakan salah
satu cara untuk mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan sistem
pendidikan Negara tertentu, terutama yang berhubungan dengan kelebihan yang
terjadi pada sistem pendidikan negara tersebut.
B. Pembahasan
1.
Analisis Pendidikan di Negara Islam
a.
Sistem Pendidikan
di Indonesia
Salah
satu tugas Pemerintah bekerja sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia
adalah menyusun undang-undang pendidikan, dan sebagai hasilnya adalah
Undang-undang Sisdiknas no 20 tahun 2003. Berdasarkan Undang-undang no 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas, Pendidikan nasional berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Menurut Undang-undang
no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada bab VI pasa 16 disebutkan bahwa
jenjang pendidikan formal di Indonesia meliputi tiga jenjang, yaitu: pendidikan
Dasar, pendidikan Menengah, dan pendidikan Tinggi.
Manajemen Pendidikan
di Indonesia
Pengelolaan
pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab pemerintah pusat melalui
Menteri Pendidikan Nasional, pemerintah Daerah Provinsi, dan pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Ketentuan yang menyangkut pendidikan diatur dalam UU RI No.20
TH 2003 (Sisdiknas ). Sedangkan peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Oleh karena itu pendidikan dapat
diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar
produktif. Pelaksanaan desentralisasi pendidikan nasional di Indonesia
memberikan keluasan kepada pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat utuk
turut bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di Indonesia.
Kurikulum
Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan enam kali
perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984,
kurikulum 2004, dan yang sekarang berlaku yaitu KurikulumTingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Dinas Nomor 22
tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang standar lulusan, dan Permen Nomor
24 tentang pelaksanaan permen tersebut, tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari kurikulum Berbasis
Kompetensi, atau kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat
dengan beban belajar dari pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas masih
dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu,
dalam KTSP bahan belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan
(sekolah, guru dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan potensi yang ada di lingkungannya.
b.
Sistem
Pendidikan di India
India merupakan
salah satu kawasan Asia Selatan yang memiliki kemegahan kebudayaan yang megah
di dunia yang menyaingi Cina dalam kesusasteraan, seni dan arsitektur. Perasaan
nasionalis India mulai berkembang setelah timbul rasa bangga atas hasil-hasil
kebudayaan mereka yang dipelajari dan kemudian dialih bahasakan oleh
sarjana-sarjana asing ke dalam bahasa-bahasa barat. Pendapatan per kapita India
adalah US$ 200 per tahun. Dari sensus tahun 1987-1988 diketahui bahwa 30%
penduduknya dibawah garis kemiskinan. Kesenjangan sosial cukup menjolok dalam
hal ekonomi dan distribusi kesehatan . Bisa dimaklumi bahwa populasi penduduk
yang sangat besar tersebut, disamping sebagai human capital juga merupakan
beban negara. Terlebih bila diingat bahwa selama 150 tahun India dibawah
penjajahan Inggris dan baru pada tahun 1947 mengalami kemerdekaan.Perkembangan
ilmu pengetahuan di bidang pertanian, nutrisi, obat-obatan dan industri oleh
para pendidik India diakui harus memiliki hubungan dengan pendidikan dan
modernisasi.
Sekolah dasar
(primary school) mencakup pelajaran membaca, menulis dan mengeja bahasa daerah,
sejarah dan kebudayaan india, geografi, sastra, sains dan kesehatan.
Sekolah menengah (secondary school) pelajaran sains dan matematika bahkan juga beberapa sekolah mengganti kajian ilmu-ilmu sosial dengan sejarah dan geografi serta sedikit sekolah menengah atas yang memiliki banyak tujuan menawarkan jenis pelatihan manual dan ilmu kerumahtanggaan (home sciences).
Sekolah menengah (secondary school) pelajaran sains dan matematika bahkan juga beberapa sekolah mengganti kajian ilmu-ilmu sosial dengan sejarah dan geografi serta sedikit sekolah menengah atas yang memiliki banyak tujuan menawarkan jenis pelatihan manual dan ilmu kerumahtanggaan (home sciences).
Bidang
spesialisasi di jenjang pendidikan tinggi terkait dengan disiplin ilmu
tradisional seperti sejarah, sastra inggris dan ilmu politik. Ketika seorang
mahasiswa telah memilih jurusan tertentu, ia tidak dapat merubah
spesialisasinya. Beberapa universitas telah memulai memberikan program studi
umum atas dasar eksperimen. Mahasiswa yang cerdas cenderung masuk ke jurusan
fisika, kimia, teknik atau kedokteran. Metode pendidikan masih menekankan pada
peranan hafalan tetapi ada beberapa jurusan di universitas yang mendorong
dilakukannya metode penelitian (inquiri). Komisi beasiswa universitas telah
mendirikan berbagai pusat studi lanjutan di berbagai universitas. Dari subsidi
pusat-pusat inilah kemajuan riset dan pelatihan dikembangkan.
Ciri-ciri
pendidikan di India adalah :
a.
Pengajaran agama di nomor satukan.
b.
Pendidikan diselenggarakan oleh kasta Brahmana.
c.
Tujuan pendidikan; mencapai kebahagian abadi (Nirwana).
Sedangkan
tujuan pendidikan di India antara lain :
1.
Untuk memberantas penyakit buta huruf
2.
Meningkatkan mobilitas dan integrasi social
3.
Untuk memajukan/ mengembangkan ilmu dan teknologi
4.
Untuk meningkatkan perkembangan ekonomi
5.
Untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat
Permasalahan
pendidikan di hampir semua negara berkembang umumnya sama, mulai dari persoalan
biaya sekolah, buta huruf, putus sekolah, kurikulum hingga anggaran pendidikan.
Namun, semua bisa berubah asalkan pemerintah dan semua unsur terkait
berkomitmen kuat untuk memajukan pendidikan di negara mereka masing-masing.
Kualitas
sistem pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu masyarakat dan
bangsa karena membawa perubahan besar bagi kehidupan bangsa bangsa tersebut.
Keberhasilan-keberhasilan ini dicapai memang pada dasarnya tidak lepas dari
dukungan kebijakan pemerintah yang ada. Sementra di India, kesadaran dari pada
masyarakat dan para pendidik akan pentingnya pendidikan membuat Negara India
menjadi salah satu Negara yang pendidikannya cukup diperhitungkan dalam dunia
internasional.
Salah
satu aspek yang mendukung pendidikan di India adalah penyediaan buku-buku teks
untuk sekolah dan universitas yang murah, disamping buku murah, pendidikan
india juga murah. Pendidikan gratis untuk SD , SMP , SMA dan Perguruan Tinggi.
Pendukung lainnya adalah penerapan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar di
hampir seluruh perguruan tinggi di india.
Baik
jenjang dasar, menengah maupun tinggi , pendidikan di India menonjolkan
kesederhanaan. Secara fisik bangunan pendidikan tersebut memprihatinkan, namun
dari segi mutu, pendidikan tinggi di India relatif menonjol.
c.
Sistem
Pendidikan di Turki
Pendidikan di Turki dapat
lebih maju dibandingkan di negeri kita. Peran masyarakat dan perusahaan
(stakeholder) sangat tinggi, sehingga pendidikan di Turki lebih maju
dibandingkan di Indonesia. Kepeduli masyarakat terhadap mutu pendidikan
dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan pendidikan di
Turki. Sebagai contoh adalah Sekolah menengah “ Ahmet Ulusoy”. Lokasi Sekolah
menengah Ahmet Ulusoy ini merupakan sumbangan dari seorang konglemerat di
daerah Cankaya yang bernama Ahmet Ulusoy. Sekolah ini merupakan satu dari 7 sekolah di
bawah naungan Atlantik School di daerah Cankaya( bagian dari kota Ankara).
Jumlah murid di sekolah ini 750 orang , 200 orang siswa tinggal di asrama putera
dan 35 siswi tinggal di asrama puteri. Bagi siswa-siswi yang tinggal bersama
orangtua disediakan 50 buah bis sekolah untuk antar jemput.
Sekolah dilaksanakn Senin
s.d Jumat dari jam 09.00 s.d 16.30. Ilhan Yerli, general manajer yang
mengelolah 7 sekolah Atlantik di daerah Cankaya, mengatakan bahwa tidak hanya
orang kaya saja yang peduli akan pendidikan anak-anak di Turki akan tetapi
semua masyarakat juga sangat peduli akan hal yang satu ini. Semua orang baik
kaya maupun orang yang hidup pas-pasan sudah terbiasa menyumbangkan uang mereka
untuk memajukan pendidikan. Yang lebih berkesan lagi bahwa setiap penyumbang,
besar atau kecil, tidak pernah ikut campur tentang penggunaan uang yang mereka
sumbangkan.
Beberapa kegiatan yang
rutin mereka lakukan untuk melibatkan orangtua dalam pendidikan adalah,
memberikan bimbingan dan konseling bagi orang tua, mengadakan seminar dengan
berbagai macam tema bagi orangtua, membuat persatuan orang tua siswa,
mengadakan kegiatan pengumpulan dana amal yang dikoordinir oleh orangtua.
Sepintas lalu semua kegiatan yang mereka lakukan ini tidaklah jauh berbeda
dengan apa yang telah dilakukan sekolah-sekolah di Indonesia akan tetapi semua
itu tidak hanya berupa program di atas kertas sekolah atau dengan kata lain
benar-benar kegiatan nyata.
d.
Sistem
Pendidikan di Iran
Pertama,
tujuan utama pendidikan di Iran adalah meningkatkan produktivitas, mencapai
integrasi sosial dan nasional, mengelola nilai-nilai sosial, moral dan
spiritual yang berlandaskan keyakinan syariat Islam, serta pengembangan
sumberdaya manusia untuk peningkatan ekonomi dan sebagai investasi masa depan.
Kedua,
Sistem pendidikan di Iran memiliki jenjang-jenjang meliputi: 1) pendidikan pra
sekolah 1 tahun (usia 4 tahun/ tidak wajib), 2) pendidikan dasar (wajib
ditempuh 5 tahun anak usia 6 tahun), 3) Pendidikan menengah terdiri dari dua
tahap, sekolah menengah rendah dan sekolah menengah tinggi (masing-masing 3
tahun). 4) pendidikan tinggi di Iran ditawarkan bagi siswa yang telah lulus
sekolah menengah tinggi. Universitas di bagi menjadi universitas umum dan
khusus, universitas teknologi komprehensif, universitas terbuka, universitas
Islam azad, dan universitas kedokteran.
Ketiga,
tampaknya kemajuan pendidikan di Iran dengan output dan outcomesnya berupa
teknologi tingkat tinggi yang diakui dunia lebih dipicu oleh semangat tidak mau
bergantung dengan Negara lain, bahkan secara politis karena di bawah tekanan
embargo dan isolasi Amerika Serikat, Iran semakin kreatif dengan ilmuwannya
yang sangat brilian. Sedangkan, kemajuan pendidikan negara Yahudi Israel yang
juga luar biasa dan diakui seluruh dunia dengan produk teknologi canggihnya,
secara politis dan ekonomis memang didukung sepenuhnya oleh Amerika Serikat
“saudara kembarnya” yang juga menjadi sang penguasa dunia. Lebih dari itu
semua, penulis menemukan bahwa salah satu factor penting dan penyebab kemajuan
Republik Islam Iran dan Israel di bidang iptek adalah karena para pemimpin
negara tersebut secara sungguh-sungguh dan konsisten menghendaki ilmu
pengetahuan
e.
Sistem Pendidikan
di Malasyia
Pada
era tahun 70an sampai 80an keadaan pendidikan di Indonesia masih di atas
Malaysia. Orang Malaysia datang belajar ke Indonesia. Bahkan beberapa guru dari
Indonesia diperbantukan mengajar di Malaysia. Sekarang pendidikan di Malaysia termasuk
yang paling baik di dunia, tetapi Indonesia malah terkesan berjalan di tempat.
Tambahan lagi sekarang biaya pendidikan sudah mulai menjadi di luar jangkauan
kebanyakan masyarakat di Indonesia.
Sistem
pendidikan di Malaysia disusun berdasarkan pada Sistem Pendidikan Inggris.
Pendidikan rendah atau pendidikan dasar di Malaysia dimulai pada kanak-kanak
usia 7 – 12 tahun (pendidikan dasar 6 tahun). Wajib belajar (pendidikan wajib)
di Malaysia diterapkan dan dilaksanakan mulai tahun persekolahan 2003. Pendidikan wajib adalah satu peraturan yang mewajibkan
setiap ibu bapak warganegara Malaysia (yang menetap di Malaysia) yang mempunyai
anak mencapai umur enam tahun mendaftarkannya di sekolah rendah (pendaftaran
murid biasanya dilakukan 1 tahun sebelum masa persekolahan).
Kegagalan
ibu bapak memastikan anaknya mengikuti pendidikan wajib merupakan satu
kesalahan dari segi undang-undang, dan jika terbukti di pengadilan, ibu bapak
berkenaan akan dikenakan denda maksimal RM 5000 atau dipenjarakan maksimal 6
bulan atau kedua-duanya sekali.
Ada
peraturan yang mewajibkan, ada pula sangsi bagi yang melanggar. Namun negara
juga mendukung sepenuhnya pembangunan di bidang pendidikan. Fasilitas, sarana
dan prasarana serta kesejahteraan guru diperhatikan.
Orang
tua murid dikenakan membayar iuran sekolah yang dibayarkan pada awal tahun
ajaran baru. Besarnya iuran yang dipungut oleh pihak sekolah berkisar antara RM
50 hingga RM 75 pertahun (Rp. 125.000 – 187.500/tahun) tiap siswa. Iuran
tersebut dirinci untuk pembayaran asuransi, biaya ujian tengah semester &
semesteran, iuran khas, biaya LKS, praktek komputer, kartu ujian, file data
siswa & rapor.
Khusus
untuk sumbangan PIBG (Persatuan Ibu Bapak dan Guru) hanya dipungut satu bayaran
untuk satu keluarga. Jadi untuk keluarga yang menyekolahkan 1 anak atau lebih,
dikenakan bayaran yang sama yaitu RM 25/keluarga. Dan untuk siswa kelas enam
ditambah biaya UPSR sebesar RM 70. Selain itu tak ada pungutan lain, termasuk
pula tak ada pungutan sumbangan dana pembangunan. Pembangunan dan renovasi
gedung sepenuhnya menjadi tanggungjawab kerajaan/pemerintah.
Buku
teks atau buku pegangan yang digunakan siswa relatif tak berganti atau sama
setiap tahun. Bila orang tua murid membeli semua buku teks dan aktifiti,
harganya berkisar antara RM 80 – RM 125/siswa pertahun. Itupun hanya sekali
beli untuk anak sulung saja. Karena untuk keluarga yang mempunyai anak lebih
dari satu, buku teks tersebut dapat dipakai bergantian “turun temurun”. Khusus
untuk keluarga dengan pendapatan kurang dari RM 2000/bulan, dapat mengajukan
permohonan kepada pemerintah untuk peminjaman buku teks yang disediakan dari
sekolah.
Suatu
biaya pendidikan yang terbilang relatif murah untuk negara dengan pendapatan
rerata per keluarga sebesar RM 2500/bulan atau setara dengan Rp.
6.250.000/bulan (Data 2003, Kementrian Kewangan Malaysia). Lebih-lebih
lagi, mulai tahun persekolahan 2008 mendatang pemerintah merencanakan untuk
meminjamkan semua buku teks kepada para siswa sekolah rendah tanpa kecuali.
Praktis, orangtua murid tidak lagi terbebani untuk membeli buku teks.
Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan di
Negara Islam
Pada
masa pra Islam, pendidikan itu hampir tak memiliki signifikansi. Kaum nomad
hanya mengenal satu sistem: transmisi lisan. Namun, sejak zaman Islam,
segalanya berubah. Islam menekankan pada pentingnya pendidikan dan pembelajaran
sejak awal. Bahkan, mungkin tidak ada agama yang lebih menekankan pada soal
ilmu, pendidikan dan pembelajaran daripada Islam. Cukuplah ayat pertama yang
turun kepada Nabi Muhammad dengan kalimatIqra’ (Bacalah!) sebagai
bukti signifikansi dan ketinggian nilai pencarian ilmu dalam Islam. Selain itu,
Islam juga dikenal dengan “agama ilmu pengetahuan”, “agama akal” dan “agama
buku”.
Bidang Ilmu
Secara
umum ada dua bidang ilmu yang terus berkembang dalam dunia Islam, terutama di Timur Tengah: al-‘ulūm
al-naqliyah (ilmu-ilmu tradisional) dan al-‘ulūm al-‘Aqliyah (ilmu-ilmu
rasional. Pembagian ini adalah yang paling umum diakui oleh para sarjana Muslim
sejak masa-masa awal. Dengan demikian, pembagaian ini memiliki kevalidan sampai
batas tertentu. Akan tetapi, menurut Bazarghi, pembagian itu adakalanya justru
berimbas pada pemahaman yang keliru bahwa ilmu-ilmu tradisional itu tidak
memiliki landasan-landasan rasional.
Bidang-bidang
ilmu Islam adalah pengajaran Al-Qur’an, tatabahasa Arab, tafsīr, fiqh, ḥadīth, uṣūl al-fiqh (prinsip-prinsip penyimpulan hukum
Islam), uṣūl al-ḥadīth (prinsip-prinsip periwayatan hadis),
sejarah Nabi dan para sahabat dan yang di antara yang terpenting
adalah adab. Pada beberapa karya sarjana Muslim, ilmu-ilmu seperti
filsafat, logika, teologi (ilmu kalam), fisika,
metafisika, matematika, astronomi, geografi, kedokteran dan sastra Arab
juga terkadang dikategorikan sebagai bidang ilmu-ilmu Islam. Hal ini barangkali
karena interaksi positif di antara ilmu-ilmu Islam dan bidang-bidang ilmu yang
telah disebutkan.
Lembaga
Pendidikan
Kaum
Muslim pramodern terbukti berhasil meraih tingkat literasi dan keakraban dengan
teks yang lebih tinggi dibanding bangsa-bangsa Eropa di masa itu (Berkey,
2004). Catatan-catatan historis ihwal pendidikan Islam memberikan banyak
perspektif seputar watak dan fungsi lembaga-lembaga pendidikan tapi sedikit
sekali yang menjelaskan tentang hubungan satu metode dengan metode lain di
masa-masa yang berbeda (Küng 2007). Namun demikian, Küng menyatakan bahwa
tumpang tindih itu bukan saja tak bisa dihindari, tapi justru memberikan
pencerahan bagi sistem pendidikan yang ada (Küng, 2007).
Dalam
kaitan dengan lembaga pendidikan, para sarjana Muslim mencatat beberapa istilah
yang terkenal. Untuk bidang pendidikan dasar al-Qur’an, instrukturnya biasa
dibagi menjadi dua huffâzh (para penghapal) dan kuttāb(para
penulis). Kedua kelompok ini biasanya kemudian mengajar di halaqah(lingkaran
belajar di masjid) dan madrasah (sekolah yang dikhususkan
untuk pengajaran Islam primer dan sekunder). Selain kedua lembaga di atas,
lembaga dār al-kutub (perpustakaan) juga menjadi tempat
pendidikan yang populer.
Perkembangan
Lanjutan
Pada
masa-masa selanjutnya, banyak pemuda Eropa yang belajar di
universitas-unniversitas Islam di Spanyol seperti Cordoba, Sevilla, Malaca,
Granada dan Salamanca. Cordoba pada masa itu mempunyai perpustakaan yang berisi
400.000 buku dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Selama belajar di
universitas-universitas tersebut, sarjana-sarjana Eropa itu aktif menerjemahkan
buku-buku karya ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan kala itu ada di Toledo.
Setelah mereka pulang ke negeri masing-masing, mereka mendirikan sekolah dan
universitas yang sama. Universitas yang pertama kali didirikan di Eropa ialah
Universitas Paris pada tahun 1213 M. Pada penghujung zaman pertengahan barulah
berdiri 18 universitas di daratan Eropa. Di berbagai universitas itu diajarkan
ilmu-ilmu yang diperoleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu
pasti dan filsafat.
Akibat
perkembangan ilmu pengetahuan Islam inilah kajian filsafat Yunani di Eropa
berkembang secara besar-besaran dan akhirnya memicu gerakan Renaissans pada
abad ke-14, reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan
aufklarung pada abad ke-18 M.
2.
Analisis Pendidikan di Negara Barat
a. Sistem Pendidikan di
Jepang
Jepang merupakan salah satu
negara termaju dalam berbagai bidang kehidupan: ekonomi, teknologi, ilmu
pengetahuan, sosial, politik, dll. Kemajuan-kemajuan ini tentu berkaitan erat
dengan kemajuan pendidikan.
Sistem
pendidikan di Jepang dibangun atas prinsip-prinsip:
·
Legalisme
·
Administrasi
yang demokratis
·
Netralitas
·
Penyesuaian
dan penetapan kondisi pendidikan
·
Desentralisasi.
Pendidikan bertujuan:
1.
Mengembangkan
kepribadian secara penuh dengan
2.
Berupaya keras
membangun manusia yang sehat pikiran dan badan,
3.
Yang
mencintai kebenaran dan keadilan,
4.
Menghormati
perseorangan,
5.
Menghargai kerja,
6.
Mempunyai rasa
tanggungjawab yang dalam, dan
7. Memiliki
semangat independen sebagai pembangun negara dan masyarakat yang damai.
Sistem
administrasi pendidikan dibangun dalam empat tingkat: pusat, prefectural
(antara propinsi dan kabupaten), municipal (antara kabupaten dan
kecamatan), dan sekolah. Masing-masing tingkat administrasi pendidikan
tersebut mempunyai peran dan kewenangan yang saling mengisi dan bersifat
kerjasama. Disamping itu, terdapat asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru,
murid, dan orang tua yang mendukung pengembangan sekolah.
Contoh tujuan pendidikan untuk tingkat sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP) yang dirinci sampai tingkat kelas dapat dilihat dalam
Gambar 1.
Pada umumnya metode pengajaran yang digunakan di
sekolah-sekolah di Jepang adalah kombinasi dari:
·
Penjelasan dari dan tanya jawab dengan guru,
·
Diskusi antar murid, dan
·
Eksplorasi oleh murid sendiri dengan menggunakan alat
pembelajaran.
b. Sistem Pendidikan di China
Sikap
orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya tela melahirkan
sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan pendidikan ini telah lama
menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai pada masuknya bangsa asing ke Cina
yang akan merubah wajah sistem pendidikan kuno di Cina.
Dalam upaya melihat bahwa teori dan kehidupan praktis tidak dapat
dipisahkan, kita perlu melihat bagaimana orang Cina memahami hubungan antara
teori dan praktek dalam suatu pemikiran yang bersifat falsafah. Kita juga perlu
mengetahui bagaimana teori dihubungkan dengan kehidupan nyata. Ada dua perkara
yang harus dikaji dan ditelusuri secara mendalam: Pertama, konsep umum tentang
‘kebenaran’ dalam falsafah Cina; kedua, kemanusiaan yang dilaksanakan dalam
kehidupan nyata dan kemanusiaan yang diajarkan para filosof Cina dalam sistem
falsafah mereka
Secara
rinci tujuan kurikulum yang dijabarkan di atas tertuang dalam falsafah Su‐Shi‐ Jiao‐Yu
yang merupakan perwujudan pendidikan berorientasi kualitas. Berikut tujuan kurikulum
yang dimaksud:
1. Mengembangkan rasa patriotisme, kolektivisme, cinta sosialisme, dan
pelestarian tradisi budaya nasional;
2. Mengembangkan kesadaran/rasa demokrasi sosialis dan taat aturan hukum
serta mematuhi hukum dan norma‐norma
sosial;
3. Mengembangkan cara pandang hidup sehat dan bertumpu pada nilai‐nilai kehidupan;
4. Mengembangkan rasa tanggung‐jawab
sosial dan kewajiban untuk melayani rakyat;
5. Membudayakan semangat kreatifitas, kemampuan praktek, kompetensi
ilmiah dan humanistik dan kesadaran lingkungan;
6. Mengembangkan dasar pengetahuan, keterampilan dan pendekatan untuk
belajar sepanjang hayat; dan
7. Mengembangkan tubuh yang sehat, kualitas psikologis yang solid,
apresiasi estetika dan cara‐cara
hidup sehat.
Tujuan
kurikulum untuk tingkat SMA juga menambahkan hal berikut:
1.
Mengembangkan
kemampuan untuk belajar mandiri, kesadaran kejuruan/kerja, kewirausahaan,
perencanaan karir;
2.
Memahami
diri sendiri dan menghargai orang lain, belajar untuk berkomunikasi dan bekerja
sama dengan orang lain, pengembangan semangat tim/bekerja‐sama; dan
3.
Memahami
keanekaragaman budaya, dan keterbukaan pikiran terhadap dunia luar.
Kurikulum
pendidikan dasar memiliki 3 tujuan dimensional, yaitu:
1.
Sesuai
pilihan konten pendidikan, termasuk pengetahuan dasar dan keterampilan dasar,
mencerminkan pembangunan sosial, kemajuan ilmu pengetahuan‐teknologi dan keragaman budaya, dan yang berkaitan dengan
pengalaman pembelajar;
2.
Mengintegrasikan
nilai‐nilai pendidikan di semua kurikulum atau bidang pelajaran; dan
Memperhatikan proses dan pendekatan pembelajaran, mendorong
pengembangan aktif, strategi pembelajaran yang saling bergantungan
Negara Cina/RRT sangat memahami tantangan hidup yang harus mereka
hadapi, dan pendidikan adalah usaha yang penting untuk menaklukannya. Ini dapat
dilihat dari reformasi kurikulum pendidikan yang hingga delapan kali, dimana
kesemuanya menitik beratkan pada kemampuan individu dalam melakukan inovasi dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari. Hal ini terbukti kini kita dapat
melihat bagaimana negara Cina/RRT menjadi negara maju yang harus menjadi contoh
bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
c. Sistem Pendidikan di
Australia
Pendidikan di Australia
tidak dipegang oleh pemerintah pusat, namun diserahkan pada setiap negara
bagian atau teritorinya. Jadi, setiap negara bagian memiliki hak untuk
menyelenggarakan pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini berdasarkan pada
konstitusi Australia, dimana pendidikan
merupakan tanggungjawab negara bagian. Pada setiap negara bagian, seorang
Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan
dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah. Sehingga,
masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri
dalam pelaksanaan pendidikannya. Australia terdiri dari 3 tahapan pendidikan,
yaitu pendidikan dasar (primary schools),
pendidikan menengah (secondary education,
meliputi secondary school/high schools),
dan pendidikan tinggi (tertiary education
in universties or TAFE [techical and further education] college). Ada
kalanya, sebelum memasuki primary school, peserta didik memasuki kindergarten
atau taman kanak-kanak.
Di Australia, pendidikan
dasar menjadi dasar untuk memasuki jenjang selanjutnya, yaitu pendidikan
menengah. Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan
dasar. Tahapan terakhir adalah pendidikan tinggi, yang mencakup beberapa
program, yaitu diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. beberapa kelebihan atau keunggulan dari pendidikan yang ada
di Australia dan Indonesia antara lain adalah:
Pertama, dilihat
dari bobot dan tingkat kesulitan materi pelajaran, standar pendidikan dasar di
Indonesia jauh lebih tinggi. Jika di Indonesia, siswa-siswa kelas dua SD sudah
mendapatkan banyak pelajaran dan berbagai pekerjaan rumah serta ulangan atau
ujian, tetapi siswa-siswa setaraf kelas 1 – 2 SD di Australia belum diwajibkan
untuk membaca.
Kedua, dalam
hal penilaian (assessment). Berbeda
dengan di Indonesia yang mewajibkan para siswa untuk menempuh ulangan-ulangan sebagai persyaratan
untuk naik kelas. Di Australia tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Memang
ada ujian nasional seperti UAN di Indonesia, yaitu tes standar nasional dikenal
dengan istilah NAPLAN (National
Assessment Program Literacy and Numeracy) yaitu tes nasional yang dilakukan
serentak di Australia untuk menguji kemampuan membaca, menulis dan berhitung
sebagai persiapan memasuki Year 10
Walaupun standar
materi pelajaran untuk pendidikan dasar di Indonesia tampak jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan Australia, namun ketika memasuki tingkat perguruan tinggi,
tampak negeri kita lebih tertinggal dibandingkan Australia. Selain disebabkan
karena peralatan teknologi yang lebih canggih dan lengkap, fasilitas-fasilitas
penelitian yang lebih memadai, juga faktor mahasiswa yang telah memiliki
pengembangan karakter (character building)
yang kuat, fondasi sikap yag tertanam sejak dini di pendidikan dasar sangat
mempengaruhi kesuksesan masa depan mereka, seperti kemandirian, jujur, kreatif,
inovatif, serta berpikir kritis.
Ketiga,
pemberian reward (penghargaan) terhadap usaha siswa sangat dijunjung tinggi,
baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal seperti ucapan pujian ‘well done’,
‘excellent’, dsb. Yang lebih menarik lagi di SD, setiap ada siswa yang berbuat
baik atau melakukan usaha keras, mempunyai keberanian yang positif, akan
memperoleh reward berupa sertifikat-sertifikat kecil (school rewards) yang nanti jika telah terkumpul sepuluh sertifikat,
akan diumumkan di acara assembly, yaitu acara yang diselenggarakan tiap dua
minggu sekali untuk pengembangan bakat seni para siswa. Di acara tersebut,
masing-masing kelas menampilkan kreatifitas seperti menyanyi, menari, drama,
dsb. Hal yang istimewa lagi, pada school awards juga ditulis hal-hal baik yang
telah dilakukan anak didik, seperti menolong teman yang jatuh, berani berbicara
di depan kelas, jujur, empati, dan perilaku positif lainnya yang dilakukan
siswa. Di sinilah terlihat betapa pengembangan karakter (character building) dan kecerdasan emosi (emotional equvalence) sangat ditekankan dalam pendidikan dasar.
Penghargaan dan feedback yang positif ini juga tertulis di dalam raport siswa.
Jadi penilaian pada rapost siswa di Australia adalah berbentuk narasi, bukan
dalam bentuk angka-angka seperti pada sekolah di Indonesia.
Keempat, suasana
belajar di sekolah-sekolah dasar di Australia terlihat sangat kondusif.
Beberapa hal yang menunjang proses pembelajaran adalah jumlah siswa di dalam
kelas yang tak lebih dari 20 siswa, media, kumpulan portofolio, dan alat-alat
peraga pembelajaran yang lengkap, dinding kelas yang ‘ramai’ ditempeli dan
digantung berbagai macam gambar, tulisan, hasil karya siswa maupun media buatan
guru. Kebanyakan dinding kelas sekolah di Australia dilapisi papan lunak (softboard), sehingga dapat digunakan
untuk menempel hasil karya siswa dan media belajar. Hal ini jarang terlihat di
kelas sekolah di Indonesia yang terlihat ‘bersih’ dan tampaknya masih kurang
media serta alat peraga yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain
itu, jumlah siswa yang sedikit ini memungkinkan bentuk formasi bangku yang
diatur melingkar sehingga para siswa dapat belajar, berdiskusi dalam kelompok
juga bersosialisasi. Namun bisa kita pahami, hal ini kurang bisa diterapkan di
semua sekolah di Indonesia yang lebih banyak memiliki kelas-kelas besar, karena
jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan Australia.
Kelima, dari
segi tenaga pendidik, guru-guru di Australia amat disiplin. Para guru diwajibkan
datang ke kelas sebelum murid-murid masuk. Hal ini tampaknya tengah digalakkan
di Indonesia. Dengan adanya morning briefing bagi para guru sebelum masuk ke
kelas tentu sangat baik untuk meningkatka kedisiplinan bagi tenaga pengajar dan
juga sebagai sarana mendiskusikan persoalan-persoalan dalam proses belajar
mengajar.
Keenam, tidak
adanya Pendidikan Agama di Australia.
d. Sistem Pendidikan di
Israil
Sistem
pendidikan Israel memiliki program wajib belajar bagi anak-anak berumur antara
tiga sampai dengan delapan belas tahun. Tahapan-tahapan sekolah dibagi menjadi
tiga tahap: sekolah dasar (tingkat 1-6), sekolah menengah pertama (tingkat
7-9), dan sekolah menengah atas (tingkat 10-12). Tahapan sekolah berakhir
dengan ujian akhir nasional yang disebut Bagrut. Pendidikan tinggi di Israel
didesain sebagai pendidikan pasca skunder atau pendidikan tinggi. Beberapa
program pasca-sekolah menengah non gelar sarjana diawasi oleh Departemen
Pendidikan & Kebudayaan. Sedangkan Pendidikan Tinggi adalah di bawah pengawasan
Dewan untuk Pendidikan Tinggi dengan tiga tipe institusi: (1) lembaga
non-universitas menawarkan perkuliahan seperti bidang teknologi, seni, dan
pelatihan mengajar, (2) perguruan tinggi regional, dan (3) universitas. Semua
lulusan Perguruan tinggi Israel diakui setara oleh PT Amerika Serikat.
Terdapat
tradisi positif Bangsa Yahudi Israel, meliputi: 1) Bahasa mempunyai pengaruh
yang sangat penting, dimana dengan bahasa ternyata bisa mempersatukan
orang-orang Yahudi. 2) Menumbuhkan jiwa pemimpin sejak dini sejak SMP-SMA. 3)
Alasan kenapa orang Yahudi terkenal lebih pintar dari bangsa lainnya: (a).
Persiapan Awal Melahirkan. (b) Di Israel, merokok adalah tabu karena secara
ilmiah membuat bodoh. (c) Dalam setiap kegiatan anak –anak yahudi, disibukan dengan
berbagai kegiatan yang positif. (d).Di sekolah tinggi, murid-murid digojlok
dengan pelajaran sains dan didorong untuk menciptakan produk.
e. Sistem Pendidikan di
Inggris
Penyelenggaraan sistem pendidikan dasar di Inggris lebih menekankan pada
praktek daripada teori. Sekolah dasar di negara tersebut diperuntukkan untuk
anak usia 5 sampai 10 tahun dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 6
tahun. Dalam sistem pendidikan di Inggris tidak ada sistem ujian untuk naik ke
kelas selanjutnya. Ujian kemampuan dasar dilakukan hanya satu kali ketika siswa
berumur 7 tahun. Tahun pertama dan kedua disebut infants dan tahun
ketiga sampai keenam disebut Junior. Kurikulum mata pelajaran yang
diajarkan pada sekolah dasar di sana antara lain bahasa Spanyol, matematika,
IPA, IPS, pelatihan berupa pelatihan musik, seni, estetika, dan kerajinan
tangan serta pelajaran olahraga atau pendidikan jasmani.
Keunggulan sistem pendidikan di Inggris yaitu menganut pola press
shcematic. Itu artinya bahwa kurikulum mata pelajaran yang diajarkan tidak
terlalu banyak yang dipelajari dan siswa akan lebih terfokus dan
terspesialisasi, sehingga akan lebih dapat memahami dan memaknai apa yang
diajarkan. Selain itu siswa-siswa dalam belajar tidak seperti banyak
mendapatkan tekanan selama bersekolah. Waktu studi di sana lebih singkat
daripada di Indonesia. Sekolah bagi mereka adalah tempat untuk bermain,
berkreasi, dan berdiskusi. Di Inggris biaya sekolah sepenuhnya dibiayai oleh
pemerintah. Guru-guru yang ada di sana juga sangat berkompeten dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualifikasi pendidikan di Inggris
dikenal dan diakui secara internasional. Standar kualitas institusi Inggris
adalah salah satu yang terbaik di dunia. Metode pengajaran yang digunakan
bertujuan untuk mempersiapkan murid dengan keterampilan yang diperlukan di
pasar global. Sekolah menyediakan berbagai macam jurusan yang dapat dipilih
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan murid.
Analisis: Berdasarkan temuan keunggulan, sistem pendidikan di Indonesia
agar lebih baik lagi harus sedikit meniru sistem pendidikan di negara Inggris
yang tidak terlalu banyak memberikan kurikulum mata pelajaran. Pendidikan lebih
menekankan pada praktek daripada teori. Selama ini, siswa di Indonesia lebih
ditekankan pada aspek kognitifnya saja dan siswa dituntut untuk belajar banyak
teori. Akan lebih baik apabila kognitif, afektif dan psikomotornya diberikan
secara seimbang. Kesempatan warga untuk memperoleh pendidikan di Indonesia juga
masih sulit dijangkau. Padahal pemerintah mencanangkan dana sebesar 20% dari
APBN untuk pendidikan. Akan tetapi istilah sekolah gratis masih belum
terealisasikan pada kenyataannya. Pemerintah harus mengatur ulang pendanaan
yang diberikan agar setiap warga dapat merasakan pendidikan secara merata. Guru
di Indonesia juga harus dibina lagi hatinya supaya bisa melaksanakan tugasnya
sebagai pembimbing dan pendidik dengan baik.
f. Sistem Pendidikan di
Amerika Serikat
Negara
serikat atau federal yang dipilih Amerika Serikat (AS)
juga tercermin dari sistem pendidikannya yang menganut desentralisasi melalui
negara-negara bagian (states). Penanggung jawab utama semua urusan pendidikan
adalah departemen pendidikan yang berkedudukan di Washington. Sedang urusan
sehari-hari diserahkan penuh pada tiap negara bagian.
Mirip
dengan di Indonesia, selain pemerintah, swasta dan organisasi keagamaan juga
diperkenankan mendirikan sekolah-sekolah. Jenjang sekolah yang mereka dirikan
bervariasi dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Sekolah-sekolah swasta ini juga diperbolehkan menggunakan sistem
pendidikan yang berbeda dengan yang digunakan negara
bagian bersangkutan. Boarding school adalah contoh jenis sekolah yang dibuka
oleh swasta atau organisasi keagamaan.
Khusus
mengenai pendidikan tinggi, pendidikan tinggi di AS dapat dibedakan menjadi
College dan University. College umumnya –dengan beberapa perkecualian- lebih
berfokus menyelenggarakan pendidikan program sarjana (undergraduate), sedangkan
university menyelenggarakan baik sarjana (undergraduate) dan pasca sarjana
(graduate). Di university istilah college menjadi mirip dengan fakultas.
Sebagai contoh, di university akan kita temukan College of Engineering
(Fakultas Teknik) atau College of Economics (Fakultas Ekonomi).
Meskipun
demikian, seperti telah disebutkan sebelumnya, college di university ini hanya
mengurusi program sarjana (undergraduate). Jadi jika ada calon mahasiswa asal
Indonesia ingin mendaftar program Master Teknik
Pertambangan, dia mesti berhubungan dengan Graduate College
(Program Pasca Sarjana). Graduate college ini kemudian akan meneruskan lamaran
ke Department of Mining
Engineering yang selanjutnya akan dikembalikan lagi ke
Graduate College untuk diputuskan apakah calon mahasiswa itu diterima atau
tidak. Jika akhirnya diterima, mahasiswa tersebut akan terdaftar secara
administratif di Graduate College dan secara akademis di Department of Mining
Engineering. Untuk
program pasca sarjana, tidak semua universitas menawarkan program doktor.
Beberapa diantaranya hanya menawarkan hingga jenjang master, terutama jika
program itu ditujukan untuk mendidik lulusannya sebagai praktisi yang siap di
dunia kerja. Program master ini juga ada 2 macam. Master terminal dan master
berkelanjutan.
Seperti
sudah dijelaskan sebelumnya, master terminal adalah program untuk menyiapkan
lulusannya sebagai praktisi. Setelah selesai pendidikan, dia diharapkan
langsung balik ke dunia kerja. Sedang lulusan master berkelanjutan
diperuntukkan bagi yang berkeinginan meneruskan pendidikannya ke jenjang
doktor.
Analisis
: apabila dilihat dari kedua sistem pembelajaran yang ada di kedua negara
antara Indonesia dengan Amerika perbedaan nyata yang sangat terlihat adalah
sistem kemandirian yang di terapkan di amerika lebih jelas dibandinngkan
diinsonesia. seorang pelajar di amerika terlihat secara penuh diberikan
kepercayaan dalam bentuk kebebasan untuk memilih apa dan bagaimana pendidikan
akan ia jalani sedangkan di Indosenesia seorang siswa seolah selalu berjalan di
satu alur yang telah ditentukan dan diinfinkan baik dari orang tua maupun dari
pemerintah yang membatasi kelulusan seorang siswa atas dasar batas nilai
tertentu.
Keunggulan Sistem Pendidikan di Negara Barat
Sebenarnya bila melihat
data di atas, tampak bahwa mutu pendidikan sangat tergantung dari besarnya dana
(anggaran). Masalahnya, dana tersebut ada yang disediakan
pemerintah, ada yang swadaya. Pada negara-negara dengan simpangan score
yang besar (AS atau Inggris), pendidikan tinggi praktis dikelola secara
swadaya. Walhasil ada PT yang sangat bonafid (dengan score 1000)
seperti Harvard University, yang SPP-nya juga sekitar US$ 100.000 per semester,
namun ada juga yang relatif rendah (score 103 – walaupun masih masuk Top200)
yaitu Virginia Polytechnic Institute yang disubsidi oleh pemerintah negara
bagian. Sedang di negara dengan simpangan score yang kecil, pendidikan tinggi hampir
seluruhnya didanai oleh negara.
Secara umum,
sistem pembiayaan pendidikan di Barat dapat dibagi dalam empat jenis.
Jenis pertama adalah subsidi penuh, sehingga pendidikan
benar-benar gratis. Sebagai contoh, di Australia, pendidikan
adalah gratis sejak masuk Sekolah Dasar hingga lulus Doktor
(S3). Walhasil tidak ada yang tersisih karena persoalan
biaya. Sekolah akan mendapatkan bibit yang terbaik dan siswa yang
memang tidak berbakat atau kecerdasannya kurang memadai akan terseleksi secara
alami.
Jenis kedua adalah mirip jenis pertama, hanya saja untuk
pendidikan tinggi, masa gratis dibatasi misalnya hanya hingga usia tertentu
atau lama studi tertentu. Setelah itu mahasiswa dipungut biaya yang
akan makin besar bila lulusnya tertunda. Negeri yang menerapkan ini
misalnya Belanda.
Jenis
ketiga
adalah pembiayaan pendidikan gratis hanya sampai lulus SMA, sedang di perguruan
tinggi dipungut biaya SPP – walaupun juga masih bersubsidi.
Jenis keempat adalah pendidikan membiayai
sendiri. Caranya macam-macam, ada yang dengan melibatkan komunitas
atau alumni, kerjasama dengan industri atau perbankan (kredit pendidikan) dan
atau menjadikan pendidikan sebagai benda komersil. Contoh ini banyak
di Amerika, sekalipun di Amerika banyak juga model pembiayaan jenis ketiga.
Pendidikan jenis terakhir
inilah yang cenderung
“dijual“ secara internasional. Kita sering
melihat iklan dari perguruan tinggi Australia, Singapura atau bahkan Amerika
Serikat. Namun kita akan jarang melihat iklan sejenis dari Jerman
atau Australia. Andaikata ada, maka ia dipakai untuk: (1) merekrut calon
ilmuwan unggul dari negara dunia ke-3; (2) merekrut calon agen yang akan
mempromosikan dan menyalurkan produk mereka di negara dunia ke-3; (3)
mendapatkan tenaga yang lebih murah minimal selama pendidikan (karena membayar
kandidat PhD jelas lebih murah daripada membayar pekerja resmi – meski
kualifikasi dan yang dikerjakannya sama; (4) mendapatkan anggaran tambahan dari
pemerintahnya.
Baru menggarap IQ dan EQ
Di
Barat pada umumnya siswa atau mahasiswa tidak dibebani dengan jumlah materi
ajar yang terlalu besar sebagaimana di Indonesia, namun mereka dibekali dengan
pisau asah sehingga mampu mencari dan mengembangkan sendiri
ilmu. Sedari kecil anak dibimbing untuk mampu berpikir logis, kritis
dan kreatif.
Kecerdasan
emosi juga dikembangkan sehingga anak-anak yang tumbuh di sana relatif lebih
percaya diri, lancar berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, dan peka
terhadap lingkungan. Kalau masyarakat di Barat relatif lebih mampu
menjaga kebersihan, rajin bekerja, dan displin saat berlalu-lintas, itu adalah
buah dari pendidikan EQ yang cukup berhasil.
Dari
aspek ruhiyah (kecerdasan spiritual, SQ), perlakuan institusi pendidikan tidak
sama. Di negara dengan tingkat sekulerisme yang sangat tinggi
seperti Perancis, tidak ada pendidikan agama pada sekolah umum. Pendidikan
agama hanya dimungkinkan pada sekolah swasta berlatarbelakang
agama. Sedang di negara dengan kultur agama yang masih kuat (seperti
Katholik di Austria), pendidikan agama diberikan secara umum di sekolah-sekolah
sampai SMU. Untuk siswa yang beragama lain diberikan juga pendidikan
agama dengan guru seagama, yang semuanya dibayar oleh pemerintah (termasuk guru
agama Islam – yang dikoordinir oleh Austrian Islamic Society).
Namun
pendidikan agama ini hampir tidak ada pengaruhnya. Pada .penelitian
James H. Leuba (psikolog terpandang Amerika) Th.1914: 58% dari 1000 ilmuwan
Amerika yang dipilih acak tidak percaya adanya Tuhan. Tahun 1934
jumlahnya naik menjadi 67%.
Marketer
Sekulerisme
Tampak
di sini bahwa budaya sekuler-liberal tetap lebih berkesan dibanding pendidikan agama
di sekolah yang cuma beberapa jam seminggu. Persoalan seperti
pergaulan bebas, narkoba dan kriminalitas di sekolah ada di
mana-mana. Di sisi lain, pandangan terhadap Islam, umat dan
sejarahnya yang bias hampir ditemui di semua semua pelajaran (penelitian Susanne Heine: Islam Zwischen Selbstbild und Klische, Wien, 1995).
Cara
pandang dan perilaku sekuler – yang tidak harus melalui indoktrinasi atau
pelajaran sekolah – adalah sarana mempertahankan sistem yang ada di Barat
(yakni untuk siswa mereka sendiri), dan juga mengekspornya ke seluruh dunia
melalui orang-orang asing yang bersekolah di Barat. Mahasiswa asing
ini nantinya diharapkan menjadi "marketer" tentang keramahan bangsa
Barat, kehandalan produk Barat, dan kemajuan cara pandang Barat.
Pada
kasus beasiswa untuk ilmu-ilmu humaniora, pandangan sekuler ini akan tertanam
dalam prinsip-prinsip ilmiah yang dikaji. Penerima beasiswa dari
negara-negara berkembang selama bertahun-tahun, bahkan setelah lulus,
diharapkan menghasilkan paper-paper tentang berbagai hal yang dilihat dari
sudut pandang kapitalis.
Sedang
pada beasiswa untuk ilmu-ilmu sains dan teknologi, secara khusus memang tidak
ada pengkondisian sekulerisme di kampus. Namun realitas kehidupan
Barat itu sendiri adalah cara "dakwah" terbaik tentang sekulerisme –
sehingga tak sedikit mahasiswa muslim yang berkesimpulan bahwa sistem di Barat
serba lebih "islami" daripada di negeri Islam sendiri.
Dengan
orang-orang ini, maka imperialisme dapat dilanjutkan. Keunggulan
sains dan teknologi akan dijadikan alat imperialisme, misalnya melalui hutang
LN atau ketergantungan produk LN – dan ini sering melalui anak-anak kandung
umat Islam sendiri.
C. PENUTUP
Orientasi
Pengembangan Pendidikan di Indonesia Berdasarkan Refleksi Sistem Pendidikan
Negara Maju (Negara Islam dan Negara
Barat)
Bila menilik berbagai kelemahan sistem
pendidikan di Indonesia, kesimpulan yang dapat diambil adalah diperlukan
pembenahan yang bersifat fundamental. Pembenahan tidak bisa sepotong-sepotong
(piece meal) sehingga dapat memberikan dampak tidak dalam satu, lima atau
sepuluh tahun mendatang tetapi pada satu, dua bahkan generasi-generasi berikut
bagi sumber daya manusia Indonesia.
Bedasarkan berbagai kajian tentang sistem
pendidikan di negara maju, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
bahan comparative education bagi pengembangan sistem pendidikan di
Indonesia:
1.
Perlunya menumbuhkembangkan ideologi pancasila
dan nilai-nilai kebudayaan lokal dalam pengembangan sistem pendidikan di
Indonesia, hal ini bertujuan agar sistem pendidikan di Indonesia memiliki
pijakan kuat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan di tataran yang lebih
rendah. Seperti halnya dengan beberapa negara asia timur seperti china, korea
selatan dan jepang, kentalnya ideologi konfusianisme memberikan efek positif
terhadap daya juang siswa dalam kompetisi yang semakin ketat. Budaya kerja
keras dan penegakan disiplin yang ketat merupakan kunci keberhasilan
pembangunan di berbagai negara asia timur tersebut. Sementara nilai-nilai
kebebasan dan kesetaraan dapat kita contoh dari sistem pendidikan di
negara-negara barat.
2.
Perlunya upaya penyadaran masyarakat tentang
nilai penting pendidikan, pendidikan harus dijadikan wadah bagi pengembangan
pembangunan seperti halnya negara-negara asia timur.
3.
Peningkatan mutu tenaga pendidik yang
berkualitas selama pre-service education (melalui LPTK) maupun in-service
education (melalui training dan magang). Guru di Indonesia haruslah ditempatkan
pada posisi tertinggi dalam sistem pendidikan. Hal ini dapat kita tiru dari negara
Finlandia yang menetapkan kualitas dan standar yang tinggi untuk menjadi
seorang guru dengan pendidikan minimal magister (S2).
4.
Jumlah jam pelajaran perlu diminimalisir
seperti yang dilakukan Finlandia, Jepang dan beberapa negara eropa lainnya.
Jumlah jam belajar yang terlalu banyak seringkali dapat membebani siswa.
5.
Sistem belajar lebih diarahkan kepada praktek
daripada teori seperti yang diberlakukan di Inggris dan Finlandia.
6.
Pendidikan sejak pre-natal perlu diperkenalkan
kepada masyarakat seperti yang dilakukan oleh Israel.
7.
Perlu dibangun nilai multikulturalisme dalam
sistem pendidikan seperti yang dilakukan oleh Amerika, Kanada dan Australia
8.
Penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran
yang baik, terlebih lagi dengan penyediaan perangkat teknologi tinggi seperti
yang dilakukan negara Singapura, Australia, Jepang dan Korea Selatan
9.
Dalam pemberian sertifikasi kepada guru, perlu
ditata ulang. Pemberian sertifikasi guru seperti yang dilakukan Finlandia,
Jepang dan Korea Selatan perlu dipertimbangkan. Guru yang berhak mendapatkan
tunjangan sertifikasi adalah guru-guru yang benar-benar kompeten, bertanggung
jawab dan memiliki kualifikasi akademik yang tinggi. Sertifikasi yang berlaku
juga tidak selamanya, evaluasi terhadap kinerja guru menentukan layak atau tidaknya
sertifikasi tersebut di berikan.
1.
Perlunya menumbuhkembangkan budaya kesadaran
dan disiplin yang ketat bagi siswa, seperti yang dilakukan oleh Singapura.
2.
Bahasa Inggris perlu dilatihkan sejak dini
seperti yang dilakukan oleh Singapura dan Malaysia
DAFTAR RUJUKAN
Kumpulan Makalah Pendidikan Perbandingan Kelas Non Regular A, Pasca
Sarjana UIN Walisongo Tahun 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar