Selasa, 16 Februari 2021

Pembelajaran PAI SD Semester 2 Lengkap

 

Assalamu’alaikum wr wb,,

Ijin berbagi materi PAI kelas 1-6 semester 2 Lengkap

1.     Materi

2.     Penjelasan video dan

3.     Evaluasi Harian

Semoga Bermanfaat

 

PAI KELAS 1 PELAJARAN 6: KISAH TELADAN NABI IDRIS. As

PAI KELAS 1 PELAJARAN 7: AYO BELAJAR AL-QUR’AN


PAI KELAS 1 PELAJARAN 8: ALLAH SWT. MAHA RAJA DAN 2 KALIMAT SYAHADAT

https://sway.office.com/DkoilAb2WmylAze5?ref=Link

PAI KELAS 1 PELAJARAN 9: AYO KITA SALAT

https://sway.office.com/li6KYhkJa1Z1iHLm?ref=Link

PAI KELAS 1 PELAJARAN 10: PERILAKU TERPUJI

https://sway.office.com/OpDxcTxTDtTUcUBQ?ref=Link


PAI KELAS 2 PEMBELAJARAN KE 7: MATERI SIKAP BERANI

https://sway.office.com/5srzOBGUwgv7IZMR?ref=Link

PAI KELAS 2 PELAJARAN 8: SENANG BISA MEMBACA AL-QUR'AN

https://sway.office.com/hMCUlO0LWi15mc8q?ref=Link

PAI KELAS 2 PELAJARAN 09: ALLAH SWT MAHA SUCI

https://sway.office.com/30MnoE6WN2P2oJ4h?ref=Link

PAI KELAS 2 PELAJARAN 10: KASIH SAYANG

https://sway.office.com/QlUvHfjzXx1NyvEf?ref=Link

PAI KELAS 2 PELAJARAN 11: AYO KITA SHALAT

https://sway.office.com/FUPosAfTjucQO81p?ref=Link

PAI Kelas 2 Pelajaran 12: Hidup Damai

https://sway.office.com/yJQI7UVsscfRQy5E?ref=Link

 

PAI KELAS 3 PELAJARAN 7: HATI TENTRAM DENGAN BERPERILAKU TERPUJI

https://sway.office.com/XbpO7GRy2iy7WZwN?ref=Link

PAI Kelas 3 PELAJARAN 8: Ayo Belajar Surat Al-Kausar

https://sway.office.com/AgRmPHrVpe4bCDch?ref=Link

PAI Kelas 3 Pelajaran 9: Meyakini Allah Maha Mengetahui dan Maha Mendengar

https://sway.office.com/7cf9nIFUiBJ6R5hZ?ref=Link

PAI Kelas 3 Pelajaran 10: Bersyukur kepada Allah Swt.

https://sway.office.com/gAHXAiHlb3vn9dPi?ref=Link

PAI Kelas 3 Pelajaran 11: Zikir dan Doa setelah Salat

https://sway.office.com/6aDXsGD2YqLD8u0x?ref=Link

PAI Kelas 3 Pelajaran 12: Kisah Keteladanan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.

https://sway.office.com/jBzGdY8JNKW6mzhX?ref=Link

 

PAI KELAS 4 PELAJARAN 6: MARI BELAJAR Q.S AL-FIIL

https://sway.office.com/K9UjnjlW8ybstwER?ref=Link

PAI Kelas 4 Pelajaran 7: Beriman kepada Malaikat Allah

https://sway.office.com/B2tBDjaOHs93WKPC?ref=Link

PAI Kelas 4 Pelajaran 8: Mari Berperilaku Terpuji

https://sway.office.com/OTcrbMZm5OWytEm4?ref=Link

PAI Kelas 4 Pelajaran 9: Mari Melaksanakan Sholat

https://sway.office.com/mSZwHQ6HlUB3FKed?ref=Link

PAI Kelas 4 Pelajaran 10: Kisah Teladan Wali Songo

https://sway.office.com/FFwbbyOpjevxZOGk?ref=Link


 

PAI Kelas 5 Pelajaran 6: Mari Belajar al-Qur’an Surat al-Ma’un

https://sway.office.com/w6YvYtDCOljJ1H9R?ref=Link

PAI Kelas 5 Pelajaran 7: Mari Mengenal Rasul-Rasul Allah

https://sway.office.com/Twx8NYiCujYEoNOv?ref=Link

PAI Kelas 5 Pelajaran 8: Mari Hidup Sederhana dan Ikhlas

https://sway.office.com/3B04Wwkasa3AOUXj?ref=Link

 

PAI Kelas 5 Pelajaran 9: Indahnya Salat Tarawih dan Tadarus al-Qur’an

https://sway.office.com/ezM2jhrIXpnbNnNU?ref=Link

PAI Kelas 5 Pelajaran 10: Kisah Teladan Luqman

https://sway.office.com/56OA28juUA2TdVS9?ref=Link

 

PAI Kelas 6 Pelajaran 6: Indahnya Saling Membantu dan Hidup Rukun

https://sway.office.com/RAKiN9Jz2Ik1HBXO?ref=Link

PAI Kelas 6 Pelajaran 7: Menerima Qada’ dan Qadar

https://sway.office.com/rgJMIsLr8GzJu8EK?ref=Link

PAI Kelas 6 Pelajaran 8: Senangnya Berakhlak Terpuji

https://sway.office.com/Kv50UT8DruO1Fbd6?ref=Link

PAI Kelas 6 Pelajaran 9: Ayo, Berinfak dan Bersedekah

https://sway.office.com/XUMYvBU4Unj9dmWF?ref=Link

PAI Kelas 6 Pelajaran 10: Senangnya Meneladani Para Nabi dan Ashabul Kahfi

https://sway.office.com/jp8UOlmSrOerBLBl?ref=Link

 

 

Jumat, 27 November 2020

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNIG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN WUDHU SISWA KELAS 4A SDN SAWAH BESAR 01 TAHUN PELAJARAN 2020/2021 (PTK)

 BAB I

PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran merupakan hal mendasar yang dilakukan setiap peserta didik dalam rangka menambah atau memperluas kasanah pengetahuan. Dalam suatu pembelajaran terjadi proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, dapat dikatakan juga bahwa pembelajaran adalah pengarahan dan dorongan yang diberikan oleh pendidik supaya terjadi suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilam, pendidikan karakter, dan sikap. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik supaya belajar dengan baik.

Mengingat situasi saat ini, dunia mengalami goncangan keras dengan menghadapi masa yang sangat berat berupa pandemi. Era Pandemi Covid-19 telah menggeser paradigma dalam dunia pendidikan. Proses pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka kini berubah menjadi daring atau lebih dikenal dengan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran yang dilakukan secara daring memanfaatkan teknologi informasi sebagai media untuk pelaksanaan pembelajaran. Namun, perubahan proses pembelajaran yang dilakukan secara tiba-tiba ini tidak jarang membuat guru, peserta didik, maupun orangtua kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Adanya perubahan ini mengharuskan guru merespon dengan sikap dan tindakan untuk mau belajar hal-hal baru. Pemanfaatan teknologi harus menjadi acuan bagi guru untuk mampu menghadirkan proses pembelajaran yang memberikan ruang gerak bagi peserta didik agar mampu bereksplorasi, memudahkan interaksi serta kolaborasi antar peserta didik maupun peserta didik dengan guru.

Menjadi guru yang profesional adalah keniscayaan yang wajib diwujudkan. Banyak guru yang tidak memiliki kemampuan pedagogis yang baik. Kemampuan pedagogis diantaranya kemampuan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran dan memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Sementara guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. Lewat peran tersebut maka guru mestinya aktif mengembangkan konsep dan metode pembelajaran yang interaktif dan bermakna bagi siswa.

Pada era digital dewasa ini, manusia dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Dalam hal ini, pembelajaran bersifat otentik dan berbasis individu. Pada saat yang bersamaan guru ditantang untuk memadukan model pembelajaran tradisional dan kemajuan teknologi informasi untuk mengimbangi gaya belajar siswa yang beragam.

Blended learning menurut Husamah (2014: 15) menggabungkan ciri-ciri terbaik dari pembelajaran di kelas (tatap muka) dan ciri-ciri terbaik pembelajaran online untuk meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh peserta didik dan mengurangi jumlah waktu tatap muka di kelas.                                                                                                   Namun berbagai riset justru menunjukkan bahwa pendekatan Blended learning cepat atau lambat akan menggantikan model pembelajaran tradisional karena terjadi wabah pendemi covid 19. Tren yang terjadi menunjukkan perkembangan ke arah dimana Blended learning akan mendapatkan proporsi lebih besar dan akan menggantikan model belajar tradisional dan e-learning. Blended learning membantu pengalaman kelas dengan mengembangkan inovasi teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran, yaitu Blended learning untuk mengungkapkan apakah dengan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keterampilan wudhu siswa di masa pandemi seperti ini. Penulis memilih model pembelajaran ini melihat situasi yang tidak memungkinkan untuk  pembelajaran tatap muka secara 100% mengingat himbauan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam model pembelajaran Blended learning diharapkan siswa dapat mengikuti pembelajaran walaupun tidak dengan tatap muka, dan guru sebagai fasilitator dapat memanfaatkan berbagai teknologi untuk proses pembelajaran dengan baik.

Dari latar belakang masalah tersebut, penulis mengambil judul dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu“Penerapan Model Pembelajaran Blended learning untuk meningkatkan keterampilan wudhu siswa kelas 4A SDN Sawah Besar 01 tahun pelajaran 2020/2021 di masa pandemi″.

B.       RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

1.      Bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan wudhu siswa kelas 4A SDN Sawah Besar 01 tahun pelajaran 2020/2021 dengan model pembelajaran Blended learning di masa pandemi?

2.      Bagaimana hasil belajar keterampilan siswa kelas 4A SDN Sawah Besar 01 tahun pelajaran 2020/2021 setelah diterapkannya model pembelajaran Blended learning di masa pandemi?

 

C.      TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini ialah

1.         Untuk mengetahui upaya peningkatkan keterampilan wudhu siswa kelas 4A SDN Sawah Besar 01 tahun pelajaran 2020/2021 dengan model pembelajaran Blended learning di masa pandemi.

2.         Untuk mengetahui hasil belajar keterampilan siswa kelas 4A SDN Sawah Besar 01 tahun pelajaran 2020/2021 setelah diterapkannya model pembelajaran Blended learning di masa pandemi.

 

D.      MANFAAT PENELITIAN

1.      Bagi guru

a.       Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.

b.      Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerja secara profesioanl, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

c.       Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran.

d.      Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah/kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.

2.      Bagi siswa

Dan manfaat bagi siswa yaitu dengan adanya PTK akan memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat. Dan dengan adanya peningkatan dalam belajar, maka harapan akan keberhasilan dalam pembelajaran sangatlah besar.

3.      Bagi sekolah

Manfaat bagi sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.


Untuk selengkapnya silahkan download link berikut ini:

DOWNLOAD


Kamis, 28 November 2019

PEMBELAJARAN BERBANTUAN VIDEO UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN TOLERANSI DAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI KELAS VI SDN SAWAH BESAR 01 KOTA SEMARANG DI MASA PANDEMI (BEST PRACTICE)

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pembelajaran merupakan hal mendasar yang dilakukan setiap peserta didik dalam rangka menambah atau memperluas kasanah pengetahuan. Dalam suatu pembelajaran terjadi proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, dapat dikatakan juga bahwa pembelajaran adalah pengarahan dan dorongan yang diberikan oleh pendidik supaya terjadi suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilam, pendidikan karakter, dan sikap. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik supaya belajar dengan baik.

Mengingat situasi saat ini, dunia mengalami goncangan keras dengan menghadapi masa yang sangat berat berupa pandemi. Era Pandemi Covid-19 telah menggeser paradigma dalam dunia pendidikan. Proses pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka kini berubah menjadi daring atau lebih dikenal dengan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran yang dilakukan secara daring memanfaatkan teknologi informasi sebagai media untuk pelaksanaan pembelajaran. Namun, perubahan proses pembelajaran yang dilakukan secara tiba-tiba ini tidak jarang membuat guru, peserta didik, maupun orangtua kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Adanya perubahan ini mengharuskan guru merespon dengan sikap dan tindakan untuk mau belajar hal-hal baru. Pemanfaatan teknologi harus menjadi acuan bagi guru untuk mampu menghadirkan proses pembelajaran yang memberikan ruang gerak bagi peserta didik agar mampu bereksplorasi, memudahkan interaksi serta kolaborasi antar peserta didik maupun peserta didik dengan guru.

Menjadi guru yang profesional adalah keniscayaan yang wajib diwujudkan. Banyak guru yang tidak memiliki kemampuan pedagogis yang baik. Kemampuan pedagogis diantaranya kemampuan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran dan memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Sementara guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. Lewat peran tersebut maka guru mestinya aktif mengembangkan konsep dan metode pembelajaran yang interaktif dan bermakna bagi siswa.

Pada era digital dewasa ini, manusia dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Dalam hal ini, pembelajaran bersifat otentik dan berbasis individu. Pada saat yang bersamaan guru ditantang untuk memadukan model pembelajaran tradisional dan kemajuan teknologi informasi untuk mengimbangi gaya belajar siswa yang beragam.

Media video pembelajaran adalah media atau alat bantu mengajar yang berisi pesan-pesan pembelajaran. Video sebagai media audio visual dan mempunyai unsur gerak yang akan menarik perhatian dan motivasi siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Video mampu merangkum banyak kejadian dalam waktu yang lama menjadi lebih singkat dan jelas dengan disertai gambar dan suara yang dapat diulang-ulang dalam proses penggunaanya.

Video memiliki kelebihan yaitu mampu membantu memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna tanpa terikat oleh bahan ajar lainnya. Dengan unsur gerak yang dimiliki video, video mampu menarik perhatian siswa lebih lama bila dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain, contohnya modul dan buku pembelajaran. Namun dalam suatu media pembelajaran tentu akan terdapat kekurangan dari media tersebut seperti, material pendukung video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar yang ada didalamnya, dan dalam pengambilan gambar yang kurang tepat dapat menyebabkan timbulnya kekurangan penonton dalam menafsirkan gambar yang dilihat. Akan tetapi, di SDN Sawah Besar 01 Gayamsari Semarang, kekurangan dari media video yang membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar yang ada didalamnya tersebut sudah teratasi, karena di SDN Sawah Besar 01 Gayamsari Semarang telah dilengkapi alat proyeksi untuk dapat menampilkan video dalam kelas, sehingga media video pembelajaran tersebut sangat cocok digunakan sebagai salah satu sumber belajar.

Melalui video pembelajaran ini, diharapkan dapat memotivasi dan menarik perhatian siswa serta dapat merangsang pemahaman dan kreativitas siswa tentang materi yang dipelajarinya, sehingga dapat memaksimalkan pencapaian kompetensi sesuai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Dari latar belakang masalah tersebut, penulis mengambil judul dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu “Pembelajaran Berbantuan Video Untuk Meningkatkan Pemahaman Toleransi Dan Karakter Peserta Didik Di Kelas VI Sdn Sawah Besar 01 Kota Semarang Di Masa Pandemi.”

A.    Rumusan Masalah

a.       Bagaimana pembelajaran berbantuan “Video” di kelas VI SDN Sawah Besar 01?

b.      Bagaimana peningkatan pemahaman toleransi dan karakter peserta didik dalam pembelajaran berbantuan “Video” di kelas VI SDN Sawah Besar 01?

c.       Bagaimana pembelajaran berbantuan “Video” dapat meningkatkan Pemahaman Toleransi dan karakter peserta didik kelas VI SDN Sawah Besar 01 ?

B.     Tujuan

a.       Untuk mendeskripsikan pembelajaran berbantuan “Video” di kelas VI SDN Sawah Besar 01.

b.      Untuk mengetahui peningkatan pemahaman toleransi dan karakter peserta didik dalam pembelajaran berbantuan “Video” di kelas VI SDN Sawah Besar 01.

c.       Untuk mengetahui pembelajaran berbantuan “Video” dalam pemahaman toleransi dan karakter peserta didik kelas VI SDN Sawah Besar 01.

C.    Manfaat

a.       Melatih kemampuan motoric peserta didik dalam mengikuti pembelajaran berbantuan “Video

b.      Melatih konsentrasi peserta didik dalam pembelajaran berbantuan “Video

c. Meningkatkan pengetahuan yang saling mengkait pada peserta didik dalam pembelajaran.


Untuk selengkapnya silahkan download link berikut ini:

DOWNLOAD


Jumat, 27 Juli 2018

KEGAGALAN MEMAHAMI ISLAM NUSANTARA


Setiap manusia memiliki suatu pemahaman terhadap suatu objek tertentu, yang mana pemahaman tersebut bisa bertindak maupun bergerak sehingga memunculkan paham-paham yang berbeda.
Begitupun dengan “Islam Nusantara” yang sangat hangat dibicarakan bahkan diperdebatkan oleh banyak orang, entah di lingkungan masyarakat, perguruan tinggi maupun di media sosial. Munculnya Islam Nusantara tentu menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat, jika kita memahami dengan metodologi yang tidak searah maka akan menimbulkan pemahaman yang berbeda. Perbedaan paham tersebut akan memicu sikap saling menyalahkan, membid’ahkan bahkan mengkafirkan.
Mereka yang gagal memahami Islam Nusantara akan menimbulkan sikap apatis “anti Islam Nusantara” sehingga dengan mudah menghakimi tanpa adanya tabayyun, tashawur dan tashdik terlebih dahulu. Apalagi mereka yang sudah beda kutub “siapa saya dan siapa kamu” dalam pikirannya “harus beda dan tidak boleh sama”, dengan mencari-cari berbagai argumen untuk membedakan persepsi. Pada dasarnya ada 3 dasar orang beranggapan tentang Islam:
  1. Mereka yang hanya memahami understanding Islam saja tidak terpetak-petak, dan tidak ingin tahu berbagai macam aliran,  hanya paham “what the Islam”.
  2. Mereka tidak tahu Islam sama sekali, hanya ikut-ikutan (terpengaruh oleh lingkungan), sehingga ia memilih satu aliran dan menyesatkan aliran yang lain.
  3. Mereka yang sudah memahami Islam dari berbagai aliran, sehingga ia menetapkan satu keputusan  yang sesuai keyakinannya dengan berbagai konsidensi tanpa menyesatkan aliran lain.

Maka saya akan sedikit menyimpulkan tentang Islam Nusantara:
Islam Nusantara merupakan 2 rangkaian kata yaitu Islam dan Nusantara yang keduanya memiliki makna masing-masing, jika keduanya digabungkan untuk membentuk sebuah frase yang dalam bahasa Indonesia penggabungan itu disebut sebagai “aneksi” sehingga Islam Nusantra berarti Islam Di Nusantara
Sedangkan dari segi substansi Islam Nusantara merupakan paham atau praktik ke Islaman yang ada di Nusantara sebagai hasil dialektika antara teks syariat dengan realita dan budaya setempat.  Maka islam Nusantara itu bukan agama baru juga bukan aliran baru. Islam Nusantara adalah wajah keislaman yang ada di Indonesia, ajaran Islam yang terimplementasi di tengah masyarakat yang karakternya dipengaruhi struktur wilayah. seperti yang diungkapkan GUSMUS (Kita orang Indonesia yang beragama Islam, Bukan orang Islam yang kebetulan lahir di Indonesia).
Praktik ke Islaman ini tercermin dalam prilaku sosial budaya muslim Indonesia yang moderat (tawassuth), menjaga keseimbangan (tawazun) dan toleran (tasamuh), ketiga sikap ini menjadi pijakan untuk mencari solusi, problem sosial masyarakat akibat liberalisme, kapitalisme, sosialisme termasuk radikalisme agama.
Sehingga dalam memahami Islam Nusantara itu setidaknya ada 4 elemen yang harus diperhatikan:
  1. Memahami Islam secara menyeluruh. Tidak terpusat pada satu sumber, apalagi sumbernya sudah jelas anti Islam Nusantara, maka yang dihasilkan hanyalah benci dan benci.
  2. Perbanyak belajar dengan berdiskusi kepada banyak orang, entah itu mereka yang pro maupun yang kontra terhadap Islam Nusantara. Sehingga kita mendapatkan berbagai pengalaman dan bisa mengambil sikap terhadap Islam Nusantara.
  3. Selalu mengikuti perkembangan personal, artinya memahami Islam sejak zaman Nabi, sahabat, tabi’in, era pasai, walisongo, mataram hingga era sekarang.
  4. Selulu berhusnudhon dalam berfikir dan bertindak tasamuh, tawazun, dan i’tidal
Perlu di ingat Islam di Nusantara bukan agama buru, pola Islam Nusantara tersebut di bidang Fiqh mengikuti Imam Syafi’i, bidang teologi mengikuti Abul Hasan Al-Asy’ari, bidang tasawuf mengikuti Imam Ghazali dan Al-Maturidi. Mereka adalah ulama’ yang senantiasa mengikuti sunnah Rasulullah dan para sahabat. (bisa membaca dan belajar tentang biografi maupun karomah para ulama’ tersebut).

So, kita harus berintropeksi diri, menyadari siapa sih diri kita ini, sampai berani membid’ahkan berani menyalahkan? Apakah diri kita lebih mulia dibandingkan Ulama’-ulama tersebut? Apakah kita lebih pintar dari mereka?, beristighfar dan memohon ampunan itu lebih baik.

“Jangan berhenti belajar, belajarlah dari berbagai sumber tanpa ada prasangka buruk, selalu berhusnudhon, Allah akan menuntun dan membukakan pintu mana yang haq dan mana yang batil.”

Sabtu, 01 Juli 2017

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KECERDASAN INTELEKTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA



PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KECERDASAN INTELEKTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KELING KABUPATEN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Ali Anwar, M.S.I

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara motivasi belajar dan kecerdasan Intelektual siswa dengan prestasi belajar PAI siswa MTs. Negeri Keling Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2007/2008. Dalam penelitian ini diajukan 3 (tiga) hipotesis, yaitu terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar PAI, terdapat hubungan antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar PAI, dan terdapat hubungan antara motivasi be-lajar dan kecerdasan inteletual secara bersama-sama (simultan) dengan prestasi belajar PAI.
Sebanyak 100 siswa (24.69%), dipilih dari 405 siswa dengan sampel random menjadi sampel penelitian ini. Untuk membantu proses pengumpulan data telah digunakan alat pengumpul data berupa tes, angket, dan dokumentasi. Selanjutnya, data terkumpul dianaisis dengan menggunakan teknik analisis regresi, baik regresi sederhana maupun ganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Persamaan Y’ = a + bX adalah Y’ = 36.21 + 0.29 X1. Sementara nilai F = 8.87, karena itu hipotesis nol (H0) ditolak, dengan hipotesis alternatif (Ha) diterima, pada α = 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan prestasi belajar PAI siswa. Artinya setiap terjadi variasi yang kearah positif (naik) dari motivasi belajar, akan menyebabkan kenaikan (positif) pada variabel prestasi belajar PAI siswa, biarpun kekuatan determinasinya hanya sebesar 8.3%. (2) Persamaan Y’ = a + bX2 adalah Y’ = 14.16 + 0.42 X2. Sementara nilai F = 13.66, karena itu hipotesis nol (H0) ditolak, dengan hipotesis alternatif (Ha) diterima, pada α = 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan intelektual dan prestasi belajar PAI siswa. Artinya, setiap terjadi variasi yang kearah positif (naik) dari kecerdasan intelektual, akan menyebabkan kenaikan (positif) pada variabel prestasi belajar PAI siswa, biarpun kekuatan determinasinya hanya sebesar 12.2%. (3) Analisis regesi ganda dengan persamaan Y’ = a + b1X1 + b2X2, adalah Y’ = 4.00 + 0.23 X1 + 0.27 X2. Sementara nilai F = 10.013, karena itu hipotesis nol (H0) ditolak, dengan hipotesis alternatif (Ha) diterima, pada α = 0.05. Artinya untuk setiap kenaikan 1 unit satuan motivasi belajar siswa (X1) dan kecerdasan intelektual siswa (X2) akan diikuti kenaikan prestasi belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.23 pada variabel motivasi belajar siswa dan 0.27 pada variabel kecerdasan intelektual (X2) pada bilangan konstan 4.00. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan kescerdasan intelektual secara bersama-sama terhadap prestasi PAI siswa, biarpun kekuatan determinasinya hanya sebesar 17.1%.
Dengan kata lain, kedua variabel (motivasi belajar dan kecerdasan intelektual siswa) saling berinteraksi dan mempengaruhi pada variabel prestasi belajar PAI siswa. Oleh karena itu, motivasi belajar dan kecerdasan intelektual siswa, sangat diperlukan perhatian yang serius, sebagai upaya peningkatan prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Kabupaten Jepara.

Kata kunci: Motivasi, Kecerdasan Intelektual, prestasi belajar

A.     Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan/potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. John Dewey dalam Jalaludin,[1] menyatakan bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup.
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan terjadi melalui interaksi insani, tanpa batasan ruang dan waktu.pendidikan tidak dimulai dan diakhiri di sekolah.[2] Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, dilanjutkan dan ditempa dalam lingkungan sekolah, diperkaya dalam lingkungan masyarakat dan hasil-hasilnya digunakan dalam membangun kehidupan pribadi, agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Menyadari hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak asasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Sementara itu, lembaga pendidikan diharapkan mampu beradaptasi terhadap globalisasi, perkembangan teknologi, industrialisasi dan asianisasi serta informasi yang semakin canggih. Hal ini dimaksudkan agar lulusan dari lembaga pendidikan dapat menjadi pemimpin, manajer, inovator, operator yang efektif dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan. Dengan demikian, sistem pendidikan di masa depan perlu dikembangkan agar dapat menjadi lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan masyarakat madani dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang lebih demokratis, transparan, dan menujunjung tinggi hak asasi manusia hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Disamping itu, untuk mengembangkan sumber daya manusia yang memilki rasa percaya diri untuk bersanding dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, diperlukan pendidikan yang dapat mengembangkan potensi mayarakat, mampu menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan semangat generasi bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan demikianlah yang mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas serta memiliki visi, transparansi dan pandangan jauh ke depan; yang tidak mengedepankan diri dan kelompoknya, tetapi senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan negara dalam berbagai aspek kehidupan.[3]
Sejalan dengan pemikiran di atas, berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan dalam pengembangan dan pembinaan untuk mendukung pembelajaran yang efektif seperti pelatihan manajemen kelas, manajemen sekolah, pengadaan dan penerimaan buku serta sarana belajar. Upaya lain yang sedang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah pembinaan mutu pendidikan. Pembinaan mutu pendidikan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan prinsip whole school development, yang memandang sekolah sebagai suatu keutuhan. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan ditekankan pada semua aspek dan komponen yang menentukan mutu pendidikan di sekolah.[4]
Komponen-komponen yang diperhatikan dalam memperbaiki mutu pendidikan meliputi kegiatan pembelajaran, manajemen, buku dan sarana belajar, fisik dan penampilan sekolah, serta partisipasi masyarakat, yang semuanya perlu mendapat perhatian yang optimal. Kelima komponen tersebut merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap proses pendidikan. Suatu proses pendidikan akan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang didalamnya mencakup lingkungan fisik, sekolah dan sosial masyarakat. Proses pendidikan yang didukung dengan adanya sarana dan prasarana serta fasilitas memadai pada gilirannya dapat mewujudkan pencapaian hasil belajar.[5]
Pencapaian hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam diri siswa (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Pertama, faktor yang ada pada diri individu itu sendiri atau disebut juga dengan faktor internal. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang wajar. Karena, akibat dari perbuatan belajar adalah perubahan tingkahlaku individu yang diniati (dilandasi motivasi) dan disadarinya. Seorang siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha mengerahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya.
Faktor yang datang dari dalam individu itu terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik dan kondisi panca indera. Sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi/ kecerdasan, perhatian, minat, bakat, sikap dan kebiasaan belajar, cara belajar dan motivasi belajar.[6] Demikian juga Arifin[7] berpendapat bahwa, ”dalam Evaluasi Intruksional prestasi belajar bukan sesuatu yang berdiri sendiri”. Artinya prestasi belajar merupakan hasil akumulasi dari berbagai pengaruh yang mempengaruhi siswa. Pengaruh tersebut bisa datang dari luar (faktor eksternal) dan bisa datang dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal).
MTs Negeri Keling Jepara sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan Depag, selalu berupaya mewujudkan tuntutan perkembangan dan peningkatan kualitas/mutu pendidikan bagi peserta didiknya. Namun yang terjadi dilapangan tidak seperti yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat yang menyekolahkan anaknya di madrasah tersebut semakin menurun dari tahun ke tahun. Disamping itu, data statistik kelulusan dan kenaikan kelas siswa dari tahun ke tahun yang mengalami penurunan. Tidak hanya mata pelajaran umum, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) juga mengalami hal serupa. Padahal telah diketahui, bahwa mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran inti, yang mencerminkan identitas dari madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam.
Melalui pengamatan awal yang dilakukan peneliti, pada MTs Negeri Keling Jepara, bahwa prestasi belajar PAI siswa masih rendah dibanding dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan.  Rendahnya prestasi belajar PAI siswa disebabkan oleh adanya motivasi belajar siswa yang rendah. Disamping itu, faktor individual siswa yakni kecerdasan intelektual siswa berkisar dibawah rata-rata juga ambil bagian dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar. Motivasi belajar yang rendah dapat dilihat dari keengganan siswa mengikuti proses pembelajaran dengan maksimal, seperti sering bolos, malas mengerjakan pekerjaan rumah, dan tingginya siswa yang absen/tidak masuk mengikuti pembelajaran.



B.     Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar PAI siswa
1.     Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil pencapaian peserta didik dalam mengerjakan tugas atau kegiatan pembelajaran, melalui penguasaan pengetahuan atau ketrampilan mata pelajaran disekolah yang biasanya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru.[8] Untuk lebih kongkritnya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas pembelajaran di sekolah, 2) prestasi belajar adalah pencapaian nilai mata pelajaran berdasarkan kemampuan siswa dalam aspek pengetahuan, ingatan, aplikasi, sintesis dan evaluasi, 3) prestasi belajar adalah nilai yang dicapai oleh siswa melaui ulangan atau ujian yang diberikan oleh guru.[9] Dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah hasil belajar atau nilai mata pelajaran yang dicapai oleh siswa melalui ulangan atau ujian yang diberikan oleh guru.
Pencapaian hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam diri siswa (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Pertama, faktor yang ada pada diri individu itu sendiri atau disebut juga dengan faktor internal. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang wajar. Karena, akibat dari perbuatan belajar adalah perubahan tingkahlaku individu yang diniati (dilandasi motivasi) dan disadarinya. Seorang siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha mengerahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya.
Faktor yang datang dari dalam individu itu terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik dan kondisi panca indera. Sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi/ kecerdasan, perhatian, minat, bakat, sikap dan kebiasaan belajar, cara belajar dan motivasi belajar.[10] Arifin berpendapat bahwa, ”dalam Evaluasi Intruksional prestasi belajar bukan sesuatu yang berdiri sendiri”. Artinya prestasi belajar merupakan hasil akumulasi dari berbagai pengaruh yang mempengaruhi siswa. Pengaruh tersebut bisa datang dari luar (faktor eksternal) dan bisa datang dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal)[11].

2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar PAI
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah:
a.      Faktor yang berasal dari dalam individu (internal)
1)     Aspek Jasmaniah, mencakup kondisi dan kesejahteraan jasmani dari individu. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pencacapan. Kesehatan inilah merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan belajar.
2)     Aspek Psikis atau Rohaniah, menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta kondisi afektif dan konatif dari individu.[12]

Menurut M. Umar dan Sartono[13] dalam aspek psikologis selain intelligensi meliputi juga adanya “motif, minat, konsentrasi perhatian, natural curioucity (keinginan untuk mengetahui secara alami), balance personality (pribadi yang seimbang), self confidense (kepercayaan pada diri sendiri). Self dicipline (disiplin terhadap diri sendiri) serta ingatan”.

b.     Faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), terdiri dari:
1)    Faktor Sosial
Purwanto[14] menyebutkan bahwa yang termasuk faktor sosial adalah: “keluarga/keadaan rumah tangga, kalau anak berada dalam sebuah keluarga yang harmonis, maka anak akan betah tinggal dalam keluarga tersebut dan kegiatan belajarnya akan terarah”. Dengan keadaan yang demikian maka prestasi belajar anak akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika anak hidup dalam keluarga yang kurang harmonis, penuh dengan percekcokan, maka anak menjadi tidak betah tinggal dalam keluarga. Keadaan demikian akan membuat anak malas belajar sehingga prestasi belajarnya menurun.
Menurut Thoha[15], lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak adalah ”cara mendidik orang tua terhadap anak ”sikap sosial dan emosional orang tua serta sikap keagamaan orang tua”.
a)     Interaksi guru dengan murid, di mana guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara intim, maka akan menyebabkan proses belajar-mengajar kurang lancar.
b)     Guru dan cara penyajian, di sini guru dituntut agar pandai-pandai cara mengajarkan pengetahuan kepada anak didik.
c)      Alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar.
d)     Lingkungan dan kesempatan yang tersedia.
e)     Motivasi sosial.[16]

2)    Faktor Non Sosial
Menurut Suryabrata[17], kelompok faktor ini tak terbilang jumlahnya, itu bisa berwujud keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar. Melakukan perbuatan belajar, secara relatif, tidak semudah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sudah dilakukan secara rutin, seperti makan, tersenyum, tidur dan lain-lain.
Oleh karena itu motivasi belajar sangat dibutuhkan dalam proses belajar dan pembelajaran. Motivasi belajar tidak sama kuatnya pada setiap siswa, dan motivasi dalam diri seorang siswa tidak tetap, kadang-kadang kuat, dan kadang-kadang lemah, bahkan suatu saat motivasi belajar dapat hilang sama sekali.
Dalam kenyataannya, motivasi belajar ini (motivasi Intrinsik) tidak selalu timbul dalam diri siswa. Sebagian siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, tetapi sebagian lain motivasinya rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Bagi siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar. Bila hal ini tidak diperhatikan, tidak dibantu, maka siswa akan gagal dalam belajar. Oleh karena itu, guru sebagai orang yang membelajarkan siswa, harus peduli dengan masalah motivasi ini (motivasi ekstrinsik). Guru bukanlah pengajar yang sudah lega bila semua pokok bahasan dari suatu mata pelajaran sudah tersampaikan tepat pada waktunya. Dan tidak hanya berbangga hati bila ia telah menyampaikan materi pelajaran dengan bebagai metoda pembelajaran yang canggih. Disamping itu semua, yang tidak kalah pentingnya, adalah harus mau dan mampu memotivasi siswa yang rendah motivasi belajarnya, dan meningkatkan motivasi siswa yang sudah mempunyai motivasi belajar. Kepedulian guru terhadap masalah motivasi belajar siswa bukanlah hal yang mengada-ada, melainkan sebagai tugas yang melekat dalam diri guru. Asumsinya sekali guru dapat membangun memotivasi siswa terhadap pelajaran yang diajarkan, diharapkan seterusnya siswa akan selalu meminta mata pelajaran tersebut.

3.     Motivasi Belajar
a.      Pengertian
Sardiman[18] berpendapat bahwa motivasi berasal dari kata “motif ” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap-siagaan).
 Berawal dari kata “motif” maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dikatakan bahwa “motif” adalah daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi mencapai suatu tujuan tertentu. Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu atau melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.[19]

b.     Jenis-jenis Motivasi
Motivasi diklasifikasikan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik .[20] Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.[21]
Dalam kaitan itu, perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa. Motivasi yang dilakukan oleh guru, pada mulanya bersifat ekstrinsik, tetapi diharapkan untuk selanjutnya dapat berubah menjadi motivasi intrinsik. Sebagai konsekuensi tugas memotivasi siswa, guru hendaknya memahami, menghayati dan menerapkan konsep-konsep dan teknik-teknik memotivasi siswa.
Dengan demikian, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa semakin tinggi motivasi belajar anak, baik motivasi itu bersifat (intrinsik ) dari dalam ataupun karena dorongan dari luar (ekstrinsik), maka semakin tinggi pula prestasi belajar agama yang diraih siswa. Demikian sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar anak, baik motivasi itu bersifat (intrinsik) dari dalam ataupun karena dorongan dari lauar (ekstrinsik ), maka semakin rendah pula prestasi belajar agama yang diraih siswa.

C.      Hubungan Kecerdasan Intelektual dengan Prestasi Belajar PAI Siswa
1.     Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan atau intelligence ini pada awalnya menjadi perhatian utama bagi kalangan ahli psikologi pendidikan. Langer[22] mengikhtisarkan berbagai pengertian dan definisi tentang kecerdasan (intelligence) dari para ahli ke dalam tiga kriteria, yakni judgment (penilaian), comprehension (pengertian), dan reasoning (penalaran). Kecerdasan, (kecakapan) atau inteligence bukanlah substansi (suatu benda) atau kekuatan, yang terletak dalam bagian tertentu dari tubuh seseorang, perilaku intelegen atau cerdas ada kaitannya dengan konsep intelegensi. Kecerdasan adalah penyifatan kualifikasi perilaku individu yang menunjukkan pernyataan intelek yang digunakan. [23]
Menurut Langer[24] inteligensi adalah kesanggupan dalam suatu kesatuan untuk mendeteksi, mengartikan, menyimpan, menyusun dan memproses tanda-tanda yang timbul di alam sekitar dan diri sendiri dan mengubah serta menghasilkan itu semua menjadi satu pola-pola instruksi yang optimal. Optimal dalam artian memberikan hasil yang menguntungkan bagi individu atau kelompok dimana inteligensi itu bekerja.
Istilah kecerdasan Intelektual diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1912 oleh seorang ahli psikologi berkebangsaan Jerman bernama William Stero. Salah satu cara yang digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya intelegensi adalah dengan menerjemahkan hasil tes Intelegensi kedalam angka-angka yang menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang bila di bandingkan secara relatif terhadap suatu norma. [25]
Dalam perspektif psikologis, kecerdasan Intelektual dianggap sebagai kemampuan mental seseorang dalam merespon dan menyelesaikan problem-problem, dari yang bersifat kuantitatif dan fenomenal, seperti matematika, fisika, data-data sejarah dan sebagainya. Menurut Suharsono kecerdasan intelektual adalah kemampuan seseorang untuk mengenal dan merespon alam semesta atau obyek yang berada diluar dirinya (outward looking). Hal senada diungkapkan oleh Mulyadi dalam Ummi, [26] pemerhati dan praktisi masalah anak, ia mengatakan bahwa kecerdasan Intelektual itu penting untuk memahami gejala alam dan gejala pengetahuan.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa semua jenis kecerdasan itu sebagai suatu potensi; sesungguhnya ada pada setiap orang hanya saja tinggi rendah atau kuat lemahnya masing-masing kecerdasan itu berbeda-beda. Demikian halnya dengan potensi kecerdasan intelektual, ada pada setiap orang akan tetapi tingkatnya berbeda-beda. Perbedaan tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) itu, dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wechster yang dikutip oleh Amin [27] dengan klasifikasi intelegensi sebagai berikut:
IQ 130 – ke atas         : Sangat unggul (genius)
IQ 120 – 129              : Unggul
IQ 110 – 119              : Cakap normal
IQ 90 – 109                : Rata-rata
IQ 80 – 89                  : Lamban normal
IQ 70 – 79                  : Batas dungu
IQ 70 – ke bawah      : Cacat mental
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan kecerdasan Intelektual [28] adalah: 1) Penalaran, 2) eksperimen 3) Ingatan
Dengan demikian dapat diambil suatu pengertian, bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan mental seseorang dalam merespon dan menyelesaikan problem-problem dari yang bersifat kualitatif dan fenomenal (matematika, fisika, data-data sejarah dan sebagainya), dan atau kemampuan seseorang untuk mengenal dan merespon alam semesta atau obyek yang berada diluar dirinya.

D.     Motivasi Belajar dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Keling Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2007/2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar PAI siswa, hubungan antara kecerdasan intelektual dan prestasi belajar PAI siswa, serta hubungan antara motivasi belajar dan kecerdasan secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara tahunpelajaran 2007/2008.
Sesuai dengan tujuan, penelitian ini melibatkan seluruh siswa MTs Negeri  Keling Jepara yang berjumlah 405 siswa, putra 191, dan putri 214 (Data Buku Induk MTs N Keling) sebagai populasi. Dari keseluruhan populasi tersebut kemudian diambil sebagiannya untuk dijadikan sampel penelitian, yakni siswa kelas VIII MTs Negeri keling Jepara yang berjumlah 100 siswa (24, 69 % dari jumlah populasi)[1] tahun pelajaran 2007/2008.
Karena para siswa MTs N, mereka rata-rata memiliki umur yang hampir sama, kecerdasan yang hampir sama, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial yang sama (Homogen) dan sebagainya, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan pengambilan sampel secara Simple Random Sampling. Dengan langkah-langkah peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama, dan peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.  Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. [29]
Untuk mendapatkan data tentang penguasaan materi dan prestasi Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa MTs  N  Keling Jepara, yang meliputi mata pelajaran al Qur’an Hadis, Aqidah akhlaq, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Penulis menggunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda (multiple chois), item tes tersebut dikembangkan berdasarkan indikator-indikator dari masing-masing mata pelajaran pada semester gasal kelas 8, meliputi : 1) al-Qur’an Hadis 25 butir item soal, 2) Aqidah Akhlaq 25 butir item soal, 3) Fiqih 25 butir item soal, 4) Sejarah Kebudayaan Islam 25 butir item soal. Keseluruhan butir soal yang di teskan adalah 100 butir item soal.
Instrumen tes prestasi belajar baru dapat diberikan setelah diadakan uji instrumen tes tersebut. Sebelum alat evaluasi prestasi belajar siswa dalam penelitian ini digunakan, instrumen tersebut diuji coba terlebih dahulu. Uji coba soal tes dilakukan di kelas VIII MTs HK Mayong Jepara, dengan jumlah siswa/responden 40 orang.
Hasil uji coba soal kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal.
1.     Validitas Butir
Untuk mengetahui validitas tiap butir soal digunakan statistik korelasi point biserial [30] dengan rumus:
 
Hasil perhitungan rpbis kemudian dikonsultasikan dengan rtabel. Jika rpbis> rtabel berarti butir soal valid, demikian juga sebaliknya apabila rpbis < rtabel berarti butir soal tidak valid.
Jumlah nomor soal sebanyak 100 diperoleh rtabel sebesar 0.31 dengan db-2 (taraf signifikansi 0.05%). Rekapitulasi hasil perhitungan validitas butir tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1
Validitas Butir Tes Uji Coba Prestasi Belajar PAI
No
Kriteria
Nomor Soal
Jumlah
1
Valid
01, 03, 04, 05, 07, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 54, 55, 57, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 69, 71, 72, 76, 77, 78, 80, 81, 82, 84, 85, 86, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 100
81
2
Tidak Valid
02, 06, 18, 20, 21, 26, 28, 45, 53, 56, 58, 65, 70, 73, 74, 75, 79, 83, 99,
19
Jumlah
100

2.     Reliabilitas Soal
Dalam penelitian ini, teknik uji reliabilitas yang dipakai adalah menggunakan rumus KR- 20:
Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 5 %, jika r> rtabel product moment yang diuji cobakan bersifat reliabel.[31]
Berdasar hasil uji coba butir soal terhadap instrumen tes, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh r sebesar 0,96, yaitu lebih tinggi dari rtabel 0.31 (r> rtabel = 0.96 > 0.31) dengan kriteria sangat tinggi.





3.     Tingkat Kesukaran Soal
Selain diuji daya pembeda soal, dalam penghitungan uji coba tes juga dihitung tingkat kesukaran/kesulitan butir soal. Adapun penghitungan tingkat kesukaran tes uji coba tersebut tercantum pada tabel berikut:
Tabel 2
Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes PAI
No
Tingkat Kesukaran
Jumlah soal
Kriteria
Persentase
1
0.00 < IK ≤ 0.30
-
Sukar
0 %
2
0.30 < IK ≤ 0.70
85
Sedang
85 %
3
0.70 < IK ≤ 1.00
15
Mudah
15 %
Jumlah
100
-
100 %

Berdasarkan tabel di atas, tingkat kesukaran uji coba tes prestasi belajar PAI tersebut adalah: jumlah butir soal yang memenuhi kategori sedang sebanyak 85 butir, sedangkan 15 butir soal kategori soal mudah.

4.     Uji Instrumen Angket Motivasi Belajar
Angket motivasi belajar sebelum dibagikan kepada siswa, terlebih dahulu diujicobakan, ujicoba dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut memenuhi tingkat validitas dan reliabilitas tiap butir soal yang telah disusun.
a.      Validitas Butir
Rumus yang dipakai dalam mencari validitas butir angket motivasi adalah rumus korelasi product moment, [32] yaitu;
Rekapitulasi hasil penghitungan validitas butir angket motivasi belajar dari tes uji coba di kelas VIII A, dengan jumlah peserta/responden 40, pada db-2 (taraf signifikansi 0.05 %) adalah terangkum dalam tabel 3.5 di bawah ini.


Tabel 3
Rekapitulasi Validitas Butir Angket Motivasi Belajar PAI Siswa
No. Soal
Koefien korelasi
(r hitung)
r tabel (db-2) Signifikansi 0.05 %
Ket.

No. Soal
Koefien korelasi
(r hitung)
r tabel (db-2) Signifikansi 0.05 %
Ket.
1
0.41
0.31
Valid

19
0.40
0.31
Valid
2
0.58
0.31
Valid

20
0.38
0.31
Valid
3
0.52
0.31
Valid

21
0.34
0.31
Valid
4
0.35
0.31
Valid

22
0.42
0.31
Valid
5
0.56
0.31
Valid

23
0.08
0.31
T.valid
6
0.43
0.31
Valid

24
0.44
0.31
Valid
7
0.43
0.31
Valid

25
0.41
0.31
Valid
8
0.36
0.31
Valid

26
0.31
0.31
Valid
9
0.32
0.31
Valid

27
0.33
0.31
Valid
10
0.52
0.31
Valid

28
0.40
0.31
Valid
11
0.43
0.31
Valid

29
0.41
0.31
Valid
12
0.39
0.31
Valid

30
0.34
0.31
Valid
13
0.36
0.31
Valid

31
0.52
0.31
Valid
14
0.58
0.31
Valid

32
0.35
0.31
Valid
15
0.37
0.31
Valid

33
0.44
0.31
Valid
16
0.52
0.31
Valid

34
0.45
0.31
Valid
17
0.46
0.31
Valid

35
0.58
0.31
Valid
18
0.52
0.31
Valid






Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah butir angket motivasi sebanyak 35 butir, terdapat 34 butir soal yang valid (r hitung > rtabel), dan 1 butir soal tidak valid (r hitung < rtabel). Sehingga instrumen angket tersebut dapat dipakai untuk diberikan kepada responden adalah sebanyak 34 butir soal, sebagaimana persyaratan validitasnya.
b.     Reliabilitas Butir
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji tingkat reliabilitas instrumen, diantaranya; tes stabilitas, tes ekuivalensi, dan tes konsistensi internal. Semua teknik tersebut menghasilkan koefisiensi reliabilitas, yang menunjukkan proporsi total variansi dalam skor tes yang benar-benar variansi skor.[33]
Penghitungan tingkat reliabel dari butir soal angket motivasi menggunakan internal consistensi dengan rumus koefisies alpha (ά).[34] Persamaan dari rumus tersebut adalah:
Tingkat reliabilitas hasil penghitungan tes uji coba penyebaran angket motivasi adalah sebesar 0.858. Berdasarkan nilai tingkat reliabel tersebut, maka dapat dikatakan bahwa instrumen angket motivasi belajar PAI, mempunyai tingkat reliabilitas sangat tinggi. Oleh karena itu, butir soal angket tersebut dapat digunakan sebagai instrumen pengambilan data motivasi belajar siswa.

E.      Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis asosiatif, yakni berupa dugaan adanya hubungan antar variabel. Untuk membuktikan adanya dugaan sementara dari hipotesis yang peneliti ajukan, maka dibuktikan dengan teknik uji koefisien korelasi antar variabel.
Tehnik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis korelasi. Analisis deskriptif adalah menganalisa data angka agar memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas sehigga dapat ditarik pengertian tertentu.[35] Analisis deskriptif bertujuan untuk membantu pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang didapat dari objek yang diteliti.
Gambaran umum tentang setiap variabel penelitian menggunakan teknik statistik deskriptif, gunanya untuk mendeskripsikan data ke dalam perhitungan rerata (mean), simpangan baku (standar deviasi), skor tertinggi, dan skor terendah, dari masing-masing variabel.
Sesuai hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, akan digunakan persamaan regresi. Adapun regresi yang dipakai dalam menguji hipotesis assosiatif/hubungan antara variabel motivasi belajar (x1) atau kecerdasan intelektual (X2) dengan prestasi belajar menggunakan regresi sederhana.
Sedangkan pengujian hipotesis assosiatif antara variabel motivasi belajar (X1) dan variabel kecerdasan intelektual (X2) secara bersama-sama dengan variabel prestasi belajar (hipotesis nomor 3), digunakan regresi ganda.
Setelah dilakukan tabulasi data hasil penelitian, kemudian dianalisis dan diperoleh hasil skor tertinggi (skor maksimum), skor terendah (skor minimum) rerata skor (mean), dan simpangan baku (standar deviasi). Seperti yang terlihat dalam tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Rekapitulasi data hasil penelitian
Variabel
Skor Maks.
Skor Min.
Rerata (Mean)
Simpangan baku (St. Deviasi)
X1
89
43
59.69
10.44
X2
120
88
99.86
8.67
Y
72
27
56.32
10.47

Data hasil penelitian selnjutnya dibuat dalam dafar distribusi frekuensi dengan banyaknya 6 dan panjangnya kelas 8, seperti terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi nilai angket motivasi balajar siswa (X1)

Angka
Frekuensi absolut
Frekuensi relatif (%)
43-51
6
6%
52-60
18
18%
61-69
15
15%
70-78
39
39%
79-87
21
21%
88-94
1
1%
Jumlah
100
100%

Tabel 6
Data Hasil Kecerdasan Intelektual (IQ) Siswa Kelas VIII
MTs Negeri Keling Jepara tahun 2007/2008
No
IQ
Jumlah (f)
Klasifikasi
Persentase
1
67 ≤
-
Terbelakang
-
2
68-79
-
Perbatasan
-
3
80-90
3
Kurang dari rata-rata
3  %
4
91-110
82
Rata-rata
82  %
5
111-119
14
Diatas rata-rata
14  %
6
120-127
1
Superior
1 %
7
128 ≥
-
Sangat superior
-
Jumlah
100

100 %


1.     Pengujian Hipotesis No. 1, hipotesisnya berbunyi: Terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar PAI siswa.

Untuk menguji hipotesis di atas, digunakan perhitungan analisis regresi sederhana (Y’ = a + bX = ). Sesuai perhitungan analisis regresi sederhana ditemukan harga a = 36.21 dan harga b = 0.29. Persamaan regresi yang digunakan untuk memprediksi prestasi belajar PAI berdasarkan motivasi belajar siswa adalah Y’ = 36.21 + 0.29 X1.
Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah-rubah). Artinya untuk setiap kenaikan 1 unit satuan motivasi belajar (X1) akan diikuti oleh kenaikan secara linier skor/nilai prestasi belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.29, pada bilangan konstan 36.21. Dengan kata lain, semakin tinggi motivasi belajar, maka akan semakin tinggi pula prestasi balajar PAI siswa. demikian pula sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar, maka akan semakin rendah pula prestasi beajar PAI siswa. Secara grafik, persamaan regresi sederhananya dapat divisualisasikan sebagai berikut.
Untuk mengetahui sumbangan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi digunakan analisis determinasi (R2) yang hasilnya dapat dilihat rumus sebagai berikut.

Berdasarkan hasil perhitungan rumus determinasi tersebut, sumbangan efektif variabel motivasi belajar (X1) terhadap prestasi belajar PAI (Y) diperoleh nilai = 0.083 Hal ini berarti 8.3 % prestasi belajar PAI (Y) dipengaruhi oleh motivasi belajar (X1). Artinya bahwa variasi prestasi belajar PAI siswa (Y) ditentukan oleh variasi motivasi belajar (X1) sebesar 8.3 %, melalui persamaan regresi Y = 36.21 + 0.29 X1. Sisanya sebesar 91.70% dipengaruhi/ditentukan oleh faktor lain.
Sedangkan untuk menguji signifikansi regresi tersebut digunakan uji F (F hitung), dengan rumus

Berdasarkan perhitungan rumus Fh diperoleh harga F sebesar 8.87 harga ini selanjutnya dikonsultasikan dengan F tabel (Ft), dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan yang ditetapkan sebesar 5 %. Dalam tabel Ft adalah sebesar 0.001. dalam hal ini berlaku ketentuan “bila Fh lebih besar dari Ft, maka koefisien korelasi yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi”.
Dari perhitungan di atas, ternyata F hitung lebih besar dari F tabel, yaitu Fh > Ft (8.87 > 0.001), maka dapat dinyatakan bahwa regresi sederhana tersebut signifikan dan dapat diberlakukan dimana sampel diambil. Tabel anova untuk regresi sederhana antara motivasi belajar (X1) dengan prestasi belajar PAI (Y) adalah sebagai berikut.
Tabel 7
Analisis Varian motivasi belajar (X1)
dengan prestasi belajar (X2) PAI siswa
Sumber
JK
dk
RK
F
p
Kesimpulan
Regresi
900.989
1
900.989
8.873
0.004
Signifikan
Residu
9950.771
98
101.538

Total
10851.760
99
109.614

Berdasarkan tabel di atas diperoleh harga koefisien korelasi variabel motivasi belajar siswa (X1) dengan variabel prestasi belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.29, dengan p = 0.004, yang berarti ada korelasi signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar PAI siswa. Hal ini menunjukkan bahwa alternatif (Ha) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar PAI dengan prestasi belajar PAI siswa diterima dan hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi belajar PAI dengan prestasi belajar PAI ditolak.
Dari tabel anova tersebut, dapat dikatakan bahwa besarnya F regresi dari F hitung = 8.873, F tabel = 0.004. maka dapat diperoleh Fh > Ft yang menunjukkan bahwa koefisien arah regresi prestasi belajar PAI (Y) atas motivasi belajar (X1) signifikan dan linier. Demikian pula dapat dikatakan bahwa dengan mengontrol motivasi belajar (X1) tetap ada kontribusi positif dengan prestasi belajar PAI (Y) atau hubungan korelasi parsial.

2.     Pengujian Hipotesis No. 2, hipotesisnya berbunyi: Terdapat hubungan antara kecerdasan intelektual (IQ) dengan prestasi belajar PAI siswa.

Hasil perhitungan ditemukan harga a = 14.16 dan harga b = 0.42. Persamaan regresi yang digunakan untuk memprediksi prestasi belajar PAI berdasarkan motivasi belajar siswa adalah Y’ = 14.16 + 0.42 X2.
Artinya untuk setiap kenaikan 1 unit satuan kecerdasan intelektual  siswa (X2) akan diikuti oleh kenaikan secara linier skor/nilai prestasi belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.42, pada bilangan konstan 14.16. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kecerdasan intelektual siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi balajar PAI siswa. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan inteletual siswa, maka akan semakin rendah pula prestasi beajar PAI siswa. Secara grafik persamaan Y’=14.16 + 0.42X2,
Berdasarkan hasil perhitungan rumus determinasi tersebut, sumbangan efektif variabel kecerdasan intelektual (X2) terhadap prestasi belajar PAI (Y) diperoleh nilai = 0.122. Hal ini berarti 12.2% prestasi belajar PAI (Y) dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual (X2). Artinya bahwa variasi prestasi belajar PAI siswa (Y) dapat dijelaskan dari kecerdasan intelektual (X2) sebesar 12.2 %.
Berdasarkan hasil perhitungan rumus determinasi tersebut, sumbangan efektif variabel kecerdasan intelektual (X2) terhadap prestasi belajar PAI (Y) diperoleh nilai = 0.122. Hal ini berarti 12.2% prestasi belajar PAI (Y) dipengaruhi oleh motivasi belajar (X1). Artinya bahwa variasi prestasi belajar PAI siswa (Y) ditentukan oleh variasi motivasi belajar (X1) sebesar 12.2 %, melalui persamaan regresi Y = 14.16 + 0.42 X2. Sisanya sebesar 81.8 % dipengaruhi/ditentukan oleh faktor lain.
Berdasarkan perhitungan rumus Fhitung diperoleh harga F sebesar 13.66 harga ini selanjutnya dikonsultasikan dengan F tabel (Ft), dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan yang ditetapkan sebesar 5%. Dalam tabel Ft adalah sebesar 0.000. dalam hal ini berlaku ketentuan “bila Fh lebih besar dari Ft, maka koefisien korelasi yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi”.
Dari perhitungan di atas, ternyata Fhitung lebih besar dari Ftabel, yaitu Fh > Ft (13.66 > 0.000), maka dapat dinyatakan bahwa regresi sederhana tersebut signifikan dan dapat diberlakukan dimana sampel diambil. Tabel anova untuk regresi sederhana antara kecerdasan intelektual siswa (X2) dengan prestasi belajar PAI (Y) adalah sebagai berikut.
Tabel 8
Analisis Varian Kecerdasan Intelektual
dengan Prestasi Belajar PAI Siswa
Sumber
JK
dk
RK
F
p
Kesimpulan
Regresi
1237.565
1
1327.565
13.660
0.000
Signifikan
Residu
9524.195
98
97.186

Total
10851.760
99
109.614

Dari tabel anova tersebut dapat dikatakan bahwa besarnya F regresi sebesar F hitung = 13.660, F tabel = 0.000,. Maka dapat diperoleh F h > Ft yang menunjukkan bahwa koefisien arah regresi prestasi belajar PAI (Y) atas kecerdasan intelektual (X2) signifikan dan linier. Demikian pula dapat dikatakan bahwa dengan mengontrol kecerdasan intelektual siswa (X2) tetap ada kontribusi positif denbgan prestasi belajar PAI (Y) atau hubungan korelasi parsial.
Hal ini menunjukkan bahwa alternatif (Ha) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar PAI siswa diterima dan hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar PAI ditolak.

3.     Pengujian Hipotesis No. 3, hipotesisnya berbunyi: Terdapat hubungan antara motivasi belajar dan kecerdasan intelektual (IQ) secara bersama-sama dengan prestasi belajar PAI siswa.

Untuk menguji hipotesis di atas, analisis yang digunakan adalah digunakan analisis regresi ganda dengan rumus Y’ = a + b1X1 + b2X2.
Berdasarkan perhitungan ditemukan harga a = 4.00, harga b1 = 0.23, dan harga b2 = 0.27. Jadi persamaan regresinya adalah Y’ = 4.00 + 0.23 X1 + 0.27 X2.  Artinya untuk setiap kenaikan 1 unit satuan motivasi belajar siswa (X1) dan kecerdasan intelektual siswa (X2) akan diikuti kenaikan prestasi belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.23 pada variabel motivasi belajar siswa dan 0.27 pada variabel kecerdasan intelektual (X2) pada bilangan konstan 4.00. Dengan kata lain, bahwa dalam penelitian ini terbukti semakin tinggi motivasi belajar siswa dan kecerdasan intelektual siswa secara bersama-sama, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar PAI siswa.
Untuk mengetahui sumbangan pengaruh motivasi belajar dan kecerdasan intelaktual secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PAI siswa digunakan analisis determinasi (R2) yang hasilnya dapat dilihat rumus sebagai berikut.


Jadi terdapat korelasi positif antara motivasi belajar dan kecerdasan intelektual secara bersama-sama dengan prestasi belajar PAI siswa sebesar 0.16. Berdasarkan perhitungan rumus Fh, diperoleh harga F sebesar 10.013 harga ini selanjutnya dikonsultasikan dengan F tabel (Ft), dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan yang ditetapkan sebesar 5 %. Dalam tabel Ft adalah sebesar 0.000. dalam hal ini berlaku ketentuan “bila Fh lebih besar dari Ft, maka koefisien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi”.
Berdasarkan perhitungan Fh,  ternyata F hitung lebih besar dari F tabel, yaitu Fh > Ft (10.013 > 0.000), maka dapat dinyatakan bahwa korelasi ganda tersebut signifikan dan dapat diberlakukan dimana sampel diambil. Tabel anova untuk regresi ganda antara motivasi belajar (X1) dan kecerdasan intelektual (X2) secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PAI (Y) adalah sebagai berikut.
Tabel 9
Analisis Varian Motivas belajar dan Kecerdasan Intelektual
dengan Prestasi Belajar PAI Siswa
Sumber
JK
dk
RK
F
P
Kesimpulan
Regresi
1857.869
2
928.539
10.013
0.000
Signifikan
Galat/Res
8994.683
97
92.729

Total
10851.760
99
109.614

Berdasarkan hasil analisis regresi ganda sebagaimana tersebut dalam tabel di atas, diperoleh Fhitung = 10.013, dengan tingkat signifikansi 0.05. karena probabilitas (p) = 0.000 lebih kecil dari 0.05 berarti ada korelasi yang sangat signifikan antara motivasi belajar (X1) dan kecerdasan intelektual (X2) secara bersama-sama dengan prestasi belajar PAI siswa (Y). Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama antara motivasi belajar (X1) dan kecerdasan intelektual (X2) berhubungan dengan prestasi belajar PAI (Y). Sehingga hipotesis alternatif yang berupa ada hubungan antara motivasi belajar siswa (X1) dan kecerdasan intelektual/IQ (X2) secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PAI siswa (Y) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Atau hipotesis telah teruji/terbukti, dengan kata lain terdapat hubungan posoitif antara motivasi belajar siswa (X1) dan kecerdasan intelektual siswa (IQ) (X2), secara bersama-sama dengan prestasi belajar PAI siswa (Y).
F.      Pembahasan
Penemuan dari penelitian ini, menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dan prestasi belajar PAI siswa. Koefisien korelasi murni dengan mengontrol variabel motivasi belajar PAI siswa sebesar 8.3% variasi dapat dijelaskan oleh motivasi belajar PAI siswa, yang dinyatakan dengan koefisisen determinasi (R2) sebesar 0.083. persamaan regresi sederhana dari tabel analisis varian (anova) yang berbentuk persamaan garis linier sederhana yang terbentuk antara variabel motivasi belajar (X1) dengan variabel prestasi belajar PAI siswa (Y) adalah Y’ = 36.21 + 0.29X1.
Hasil analisis statistik tersebut menunjukkan bahwa motivasi dalam belajar PAI memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap prestasi belajar PAI (Y), artinya semakin tinggi motivasi belajar semakin tinggi prestasi belajar PAI siswa. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar siswa, semakin rendah prestasi belajar PAI siswa.
Penemuan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan intektual (IQ) dan prestasi belajar PAI siswa. Koefisien korelasi murni dengan mengontrol variabel kecerdasan intektual PAI siswa sebesar 12.2%, variasi dapat dijelaskan oleh motivasi belajar PAI siswa, yang dinyatakan dengan koefisisen determinasi (R2) sebesar 0.122. Persamaan regresi sederhana dari tabel analisis varian (anova) yang berbentuk persamaan garis linier sederhana yang terbentuk antara variabel motivasi belajar (X1) dengan variabel prestasi belajar PAI siswa (Y) adalah Y’ = 14.16 + 0.29X2.
Penemuan lain dari penelitian ini, menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar PAI siswa (X1) dan kecerdasan intelektual /IQ siswa (X2), secara bersama-sama dengan prestasi belajar PAI siswa (Y). hal ini ditunjukkan dari analisis regresi ganda (Ry 1.2) sebesar 0.16. dengan signifikansi koefisien korelasi ganda F hitung sebesar 10.013 yang menunjukkan bahwa klasifikasi sangat signifikan pada 5% (α = 0.05) sebesar 2.00, maupun 1% (α = 0.01) sebesar 2.66, sebagai pembanding dan penguat dalam menggunakan analisis.
Koefisien korelasi ganda sebesar 0.171, memberi arti bahwa 17.1% variasi prestasi belajar PAI siswa (Y) dapat dijelaskan melalui variabel motivasi belajar (X1) dan variabel kecerdasan intelektual siswa (X2) secara bersama-sama yang ditunjukkan dalam koefisien determinasi (R2) sebesar 0.171. Persamaan regresi ganda yang terbentuk adalah:
Y’ = a + b1 X1 + b2X2
Y’ = 4.00 + 0.23 X1 + 0.37 X2
Temuan penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya variabel motivasi belajar siswa (X1, dan kecerdasan intelektual siswa (X2) terhadap prestasi belajar PAI siswa (Y), sesecara bersama-sama signifikan untuk lebih meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar dan kecerdasan intelektual/IQ tinggi, maka prestasi belajar PAI mereka akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar dan kecerdasan intelektual rendah, maka prestasi belajar PAI mereka juga akan rendah.
Penemuan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.083 yang berarti 8.3% prestasi belajar PAI siswa dapat dicapai melalui motivasi belajar siswa. Variabel kecerdasan intelektual siswa (X2), memberikan sumbangan sebesar 0.122, yang berarti 12.2% prestasi belajar PAI siswa dapat dicapai melalui kecerdasan intelektual siswa.
Sedangkan variabel motivasi belajar siswa (X1) dan kecerdasan intelektual siswa (X2) secara bersama-sama memberikan sumbangan efektif terhadap prestasi belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.171, yang berarti 17.1% prestasi belajar PAI siswa (Y) dapat dicapai melalui motivasi dan kecerdasan intelektual siswa, sedangkan sisanya 82.9% dipengaruhi oleh faktor lain diluar motivasi belajar dan kecerdasan intelektual siswa, seperti asal sekolah/madrasah, latar belakang sosial siswa, lingkungan tempat tinggal, kemampuan guru dalam mengajar, dan fasilitas pembelajaran yang dimiliki serta faktor-faktor lain.
Selain dari temuan di atas, yang lebih menarik adalah dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara motivasi belajar dan kecerdasan intelektual siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PAI siswa. Jika dari kedua variabel independen tersebut, akan digunakan untuk mencapai prestasi belajar siswa, maka kecerdasan intelektual siswa merupakan faktor yang paling menentukan, karena dari 17.1% pengaruh yang diberikan oleh kedua variabel independen tersebut terhadap prestasi belajar PAI siswa (Y), variabel kecerdasan intelektual siswa secara mandiri telah dapat memberikan kontribusi sebesar 12.2%, dan sisanya 4.9% didapatkan dari variabel motivasi belajar siswa.

G.     Implikasi Penelitian
Penemuan dari penelitian ini mempunyai beberapa implikasi, yaitu:
1.      Berdasarkan hasil analisis terhadap masing-masing variabel yang diteliti, maka dapat diketahui rata-rata nilai dari ketiga variabel tersebut dapat dikategorikan sedang (variabel X1), rata-rata/sedang (variabel X2) dan rendah (variabel Y). Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa, memperhatikan motivasi belajar dan kecerdasan intelektual siswa sangat diperlukan.
Tidak tingginya nilai motivasi belajar siswa dapat dimungkinkan karena siswa tidak memahami secara pasti tentang pentingya menguasai mata pelajaran PAI dengan baik, guna bekal mereka mempelajari ilmu-ilmu agama selanjutnya. Dapat dimungkinkan juga karena sejak awal mereka telah mempersepsikan bahwa belajar mata pelajaran PAI adalah sesuatu yang sulit, sementara itu bekal pengetahuan mereka tentang PAI sangat minim, sehingga mereka putus asa dan kurang termotivasi lagi mempelajari mata pelajaran PAI. Hal demikian disebabkan kecerdasan intelektual/IQ siswa hanya berkisar rata-rata ke bawah. Disamping itu, dapat juga disebabkan oleh tidak mampunya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam melaksanakan pembelajaran yang menarik dan mampu menumbuhkan motivasi siswa terhadap mata pelajaran PAI.
2.      Kuatnya hubungan antara motivasi belajar dan kecerdasan intelektual/IQ siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PAI siswa di MTs Negeri Keling Jepara yang mempunyai kontribusi sebesar 17.1% mengimplikasikan bahwa masih terdapat 82.9% aspek pendukung prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara, yang belum dijelaskan dalam penelitian ini.
Artinya agar tercapai hasil yang optimal untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara, tidak dapat dilakukan hanya melalui motivasi belajar dan kecerdasanb intelektual siswa saja. Tetapi, masih terdapat sejumlah komponen atau faktor lain yang turut membentuk atau mendukung terciptanya prestasi belajar PAI siswa yang tinggi pada MTs Negeri Keling Jepara.
3.      Secara sendiri-sendiri, kadar hubungan masing-masing variabel prediktor dengan variabel respon tidak seimbang. Hubungan antara kecerdasan intelektual/IQ siswa dengan prestasi belajar PAI siswa lebih tinggi, yaitu 12.2% dibandingkan hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar PAI siswa yang mempunyai kontribusi sebesar 8.3%.
Kenyataan tersebut memberikan informasi kepada kita bahwa penambahan motivasi dalam mempelajari mata pelajaran PAI harus mendapat perhatian oleh guru PAI, demikian juga faktor kecerdasan intelektual siswa sangat menentukan tingkat tercapainya prestasi belajar PAI siswa di MTs Negeri Keling Jepara.

H.    Kesimpulan
Secara keseluruhan, dari rumusan masalah, tujuan penelitian, perumusan hipotesis dan pengujiannya, maka dapat disimpulkan, bahwa:
1.      Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara. Artinya makin tinggi motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula prestasi belajar PAI siswa. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar siswa, maka akan semakin rendah/turun prestasi belajar PAI siswa.
2.      Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan intelektual/IQ siswa dengan prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara. Artinya semakin tinggi kecerdasan intelektual/IQ siswa, maka semakin tinggi pula prestasi belajar PAI siswa, demikian pula sebaliknya, makin rendah kecerdasan intelektual siswa, maka makin rendah pula prestasi belajar PAI siswa.
3.      Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan kecerdasan intelektual/IQ siswa, secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara. Artinya semakin tinggi motivasi belajar dan kecerdasan intelektual/IQ siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar PAI siswa. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar dan kecerdasan intelektual/IQ siswa, maka akan semakin rendah pula prestasi belajar PAI siswa.


Catatan Akhir


[1] Penarikan sampel 10-20% dianggap cukup jika jumlah keseluruhan populasi 1000 subyek atau lebih. Namun jika populasi berjumlah sekitar 100 subyek maka penarikan sampel tidak kurang dari 60% (Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 96). Menurut Arikunto, apabila subyek penelitian kurang dari seratus maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitaiannya merupakan penelitian populasi, namun jika subyeknya lebih dari seratuis maka sampel yang diambil boleh 10%-15% atau 20%- 25% atau lebih (Arikunto,1996: 107).


[1] Makmun, Syamsuddin, Psikologi Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosdakarya 2001, hal. 65.

[2] Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Cet. V. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005, hal. 2.

[3] Mulyasa, E.  Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 4.

[4] Ibid. hal. 10.

[5] Sukmadinata, N. Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003, Hal. 5.

[6] Kartono, Kartini, Bimbingan belajar di SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers, 1985, hal. 1-5.

[7] Arifin, Zaenal, Evaluasi Intruksional Prinsip teknik Prosedur, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991,  hal. 3.

[8] Tu’u, Tulus,  Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi Siswa, Jakarta: Gramedia  widiasarana, 2004,  hal. 47.

[9] Ibid. hal. 75.

[10] Kartono, Kartini, Op. Cit. hal. 1-5.

[11] Arifin, Zaenal, Evaluasi Intruksional Prinsip teknik Prosedur, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991,  hal. 3.

[12] Sukmadinata, N. Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003,  hal. 163.

[13] Sartono, M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia, 1989, hal. 178.

[14] Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, hal. 102.

[15] Thoha, Chabib, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989, hal. 127.

[16] Purwanto, Ngalim, Op. cit.  hal. 102.

[17] Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rajawali, 1990, hal, 70.

[18] Sardiman, AM. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 71.

[19] Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rajawali, 1990, hal. 89

[20] Rusyan Tabrani, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989, hal. 120.

[21] Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 89.

[22] Langer, Steven, dan Victor Serebriakoff, Teslah IQ Anak Anda, Jakarta: Restu Agung, 2001, hal., 81-83

[23] Makmun, Syamsuddin, Psikologi Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 53.

[24] Langer, Op. cit.  hal. 16.

[25] Azwar, Saifuddi,  1999, Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 51.

[26] Ummi, Majalah Wanita,”Anak Cerdas Dunia Akhirat”. Edisi Spesial  4 tahun 2002.

[27] Amin, Rusli, 2003, Menjadi Remaja Cerdas, Jakarta:Al- Mawardi Prima, hal. 51

[28] Amin, Rusli, 2003, Menjadi Remaja Cerdas, Jakarta:Al- Mawardi Prima, hal. 53.

[29] Sugiyono, 2006, Statisti Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, hal. 91.

[30] Arikunto, Suharsimi, 2002, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 103

[31] Arikunto, Suharsimi, 2003, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 180-182.

[32] Arikunto, Suharsimi, 2003, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 72.

[33] Hadjar, Ibnu, 1999, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, hal. 30.

[34] Surapranata, Sumarna. 2006. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. remaja Rosdakarya, hal.114..

[35] Hadi, Sutrisno, 2000, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Ofset, hal. 136.





DAFTAR PUSTAKA
Amin, Rusli, 2003, Menjadi Remaja Cerdas, Jakarta:Al- Mawardi Prima.
Arifin, Zaenal, 1991, Evaluasi Intruksional Prinsip teknik Prosedur, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
-------------------------, 2003, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddi,  1999, Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadi, Sutrisno, 2000, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Ofset.
Hadjar, Ibnu, 1996, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press.
Kartono, Kartini, 1985, Bimbingan belajar di SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
Langer, Steven, dan Victor Serebriakoff, 2001, Teslah IQ Anak Anda, Jakarta: Restu Agung.
Makmun, Syamsuddin, 2004, Psikologi Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim, 2000, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusyan Tabrani, 1989, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman, AM. 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sartono, M. Umar, 1989, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana, Nana, 2005, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Cet. V. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono, 2006, Statisti Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. Syaodih, 2003, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi, 1984, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rajawali.
Thoha, Chabib, dkk., 1989, Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tu’u, Tulus,  2004, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi Siswa, Jakarta: Gramedia  widiasarana.
Ummi, Majalah Wanita,”Anak Cerdas Dunia Akhirat”. Edisi Spesial  4 tahun 2002.