PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KECERDASAN
INTELEKTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI
KELING KABUPATEN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2007/2008
Ali Anwar, M.S.I
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara motivasi belajar dan kecerdasan
Intelektual siswa dengan prestasi belajar PAI siswa MTs. Negeri Keling
Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2007/2008. Dalam penelitian ini diajukan 3
(tiga) hipotesis, yaitu terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar PAI, terdapat hubungan antara kecerdasan intelektual dengan
prestasi belajar PAI, dan terdapat hubungan antara motivasi be-lajar dan
kecerdasan inteletual secara bersama-sama (simultan) dengan prestasi belajar
PAI.
Sebanyak 100
siswa (24.69%), dipilih dari 405 siswa dengan sampel random menjadi sampel
penelitian ini. Untuk membantu proses pengumpulan data telah digunakan alat
pengumpul data berupa tes, angket, dan dokumentasi. Selanjutnya, data terkumpul
dianaisis dengan menggunakan teknik analisis regresi, baik regresi sederhana
maupun ganda.
Hasil
analisis menunjukkan bahwa: (1) Persamaan Y’ = a +
bX adalah Y’ = 36.21 + 0.29
X1. Sementara nilai F = 8.87, karena itu hipotesis nol (H0) ditolak,
dengan hipotesis alternatif (Ha) diterima, pada α = 0.05. Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan prestasi
belajar PAI siswa. Artinya setiap terjadi variasi yang kearah positif (naik)
dari motivasi belajar, akan menyebabkan kenaikan (positif) pada variabel
prestasi belajar PAI siswa, biarpun kekuatan determinasinya hanya sebesar 8.3%.
(2) Persamaan Y’ = a + bX2 adalah Y’ = 14.16 + 0.42 X2. Sementara
nilai F = 13.66, karena itu hipotesis nol (H0) ditolak, dengan hipotesis
alternatif (Ha) diterima, pada α = 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan intelektual dan prestasi
belajar PAI siswa. Artinya, setiap terjadi variasi yang kearah positif (naik)
dari kecerdasan intelektual, akan menyebabkan kenaikan (positif) pada variabel
prestasi belajar PAI siswa, biarpun kekuatan determinasinya hanya sebesar
12.2%. (3) Analisis regesi ganda dengan persamaan Y’ = a + b1X1
+ b2X2, adalah Y’ = 4.00 + 0.23 X1
+ 0.27 X2. Sementara nilai F = 10.013, karena itu hipotesis nol (H0)
ditolak, dengan hipotesis alternatif (Ha) diterima, pada α = 0.05. Artinya
untuk setiap kenaikan 1 unit satuan motivasi belajar siswa (X1) dan
kecerdasan intelektual siswa (X2) akan diikuti kenaikan prestasi
belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.23 pada variabel motivasi belajar siswa dan
0.27 pada variabel kecerdasan intelektual (X2) pada bilangan konstan
4.00. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
motivasi belajar dan kescerdasan intelektual secara bersama-sama terhadap
prestasi PAI siswa, biarpun kekuatan determinasinya hanya sebesar 17.1%.
Dengan kata
lain, kedua variabel (motivasi belajar dan kecerdasan intelektual siswa) saling
berinteraksi dan mempengaruhi pada variabel prestasi belajar PAI siswa. Oleh
karena itu, motivasi belajar dan kecerdasan intelektual siswa, sangat
diperlukan perhatian yang serius, sebagai upaya peningkatan prestasi belajar
PAI siswa MTs Negeri Keling Kabupaten Jepara.
Kata kunci: Motivasi,
Kecerdasan Intelektual, prestasi belajar
A.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif. Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya
mengembangkan kemampuan/potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik
sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai
moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. John Dewey dalam Jalaludin,[1]
menyatakan bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial,
sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta
membentuk disiplin hidup.
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia, melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan
terjadi melalui interaksi insani, tanpa batasan ruang dan waktu.pendidikan
tidak dimulai dan diakhiri di sekolah.[2]
Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, dilanjutkan dan ditempa dalam
lingkungan sekolah, diperkaya dalam lingkungan masyarakat dan hasil-hasilnya
digunakan dalam membangun kehidupan pribadi, agama, keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara.
Menyadari hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang
pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi
penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasi pendidikan merupakan respon
terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan
sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi
tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan
harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak
asasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara
optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Sementara
itu, lembaga pendidikan diharapkan mampu beradaptasi terhadap globalisasi,
perkembangan teknologi, industrialisasi dan asianisasi serta informasi yang
semakin canggih. Hal ini dimaksudkan agar lulusan dari lembaga pendidikan dapat
menjadi pemimpin, manajer, inovator, operator yang efektif dan mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan. Dengan demikian, sistem pendidikan di
masa depan perlu dikembangkan agar dapat menjadi lebih responsif terhadap
tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang.
Oleh karena
itu, untuk mewujudkan masyarakat madani dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang lebih demokratis, transparan, dan menujunjung tinggi hak
asasi manusia hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Disamping itu, untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang memilki rasa percaya diri untuk
bersanding dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, diperlukan
pendidikan yang dapat mengembangkan potensi mayarakat, mampu menumbuhkan
kemauan, serta membangkitkan semangat generasi bangsa untuk menggali berbagai
potensi, dan mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan
masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan demikianlah yang mampu
menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas serta memiliki visi,
transparansi dan pandangan jauh ke depan; yang tidak mengedepankan diri dan
kelompoknya, tetapi senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan negara
dalam berbagai aspek kehidupan.[3]
Sejalan
dengan pemikiran di atas, berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan dalam pengembangan dan
pembinaan untuk mendukung pembelajaran yang efektif seperti pelatihan manajemen
kelas, manajemen sekolah, pengadaan dan penerimaan buku serta sarana belajar.
Upaya lain yang sedang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah
pembinaan mutu pendidikan. Pembinaan mutu pendidikan tersebut dilaksanakan
dengan menggunakan prinsip whole school development, yang memandang
sekolah sebagai suatu keutuhan. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan
ditekankan pada semua aspek dan komponen yang menentukan mutu pendidikan di
sekolah.[4]
Komponen-komponen
yang diperhatikan dalam memperbaiki mutu pendidikan meliputi kegiatan
pembelajaran, manajemen, buku dan sarana belajar, fisik dan penampilan sekolah,
serta partisipasi masyarakat, yang semuanya perlu mendapat perhatian yang
optimal. Kelima
komponen tersebut merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap proses
pendidikan. Suatu proses pendidikan akan selalu berlangsung dalam suatu
lingkungan pendidikan yang didalamnya mencakup lingkungan fisik, sekolah dan
sosial masyarakat. Proses pendidikan yang didukung dengan adanya sarana dan prasarana serta
fasilitas memadai pada gilirannya dapat mewujudkan pencapaian hasil belajar.[5]
Pencapaian
hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari
dalam diri siswa (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Pertama,
faktor yang ada pada diri individu itu sendiri atau disebut juga dengan faktor
internal. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang wajar.
Karena, akibat dari perbuatan belajar adalah perubahan tingkahlaku individu
yang diniati (dilandasi motivasi) dan disadarinya. Seorang siswa harus
merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus
berusaha mengerahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya.
Faktor yang
datang dari dalam individu itu terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik dan kondisi panca indera.
Sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi/ kecerdasan, perhatian, minat,
bakat, sikap dan kebiasaan belajar, cara belajar dan motivasi belajar.[6]
Demikian juga Arifin[7]
berpendapat bahwa, ”dalam Evaluasi Intruksional prestasi belajar bukan sesuatu
yang berdiri sendiri”. Artinya prestasi belajar merupakan hasil akumulasi dari
berbagai pengaruh yang mempengaruhi siswa. Pengaruh tersebut bisa datang dari
luar (faktor eksternal) dan bisa datang dari dalam diri siswa itu sendiri
(faktor internal).
MTs Negeri
Keling Jepara sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan Depag, selalu
berupaya mewujudkan tuntutan perkembangan dan peningkatan kualitas/mutu
pendidikan bagi peserta didiknya. Namun yang terjadi dilapangan tidak seperti
yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat yang menyekolahkan
anaknya di madrasah tersebut semakin menurun dari tahun ke tahun. Disamping
itu, data statistik kelulusan dan kenaikan kelas siswa dari tahun ke tahun yang
mengalami penurunan. Tidak hanya mata pelajaran umum, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) juga mengalami hal serupa. Padahal telah diketahui, bahwa mata pelajaran
PAI merupakan mata pelajaran inti, yang mencerminkan identitas dari madrasah
sebagai lembaga pendidikan Islam.
Melalui
pengamatan awal yang dilakukan peneliti, pada MTs Negeri Keling Jepara, bahwa
prestasi belajar PAI siswa masih rendah dibanding dengan Standar Ketuntasan
Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan.
Rendahnya prestasi belajar PAI siswa disebabkan oleh adanya motivasi
belajar siswa yang rendah. Disamping itu, faktor individual siswa yakni
kecerdasan intelektual siswa berkisar dibawah rata-rata juga ambil bagian dalam
menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar. Motivasi belajar yang rendah
dapat dilihat dari keengganan siswa mengikuti proses pembelajaran dengan
maksimal, seperti sering bolos, malas mengerjakan pekerjaan rumah, dan
tingginya siswa yang absen/tidak masuk mengikuti pembelajaran.
B.
Hubungan Motivasi
Belajar dengan Prestasi Belajar PAI siswa
1.
Prestasi Belajar
Prestasi
belajar dapat diartikan sebagai hasil pencapaian peserta didik dalam
mengerjakan tugas atau kegiatan pembelajaran, melalui penguasaan pengetahuan
atau ketrampilan mata pelajaran disekolah yang biasanya ditunjukkan dengan
nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru.[8]
Untuk lebih kongkritnya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) prestasi belajar
adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti dan mengerjakan
tugas pembelajaran di sekolah, 2) prestasi belajar adalah pencapaian nilai mata
pelajaran berdasarkan kemampuan siswa dalam aspek pengetahuan, ingatan,
aplikasi, sintesis dan evaluasi, 3) prestasi belajar adalah nilai yang dicapai
oleh siswa melaui ulangan atau ujian yang diberikan oleh guru.[9]
Dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah hasil belajar atau nilai mata
pelajaran yang dicapai oleh siswa melalui ulangan atau ujian yang diberikan
oleh guru.
Pencapaian
hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari
dalam diri siswa (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Pertama,
faktor yang ada pada diri individu itu sendiri atau disebut juga dengan faktor
internal. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang wajar.
Karena, akibat dari perbuatan belajar adalah perubahan tingkahlaku individu
yang diniati (dilandasi motivasi) dan disadarinya. Seorang siswa harus
merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus
berusaha mengerahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya.
Faktor yang
datang dari dalam individu itu terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik dan kondisi panca indera.
Sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi/ kecerdasan, perhatian, minat,
bakat, sikap dan kebiasaan belajar, cara belajar dan motivasi belajar.[10]
Arifin berpendapat bahwa, ”dalam Evaluasi Intruksional prestasi belajar bukan
sesuatu yang berdiri sendiri”. Artinya prestasi belajar merupakan hasil akumulasi
dari berbagai pengaruh yang mempengaruhi siswa. Pengaruh tersebut bisa datang
dari luar (faktor eksternal) dan bisa datang dari dalam diri siswa itu sendiri
(faktor internal)[11].
2.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Prestasi Belajar PAI
Prestasi
belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari
dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang
dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
tersebut. Adapun faktor-faktor yang
dimaksud adalah:
a.
Faktor yang berasal dari
dalam individu (internal)
1)
Aspek
Jasmaniah, mencakup kondisi dan kesejahteraan jasmani dari individu. Kondisi
fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman dan pencacapan. Kesehatan inilah merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan belajar.
2)
Aspek Psikis atau Rohaniah, menyangkut kondisi kesehatan
psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta kondisi afektif
dan konatif dari individu.[12]
Menurut M. Umar dan Sartono[13]
dalam aspek psikologis selain intelligensi meliputi juga adanya “motif, minat, konsentrasi perhatian, natural
curioucity (keinginan untuk mengetahui secara alami), balance
personality (pribadi yang seimbang), self confidense (kepercayaan
pada diri sendiri). Self dicipline (disiplin terhadap diri sendiri)
serta ingatan”.
b.
Faktor yang berasal dari
luar diri siswa (eksternal), terdiri dari:
1) Faktor
Sosial
Purwanto[14]
menyebutkan bahwa yang termasuk faktor sosial adalah: “keluarga/keadaan rumah
tangga, kalau anak berada dalam sebuah keluarga yang harmonis, maka anak akan
betah tinggal dalam keluarga tersebut dan kegiatan belajarnya akan terarah”. Dengan
keadaan yang demikian maka prestasi belajar anak akan meningkat. Begitu juga
sebaliknya, jika anak hidup dalam keluarga
yang kurang harmonis, penuh dengan percekcokan, maka anak menjadi tidak betah
tinggal dalam keluarga. Keadaan demikian akan membuat anak malas belajar
sehingga prestasi belajarnya menurun.
Menurut
Thoha[15],
lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak adalah
”cara mendidik orang tua terhadap anak ”sikap sosial dan emosional orang tua
serta sikap keagamaan orang tua”.
a) Interaksi guru dengan murid, di mana guru yang kurang berinteraksi dengan
siswa secara intim, maka akan menyebabkan proses belajar-mengajar kurang
lancar.
b) Guru dan cara penyajian, di sini guru dituntut agar pandai-pandai cara
mengajarkan pengetahuan kepada anak didik.
c) Alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar.
d) Lingkungan dan kesempatan yang tersedia.
2)
Faktor Non
Sosial
Menurut Suryabrata[17],
kelompok faktor ini tak terbilang jumlahnya, itu bisa berwujud keadaan udara,
suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar. Melakukan perbuatan
belajar, secara relatif, tidak semudah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sudah
dilakukan secara rutin, seperti makan, tersenyum, tidur dan lain-lain.
Oleh karena itu motivasi belajar sangat dibutuhkan dalam proses belajar dan
pembelajaran. Motivasi belajar tidak sama kuatnya pada setiap siswa, dan
motivasi dalam diri seorang siswa tidak tetap, kadang-kadang kuat, dan
kadang-kadang lemah, bahkan suatu saat motivasi belajar dapat hilang sama
sekali.
Dalam kenyataannya, motivasi belajar ini (motivasi Intrinsik) tidak selalu
timbul dalam diri siswa. Sebagian siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi,
tetapi sebagian lain motivasinya rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Bagi
siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar. Bila hal ini tidak diperhatikan,
tidak dibantu, maka siswa akan gagal dalam belajar. Oleh karena itu, guru
sebagai orang yang membelajarkan siswa, harus peduli dengan masalah motivasi
ini (motivasi ekstrinsik). Guru bukanlah pengajar yang sudah lega bila semua
pokok bahasan dari suatu mata pelajaran sudah tersampaikan tepat pada waktunya.
Dan tidak hanya berbangga hati bila ia telah menyampaikan materi pelajaran
dengan bebagai metoda pembelajaran yang canggih. Disamping itu semua, yang
tidak kalah pentingnya, adalah harus mau dan mampu memotivasi siswa yang rendah
motivasi belajarnya, dan meningkatkan motivasi siswa yang sudah mempunyai
motivasi belajar. Kepedulian guru terhadap masalah motivasi belajar siswa
bukanlah hal yang mengada-ada, melainkan sebagai tugas yang melekat dalam diri
guru. Asumsinya sekali guru dapat membangun memotivasi siswa terhadap pelajaran
yang diajarkan, diharapkan seterusnya siswa akan selalu meminta mata pelajaran
tersebut.
3.
Motivasi Belajar
a.
Pengertian
Sardiman[18]
berpendapat bahwa motivasi berasal dari kata “motif ” yang diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap-siagaan).
Berawal dari kata “motif” maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc. Donald, motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dikatakan bahwa “motif”
adalah daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu, demi mencapai suatu tujuan tertentu. Motif adalah keadaan dalam
pribadi orang yang mendorong individu atau melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan.[19]
b.
Jenis-jenis Motivasi
Motivasi
diklasifikasikan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
.[20]
Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif
dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Dalam proses
belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Motivasi bagi pelajar dapat
mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.[21]
Dalam kaitan
itu, perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah
bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang
juga bisa kurang sesuai. Guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi
motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya
memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar
siswa. Motivasi yang dilakukan oleh guru, pada mulanya bersifat ekstrinsik,
tetapi diharapkan untuk selanjutnya dapat berubah menjadi motivasi intrinsik.
Sebagai konsekuensi tugas memotivasi siswa, guru hendaknya memahami, menghayati
dan menerapkan konsep-konsep dan teknik-teknik memotivasi siswa.
Dengan demikian,
dapat ditarik suatu pemahaman bahwa semakin tinggi motivasi belajar anak, baik
motivasi itu bersifat (intrinsik ) dari dalam ataupun karena dorongan
dari luar (ekstrinsik), maka semakin tinggi pula prestasi belajar agama
yang diraih siswa. Demikian sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar anak,
baik motivasi itu bersifat (intrinsik) dari dalam ataupun karena
dorongan dari lauar (ekstrinsik ), maka semakin rendah pula prestasi
belajar agama yang diraih siswa.
C.
Hubungan Kecerdasan
Intelektual dengan Prestasi Belajar PAI Siswa
1.
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan
atau intelligence ini pada awalnya menjadi perhatian utama bagi kalangan
ahli psikologi pendidikan. Langer[22]
mengikhtisarkan berbagai pengertian dan definisi tentang kecerdasan (intelligence)
dari para ahli ke dalam tiga kriteria, yakni judgment (penilaian), comprehension
(pengertian), dan reasoning (penalaran). Kecerdasan, (kecakapan) atau inteligence
bukanlah substansi (suatu benda) atau kekuatan, yang terletak dalam bagian
tertentu dari tubuh seseorang, perilaku intelegen atau cerdas ada kaitannya
dengan konsep intelegensi. Kecerdasan adalah penyifatan kualifikasi perilaku
individu yang menunjukkan pernyataan intelek yang digunakan. [23]
Menurut
Langer[24]
inteligensi adalah kesanggupan dalam suatu kesatuan untuk mendeteksi,
mengartikan, menyimpan, menyusun dan memproses tanda-tanda yang timbul di alam
sekitar dan diri sendiri dan mengubah serta menghasilkan itu semua menjadi satu
pola-pola instruksi yang optimal. Optimal dalam artian memberikan hasil yang
menguntungkan bagi individu atau kelompok dimana inteligensi itu bekerja.
Istilah kecerdasan Intelektual diperkenalkan untuk
pertama kalinya pada tahun 1912 oleh seorang ahli psikologi berkebangsaan
Jerman bernama William Stero. Salah satu cara yang digunakan untuk menyatakan
tinggi rendahnya intelegensi adalah dengan menerjemahkan hasil tes Intelegensi
kedalam angka-angka yang menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan
seseorang bila di bandingkan secara relatif terhadap suatu norma. [25]
Dalam perspektif psikologis, kecerdasan Intelektual
dianggap sebagai kemampuan mental seseorang dalam merespon dan menyelesaikan
problem-problem, dari yang bersifat kuantitatif dan fenomenal, seperti
matematika, fisika, data-data sejarah dan sebagainya. Menurut Suharsono
kecerdasan intelektual adalah kemampuan seseorang untuk mengenal dan merespon
alam semesta atau obyek yang berada diluar dirinya (outward looking).
Hal senada diungkapkan oleh Mulyadi dalam Ummi, [26]
pemerhati dan praktisi masalah anak, ia mengatakan bahwa kecerdasan Intelektual
itu penting untuk memahami gejala alam dan gejala pengetahuan.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa semua jenis kecerdasan
itu sebagai suatu potensi; sesungguhnya ada pada setiap orang hanya saja tinggi
rendah atau kuat lemahnya masing-masing kecerdasan itu berbeda-beda. Demikian
halnya dengan potensi kecerdasan intelektual, ada pada setiap orang akan tetapi
tingkatnya berbeda-beda. Perbedaan tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) itu,
dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wechster yang dikutip
oleh Amin [27]
dengan klasifikasi intelegensi sebagai berikut:
IQ 130 – ke atas : Sangat unggul (genius)
IQ 120 – 129 : Unggul
IQ 110 – 119 : Cakap normal
IQ 90 – 109 : Rata-rata
IQ 80 – 89 : Lamban normal
IQ 70 – 79 : Batas dungu
IQ 70 – ke bawah : Cacat mental
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan sehubungan dengan kecerdasan Intelektual [28]
adalah: 1) Penalaran, 2) eksperimen 3) Ingatan
Dengan demikian dapat diambil suatu pengertian, bahwa
kecerdasan intelektual adalah kemampuan mental seseorang dalam merespon dan
menyelesaikan problem-problem dari yang bersifat kualitatif dan fenomenal
(matematika, fisika, data-data sejarah dan sebagainya), dan atau kemampuan
seseorang untuk mengenal dan merespon alam semesta atau obyek yang berada
diluar dirinya.
D.
Motivasi Belajar dan Kecerdasan Intelektual
Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Keling Kabupaten
Jepara Tahun Pelajaran 2007/2008
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji
apakah ada hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar PAI siswa,
hubungan antara kecerdasan intelektual dan prestasi belajar PAI siswa, serta
hubungan antara motivasi belajar dan kecerdasan secara bersama-sama terhadap
prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara tahunpelajaran 2007/2008.
Sesuai
dengan tujuan, penelitian ini melibatkan seluruh siswa MTs Negeri Keling Jepara yang berjumlah 405 siswa, putra
191, dan putri 214 (Data Buku Induk MTs N Keling) sebagai populasi. Dari
keseluruhan populasi tersebut kemudian diambil sebagiannya untuk dijadikan
sampel penelitian, yakni siswa kelas VIII MTs Negeri keling Jepara yang
berjumlah 100 siswa (24, 69 % dari jumlah populasi)
tahun pelajaran 2007/2008.
Karena para
siswa MTs N, mereka rata-rata memiliki umur yang hampir sama, kecerdasan yang
hampir sama, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial yang sama (Homogen) dan
sebagainya, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan pengambilan sampel
secara Simple Random Sampling. Dengan langkah-langkah peneliti mencampur
subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama, dan
peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan
dipilih menjadi sampel. Dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Cara demikian
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. [29]
Untuk
mendapatkan data tentang penguasaan materi dan prestasi Pendidikan Agama Islam
(PAI) siswa MTs N Keling Jepara, yang meliputi mata pelajaran
al Qur’an Hadis, Aqidah akhlaq, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Penulis
menggunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda (multiple chois),
item tes tersebut dikembangkan berdasarkan indikator-indikator dari masing-masing
mata pelajaran pada semester gasal kelas 8, meliputi : 1) al-Qur’an Hadis 25
butir item soal, 2) Aqidah Akhlaq 25 butir item soal, 3) Fiqih 25 butir item
soal, 4) Sejarah Kebudayaan Islam 25 butir item soal. Keseluruhan butir soal yang di teskan adalah
100 butir item soal.
Instrumen
tes prestasi belajar baru dapat diberikan setelah diadakan uji instrumen tes
tersebut. Sebelum alat evaluasi prestasi belajar siswa dalam penelitian ini
digunakan, instrumen tersebut diuji coba terlebih dahulu. Uji coba soal tes
dilakukan di kelas VIII MTs HK Mayong Jepara, dengan jumlah siswa/responden 40
orang.
Hasil uji
coba soal kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya beda soal.
1.
Validitas Butir
Untuk mengetahui validitas tiap butir soal digunakan statistik korelasi point
biserial [30]
dengan rumus:
Hasil perhitungan rpbis kemudian dikonsultasikan dengan rtabel.
Jika rpbis> rtabel berarti butir soal valid,
demikian juga sebaliknya apabila rpbis < rtabel berarti
butir soal tidak valid.
Jumlah nomor soal sebanyak 100 diperoleh rtabel sebesar
0.31 dengan db-2 (taraf signifikansi 0.05%). Rekapitulasi hasil perhitungan
validitas butir tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1
Validitas Butir Tes Uji
Coba Prestasi Belajar PAI
No
|
Kriteria
|
Nomor Soal
|
Jumlah
|
1
|
Valid
|
01, 03, 04, 05, 07, 08, 09, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 19, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 54, 55, 57, 59, 60,
61, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 69, 71, 72, 76, 77, 78, 80, 81, 82, 84, 85, 86,
87, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 100
|
81
|
2
|
Tidak Valid
|
02, 06, 18, 20, 21, 26, 28, 45, 53, 56, 58,
65, 70, 73, 74, 75, 79, 83, 99,
|
19
|
Jumlah
|
100
|
2.
Reliabilitas Soal
Dalam penelitian ini, teknik uji reliabilitas yang dipakai adalah
menggunakan rumus KR- 20:
Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel product
moment dengan taraf signifikan 5 %, jika r> rtabel product moment yang diuji
cobakan bersifat reliabel.[31]
Berdasar hasil uji coba butir soal terhadap instrumen tes, kemudian
dihitung dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh r sebesar 0,96, yaitu lebih tinggi dari rtabel
0.31 (r> rtabel = 0.96 > 0.31) dengan kriteria
sangat tinggi.
3.
Tingkat Kesukaran Soal
Selain diuji daya pembeda soal,
dalam penghitungan uji coba tes juga dihitung tingkat kesukaran/kesulitan butir
soal. Adapun penghitungan tingkat kesukaran tes uji coba tersebut tercantum
pada tabel berikut:
Tabel 2
Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes PAI
No
|
Tingkat Kesukaran
|
Jumlah soal
|
Kriteria
|
Persentase
|
1
|
0.00 < IK ≤ 0.30
|
-
|
Sukar
|
0 %
|
2
|
0.30 < IK ≤ 0.70
|
85
|
Sedang
|
85 %
|
3
|
0.70 < IK ≤ 1.00
|
15
|
Mudah
|
15 %
|
Jumlah
|
100
|
-
|
100 %
|
Berdasarkan tabel di atas,
tingkat kesukaran uji coba tes prestasi belajar PAI tersebut adalah: jumlah
butir soal yang memenuhi kategori sedang sebanyak 85 butir, sedangkan 15 butir
soal kategori soal mudah.
4.
Uji Instrumen Angket Motivasi Belajar
Angket motivasi belajar sebelum dibagikan
kepada siswa, terlebih dahulu diujicobakan, ujicoba dimaksudkan untuk
mengetahui apakah instrumen tersebut memenuhi tingkat validitas dan
reliabilitas tiap butir soal yang telah disusun.
a.
Validitas Butir
Rumus yang dipakai dalam mencari
validitas butir angket motivasi adalah rumus korelasi product moment, [32]
yaitu;
Rekapitulasi hasil penghitungan
validitas butir angket motivasi belajar dari tes uji coba di kelas VIII A,
dengan jumlah peserta/responden 40, pada db-2 (taraf signifikansi 0.05 %)
adalah terangkum dalam tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3
Rekapitulasi Validitas Butir Angket Motivasi Belajar PAI Siswa
No. Soal
|
Koefien korelasi
(r hitung)
|
r tabel (db-2) Signifikansi 0.05 %
|
Ket.
|
|
No. Soal
|
Koefien korelasi
(r hitung)
|
r tabel (db-2) Signifikansi 0.05 %
|
Ket.
|
1
|
0.41
|
0.31
|
Valid
|
|
19
|
0.40
|
0.31
|
Valid
|
2
|
0.58
|
0.31
|
Valid
|
|
20
|
0.38
|
0.31
|
Valid
|
3
|
0.52
|
0.31
|
Valid
|
|
21
|
0.34
|
0.31
|
Valid
|
4
|
0.35
|
0.31
|
Valid
|
|
22
|
0.42
|
0.31
|
Valid
|
5
|
0.56
|
0.31
|
Valid
|
|
23
|
0.08
|
0.31
|
T.valid
|
6
|
0.43
|
0.31
|
Valid
|
|
24
|
0.44
|
0.31
|
Valid
|
7
|
0.43
|
0.31
|
Valid
|
|
25
|
0.41
|
0.31
|
Valid
|
8
|
0.36
|
0.31
|
Valid
|
|
26
|
0.31
|
0.31
|
Valid
|
9
|
0.32
|
0.31
|
Valid
|
|
27
|
0.33
|
0.31
|
Valid
|
10
|
0.52
|
0.31
|
Valid
|
|
28
|
0.40
|
0.31
|
Valid
|
11
|
0.43
|
0.31
|
Valid
|
|
29
|
0.41
|
0.31
|
Valid
|
12
|
0.39
|
0.31
|
Valid
|
|
30
|
0.34
|
0.31
|
Valid
|
13
|
0.36
|
0.31
|
Valid
|
|
31
|
0.52
|
0.31
|
Valid
|
14
|
0.58
|
0.31
|
Valid
|
|
32
|
0.35
|
0.31
|
Valid
|
15
|
0.37
|
0.31
|
Valid
|
|
33
|
0.44
|
0.31
|
Valid
|
16
|
0.52
|
0.31
|
Valid
|
|
34
|
0.45
|
0.31
|
Valid
|
17
|
0.46
|
0.31
|
Valid
|
|
35
|
0.58
|
0.31
|
Valid
|
18
|
0.52
|
0.31
|
Valid
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah butir angket
motivasi sebanyak 35 butir, terdapat 34 butir soal yang valid (r hitung > rtabel),
dan 1 butir soal tidak valid (r hitung < rtabel). Sehingga
instrumen angket tersebut dapat dipakai untuk diberikan kepada responden adalah
sebanyak 34 butir soal, sebagaimana persyaratan validitasnya.
b. Reliabilitas Butir
Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk menguji tingkat reliabilitas instrumen, diantaranya; tes
stabilitas, tes ekuivalensi, dan tes konsistensi internal. Semua teknik
tersebut menghasilkan koefisiensi reliabilitas, yang menunjukkan proporsi total
variansi dalam skor tes yang benar-benar variansi skor.[33]
Penghitungan tingkat reliabel
dari butir soal angket motivasi menggunakan internal consistensi dengan
rumus koefisies alpha (ά).[34]
Persamaan dari rumus tersebut adalah:
Tingkat reliabilitas hasil penghitungan tes uji coba penyebaran angket
motivasi adalah sebesar 0.858. Berdasarkan nilai tingkat reliabel tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa instrumen angket motivasi belajar PAI, mempunyai
tingkat reliabilitas sangat tinggi. Oleh karena
itu, butir soal angket tersebut dapat digunakan sebagai instrumen pengambilan
data motivasi belajar siswa.
E.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis
dalam penelitian ini merupakan hipotesis asosiatif, yakni berupa dugaan adanya
hubungan antar variabel. Untuk
membuktikan adanya dugaan sementara dari hipotesis yang peneliti ajukan, maka
dibuktikan dengan teknik uji koefisien korelasi antar variabel.
Tehnik
analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis statistik
deskriptif dan analisis korelasi. Analisis
deskriptif adalah menganalisa data angka agar memberikan gambaran secara
teratur, ringkas dan jelas sehigga dapat ditarik pengertian tertentu.[35]
Analisis deskriptif bertujuan untuk membantu pencandraan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang didapat dari objek yang diteliti.
Gambaran umum tentang setiap variabel
penelitian menggunakan teknik statistik deskriptif, gunanya untuk
mendeskripsikan data ke dalam perhitungan rerata (mean), simpangan baku
(standar deviasi), skor tertinggi, dan skor terendah, dari masing-masing
variabel.
Sesuai hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini, akan digunakan persamaan regresi. Adapun regresi yang dipakai
dalam menguji hipotesis assosiatif/hubungan antara variabel motivasi belajar (x1)
atau kecerdasan intelektual (X2) dengan prestasi belajar menggunakan
regresi sederhana.
Sedangkan
pengujian hipotesis assosiatif antara variabel motivasi belajar (X1)
dan variabel kecerdasan intelektual (X2) secara bersama-sama dengan
variabel prestasi belajar (hipotesis nomor 3), digunakan regresi ganda.
Setelah
dilakukan tabulasi data hasil penelitian, kemudian dianalisis dan diperoleh
hasil skor tertinggi (skor maksimum), skor terendah (skor minimum) rerata skor
(mean), dan simpangan baku (standar deviasi). Seperti yang terlihat dalam tabel
4 berikut ini.
Tabel 4
Rekapitulasi data hasil penelitian
Variabel
|
Skor Maks.
|
Skor Min.
|
Rerata (Mean)
|
Simpangan baku (St. Deviasi)
|
X1
|
89
|
43
|
59.69
|
10.44
|
X2
|
120
|
88
|
99.86
|
8.67
|
Y
|
72
|
27
|
56.32
|
10.47
|
Data hasil
penelitian selnjutnya dibuat dalam dafar distribusi frekuensi dengan banyaknya
6 dan panjangnya kelas 8, seperti terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi
nilai angket motivasi balajar siswa (X1)
Angka
|
Frekuensi absolut
|
Frekuensi relatif (%)
|
43-51
|
6
|
6%
|
52-60
|
18
|
18%
|
61-69
|
15
|
15%
|
70-78
|
39
|
39%
|
79-87
|
21
|
21%
|
88-94
|
1
|
1%
|
Jumlah
|
100
|
100%
|
Tabel 6
Data Hasil Kecerdasan Intelektual (IQ) Siswa
Kelas VIII
MTs Negeri Keling Jepara tahun 2007/2008
No
|
IQ
|
Jumlah (f)
|
Klasifikasi
|
Persentase
|
1
|
67 ≤
|
-
|
Terbelakang
|
-
|
2
|
68-79
|
-
|
Perbatasan
|
-
|
3
|
80-90
|
3
|
Kurang
dari rata-rata
|
3 %
|
4
|
91-110
|
82
|
Rata-rata
|
82 %
|
5
|
111-119
|
14
|
Diatas rata-rata
|
14 %
|
6
|
120-127
|
1
|
Superior
|
1 %
|
7
|
128 ≥
|
-
|
Sangat
superior
|
-
|
Jumlah
|
100
|
|
100 %
|
1.
Pengujian Hipotesis No.
1, hipotesisnya berbunyi: Terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar PAI siswa.
Untuk menguji hipotesis di atas, digunakan perhitungan analisis regresi
sederhana (Y’ = a + bX = ). Sesuai
perhitungan analisis regresi sederhana ditemukan harga a = 36.21 dan harga b =
0.29. Persamaan regresi yang digunakan untuk memprediksi prestasi belajar PAI
berdasarkan motivasi belajar siswa adalah Y’
= 36.21 + 0.29 X1.
Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi
nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi
(dirubah-rubah). Artinya untuk setiap kenaikan 1 unit satuan motivasi belajar
(X1) akan diikuti oleh kenaikan secara linier skor/nilai prestasi belajar PAI
siswa (Y) sebesar 0.29, pada bilangan konstan 36.21. Dengan kata lain, semakin tinggi motivasi
belajar, maka akan semakin tinggi pula prestasi balajar PAI siswa. demikian
pula sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar, maka akan semakin rendah pula
prestasi beajar PAI siswa. Secara grafik, persamaan regresi sederhananya dapat
divisualisasikan sebagai berikut.
Untuk mengetahui sumbangan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi
digunakan analisis determinasi (R2) yang hasilnya dapat dilihat
rumus sebagai berikut.
Berdasarkan hasil perhitungan rumus determinasi tersebut, sumbangan efektif
variabel motivasi belajar (X1) terhadap prestasi belajar PAI (Y)
diperoleh nilai = 0.083 Hal ini berarti 8.3 % prestasi belajar PAI (Y)
dipengaruhi oleh motivasi belajar (X1). Artinya bahwa variasi prestasi belajar PAI siswa (Y)
ditentukan oleh variasi motivasi belajar (X1) sebesar 8.3 %, melalui
persamaan regresi Y = 36.21 + 0.29
X1. Sisanya sebesar 91.70% dipengaruhi/ditentukan oleh faktor lain.
Sedangkan untuk menguji signifikansi regresi tersebut digunakan uji F (F
hitung), dengan rumus
Berdasarkan perhitungan rumus Fh diperoleh harga F sebesar 8.87
harga ini selanjutnya dikonsultasikan dengan F tabel (Ft), dengan dk
pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan yang ditetapkan
sebesar 5 %. Dalam tabel Ft adalah sebesar 0.001. dalam hal ini berlaku
ketentuan “bila Fh lebih besar dari Ft, maka koefisien
korelasi yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh
populasi”.
Dari perhitungan di atas, ternyata F hitung lebih besar dari F tabel, yaitu
Fh > Ft (8.87 > 0.001), maka dapat dinyatakan bahwa regresi sederhana
tersebut signifikan dan dapat diberlakukan dimana sampel diambil. Tabel anova untuk
regresi sederhana antara motivasi belajar (X1) dengan prestasi
belajar PAI (Y) adalah sebagai berikut.
Tabel 7
Analisis Varian motivasi
belajar (X1)
dengan prestasi belajar (X2) PAI siswa
Sumber
|
JK
|
dk
|
RK
|
F
|
p
|
Kesimpulan
|
Regresi
|
900.989
|
1
|
900.989
|
8.873
|
0.004
|
Signifikan
|
Residu
|
9950.771
|
98
|
101.538
|
|
Total
|
10851.760
|
99
|
109.614
|
Berdasarkan
tabel di atas diperoleh harga koefisien korelasi variabel motivasi belajar
siswa (X1) dengan variabel prestasi belajar PAI siswa (Y) sebesar
0.29, dengan p = 0.004, yang berarti ada korelasi signifikan antara
motivasi belajar dengan prestasi belajar PAI siswa. Hal ini menunjukkan bahwa
alternatif (Ha) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara motivasi
belajar PAI dengan prestasi belajar PAI siswa diterima dan hipotesis nihil (Ho)
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi belajar PAI dengan
prestasi belajar PAI ditolak.
Dari tabel
anova tersebut, dapat dikatakan bahwa besarnya F regresi dari F hitung = 8.873,
F tabel = 0.004. maka dapat diperoleh Fh > Ft yang
menunjukkan bahwa koefisien arah regresi prestasi belajar PAI (Y) atas motivasi
belajar (X1) signifikan dan linier. Demikian pula dapat dikatakan
bahwa dengan mengontrol motivasi belajar (X1) tetap ada kontribusi positif
dengan prestasi belajar PAI (Y) atau hubungan korelasi parsial.
2.
Pengujian Hipotesis No.
2, hipotesisnya berbunyi: Terdapat hubungan antara kecerdasan intelektual (IQ)
dengan prestasi belajar PAI siswa.
Hasil perhitungan ditemukan harga a = 14.16 dan harga b = 0.42. Persamaan
regresi yang digunakan untuk memprediksi prestasi belajar PAI berdasarkan
motivasi belajar siswa adalah Y’ =
14.16 + 0.42 X2.
Artinya untuk setiap kenaikan 1 unit satuan kecerdasan intelektual siswa (X2) akan diikuti oleh kenaikan
secara linier skor/nilai prestasi belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.42, pada
bilangan konstan 14.16. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kecerdasan
intelektual siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi balajar PAI siswa.
Demikian pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan inteletual siswa, maka akan
semakin rendah pula prestasi beajar PAI siswa. Secara grafik persamaan Y’=14.16 + 0.42X2,
Berdasarkan hasil perhitungan rumus determinasi tersebut, sumbangan efektif
variabel kecerdasan intelektual (X2) terhadap prestasi belajar PAI
(Y) diperoleh nilai = 0.122. Hal ini berarti 12.2% prestasi belajar PAI (Y)
dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual (X2). Artinya bahwa variasi
prestasi belajar PAI siswa (Y) dapat dijelaskan dari kecerdasan intelektual
(X2) sebesar 12.2 %.
Berdasarkan hasil perhitungan rumus determinasi tersebut, sumbangan efektif
variabel kecerdasan intelektual (X2) terhadap prestasi belajar PAI
(Y) diperoleh nilai = 0.122. Hal ini berarti 12.2% prestasi belajar PAI (Y)
dipengaruhi oleh motivasi belajar (X1). Artinya bahwa variasi prestasi belajar
PAI siswa (Y) ditentukan oleh variasi motivasi belajar (X1) sebesar
12.2 %, melalui persamaan regresi Y = 14.16 + 0.42 X2. Sisanya
sebesar 81.8 % dipengaruhi/ditentukan oleh faktor lain.
Berdasarkan perhitungan rumus Fhitung diperoleh harga F sebesar
13.66 harga ini selanjutnya dikonsultasikan dengan F tabel (Ft),
dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan yang
ditetapkan sebesar 5%. Dalam tabel Ft adalah sebesar 0.000. dalam
hal ini berlaku ketentuan “bila Fh lebih besar dari Ft,
maka koefisien korelasi yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan
untuk seluruh populasi”.
Dari perhitungan di atas, ternyata Fhitung lebih besar dari Ftabel,
yaitu Fh > Ft (13.66 > 0.000), maka dapat
dinyatakan bahwa regresi sederhana tersebut signifikan dan dapat diberlakukan
dimana sampel diambil. Tabel anova untuk regresi sederhana antara kecerdasan
intelektual siswa (X2) dengan prestasi belajar PAI (Y) adalah
sebagai berikut.
Tabel 8
Analisis Varian
Kecerdasan Intelektual
dengan Prestasi Belajar
PAI Siswa
Sumber
|
JK
|
dk
|
RK
|
F
|
p
|
Kesimpulan
|
Regresi
|
1237.565
|
1
|
1327.565
|
13.660
|
0.000
|
Signifikan
|
Residu
|
9524.195
|
98
|
97.186
|
|
Total
|
10851.760
|
99
|
109.614
|
Dari tabel
anova tersebut dapat dikatakan bahwa besarnya F regresi sebesar F hitung =
13.660, F tabel = 0.000,. Maka dapat diperoleh F h > Ft
yang menunjukkan bahwa koefisien arah regresi prestasi belajar PAI (Y) atas
kecerdasan intelektual (X2) signifikan dan linier. Demikian pula
dapat dikatakan bahwa dengan mengontrol kecerdasan intelektual siswa (X2)
tetap ada kontribusi positif denbgan prestasi belajar PAI (Y) atau hubungan
korelasi parsial.
Hal ini
menunjukkan bahwa alternatif (Ha) yang mengatakan bahwa ada hubungan
antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar PAI siswa diterima dan
hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar PAI ditolak.
3.
Pengujian Hipotesis No.
3, hipotesisnya berbunyi: Terdapat hubungan antara motivasi belajar dan
kecerdasan intelektual (IQ) secara bersama-sama dengan prestasi belajar PAI
siswa.
Untuk menguji hipotesis di atas, analisis yang digunakan adalah digunakan
analisis regresi ganda dengan rumus Y’ = a + b1X1 + b2X2.
Berdasarkan perhitungan ditemukan harga a = 4.00, harga b1 = 0.23, dan
harga b2 = 0.27. Jadi persamaan regresinya adalah Y’ = 4.00 + 0.23 X1
+ 0.27 X2. Artinya untuk
setiap kenaikan 1 unit satuan motivasi belajar siswa (X1) dan
kecerdasan intelektual siswa (X2) akan diikuti kenaikan prestasi
belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.23 pada variabel motivasi belajar siswa dan
0.27 pada variabel kecerdasan intelektual (X2) pada bilangan konstan
4.00. Dengan kata lain, bahwa dalam penelitian ini terbukti semakin tinggi motivasi
belajar siswa dan kecerdasan intelektual siswa secara bersama-sama, maka akan
semakin tinggi pula prestasi belajar PAI siswa.
Untuk mengetahui sumbangan pengaruh motivasi belajar dan kecerdasan
intelaktual secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PAI siswa digunakan
analisis determinasi (R2) yang hasilnya dapat dilihat rumus sebagai
berikut.
Jadi terdapat korelasi positif antara motivasi belajar dan kecerdasan
intelektual secara bersama-sama dengan prestasi belajar PAI siswa sebesar 0.16.
Berdasarkan perhitungan rumus Fh, diperoleh harga F sebesar 10.013
harga ini selanjutnya dikonsultasikan dengan F tabel (Ft), dengan dk
pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan yang ditetapkan
sebesar 5 %. Dalam tabel Ft adalah sebesar 0.000. dalam hal ini berlaku
ketentuan “bila Fh lebih besar dari Ft, maka koefisien
korelasi ganda yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk
seluruh populasi”.
Berdasarkan perhitungan Fh, ternyata
F hitung lebih besar dari F tabel, yaitu Fh > Ft (10.013 > 0.000), maka
dapat dinyatakan bahwa korelasi ganda tersebut signifikan dan dapat
diberlakukan dimana sampel diambil. Tabel anova untuk regresi ganda antara
motivasi belajar (X1) dan kecerdasan intelektual (X2) secara bersama-sama
terhadap prestasi belajar PAI (Y) adalah sebagai berikut.
Tabel 9
Analisis Varian Motivas
belajar dan Kecerdasan Intelektual
dengan
Prestasi Belajar PAI Siswa
Sumber
|
JK
|
dk
|
RK
|
F
|
P
|
Kesimpulan
|
Regresi
|
1857.869
|
2
|
928.539
|
10.013
|
0.000
|
Signifikan
|
Galat/Res
|
8994.683
|
97
|
92.729
|
|
Total
|
10851.760
|
99
|
109.614
|
Berdasarkan
hasil analisis regresi ganda sebagaimana tersebut dalam tabel di atas,
diperoleh Fhitung = 10.013, dengan tingkat signifikansi 0.05. karena
probabilitas (p) = 0.000 lebih kecil dari 0.05 berarti ada korelasi yang sangat
signifikan antara motivasi belajar (X1) dan kecerdasan intelektual
(X2) secara bersama-sama dengan prestasi belajar PAI siswa (Y). Hal
ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama antara motivasi belajar (X1)
dan kecerdasan intelektual (X2) berhubungan dengan prestasi belajar
PAI (Y). Sehingga
hipotesis alternatif yang berupa ada hubungan antara motivasi belajar siswa (X1)
dan kecerdasan intelektual/IQ (X2) secara bersama-sama terhadap
prestasi belajar PAI siswa (Y) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Atau hipotesis telah teruji/terbukti, dengan
kata lain terdapat hubungan posoitif antara motivasi belajar siswa (X1)
dan kecerdasan intelektual siswa (IQ) (X2), secara bersama-sama
dengan prestasi belajar PAI siswa (Y).
F.
Pembahasan
Penemuan
dari penelitian ini, menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
antara motivasi dan prestasi belajar PAI siswa. Koefisien korelasi murni dengan
mengontrol variabel motivasi belajar PAI siswa sebesar 8.3% variasi dapat
dijelaskan oleh motivasi belajar PAI siswa, yang dinyatakan dengan koefisisen
determinasi (R2) sebesar 0.083. persamaan regresi sederhana dari
tabel analisis varian (anova) yang berbentuk persamaan garis linier sederhana
yang terbentuk antara variabel motivasi belajar (X1) dengan variabel prestasi
belajar PAI siswa (Y) adalah Y’ = 36.21 + 0.29X1.
Hasil analisis statistik tersebut menunjukkan
bahwa motivasi dalam belajar PAI memberikan kontribusi yang sangat signifikan
terhadap prestasi belajar PAI (Y), artinya semakin tinggi motivasi belajar
semakin tinggi prestasi belajar PAI siswa. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah motivasi belajar siswa, semakin rendah prestasi belajar PAI siswa.
Penemuan
lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kecerdasan intektual (IQ) dan prestasi belajar PAI siswa.
Koefisien korelasi murni dengan mengontrol variabel kecerdasan intektual PAI
siswa sebesar 12.2%, variasi dapat dijelaskan oleh motivasi belajar PAI siswa,
yang dinyatakan dengan koefisisen determinasi (R2) sebesar 0.122. Persamaan regresi sederhana dari tabel
analisis varian (anova) yang berbentuk persamaan garis linier sederhana yang
terbentuk antara variabel motivasi belajar (X1) dengan variabel
prestasi belajar PAI siswa (Y) adalah Y’ = 14.16 + 0.29X2.
Penemuan lain dari penelitian ini,
menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar
PAI siswa (X1) dan kecerdasan intelektual /IQ siswa (X2),
secara bersama-sama dengan prestasi belajar PAI siswa (Y). hal ini ditunjukkan
dari analisis regresi ganda (Ry 1.2) sebesar 0.16. dengan signifikansi
koefisien korelasi ganda F hitung sebesar 10.013 yang menunjukkan bahwa
klasifikasi sangat signifikan pada 5% (α = 0.05) sebesar 2.00, maupun 1% (α =
0.01) sebesar 2.66, sebagai pembanding dan penguat dalam menggunakan analisis.
Koefisien korelasi ganda sebesar 0.171,
memberi arti bahwa 17.1% variasi prestasi belajar PAI siswa (Y) dapat
dijelaskan melalui variabel motivasi belajar (X1) dan variabel
kecerdasan intelektual siswa (X2) secara bersama-sama yang
ditunjukkan dalam koefisien determinasi (R2) sebesar 0.171.
Persamaan regresi ganda yang terbentuk adalah:
Y’ = a + b1 X1 + b2X2
Y’ = 4.00 +
0.23 X1 + 0.37 X2
Temuan penelitian ini menunjukkan betapa
pentingnya variabel motivasi belajar siswa (X1, dan kecerdasan intelektual
siswa (X2) terhadap prestasi belajar PAI siswa (Y), sesecara bersama-sama
signifikan untuk lebih meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Hal ini dapat
diartikan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar dan kecerdasan
intelektual/IQ tinggi, maka prestasi belajar PAI mereka akan semakin tinggi.
Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar dan kecerdasan
intelektual rendah, maka prestasi belajar PAI mereka juga akan rendah.
Penemuan lain dari penelitian ini menunjukkan
bahwa sumbangan pengaruh motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar
PAI siswa (Y) sebesar 0.083 yang berarti 8.3% prestasi belajar PAI siswa dapat
dicapai melalui motivasi belajar siswa. Variabel kecerdasan intelektual siswa
(X2), memberikan sumbangan sebesar 0.122, yang berarti 12.2% prestasi belajar
PAI siswa dapat dicapai melalui kecerdasan intelektual siswa.
Sedangkan variabel motivasi belajar siswa
(X1) dan kecerdasan intelektual siswa (X2) secara bersama-sama memberikan
sumbangan efektif terhadap prestasi belajar PAI siswa (Y) sebesar 0.171, yang
berarti 17.1% prestasi belajar PAI siswa (Y) dapat dicapai melalui motivasi dan
kecerdasan intelektual siswa, sedangkan sisanya 82.9% dipengaruhi oleh faktor
lain diluar motivasi belajar dan kecerdasan intelektual siswa, seperti asal
sekolah/madrasah, latar belakang sosial siswa, lingkungan tempat tinggal,
kemampuan guru dalam mengajar, dan fasilitas pembelajaran yang dimiliki serta
faktor-faktor lain.
Selain dari temuan di atas, yang lebih
menarik adalah dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara
motivasi belajar dan kecerdasan intelektual siswa secara bersama-sama terhadap
prestasi belajar PAI siswa. Jika dari kedua variabel independen tersebut, akan
digunakan untuk mencapai prestasi belajar siswa, maka kecerdasan intelektual
siswa merupakan faktor yang paling menentukan, karena dari 17.1% pengaruh yang
diberikan oleh kedua variabel independen tersebut terhadap prestasi belajar PAI
siswa (Y), variabel kecerdasan intelektual siswa secara mandiri telah dapat
memberikan kontribusi sebesar 12.2%, dan sisanya 4.9% didapatkan dari variabel
motivasi belajar siswa.
G.
Implikasi Penelitian
Penemuan dari penelitian ini mempunyai
beberapa implikasi, yaitu:
1.
Berdasarkan
hasil analisis terhadap masing-masing variabel yang diteliti, maka dapat
diketahui rata-rata nilai dari ketiga variabel tersebut dapat dikategorikan
sedang (variabel X1), rata-rata/sedang (variabel X2) dan
rendah (variabel Y). Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan prestasi belajar
PAI siswa, memperhatikan motivasi belajar dan kecerdasan intelektual siswa
sangat diperlukan.
Tidak tingginya nilai motivasi
belajar siswa dapat dimungkinkan karena siswa tidak memahami secara pasti
tentang pentingya menguasai mata pelajaran PAI dengan baik, guna bekal mereka
mempelajari ilmu-ilmu agama selanjutnya. Dapat dimungkinkan juga karena sejak
awal mereka telah mempersepsikan bahwa belajar mata pelajaran PAI adalah
sesuatu yang sulit, sementara itu bekal pengetahuan mereka tentang PAI sangat
minim, sehingga mereka putus asa dan kurang termotivasi lagi mempelajari mata
pelajaran PAI. Hal demikian disebabkan kecerdasan intelektual/IQ siswa hanya
berkisar rata-rata ke bawah. Disamping itu, dapat juga disebabkan oleh tidak
mampunya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam melaksanakan pembelajaran yang
menarik dan mampu menumbuhkan motivasi siswa terhadap mata pelajaran PAI.
2.
Kuatnya
hubungan antara motivasi belajar dan kecerdasan intelektual/IQ siswa secara
bersama-sama terhadap prestasi belajar PAI siswa di MTs Negeri Keling Jepara
yang mempunyai kontribusi sebesar 17.1% mengimplikasikan bahwa masih terdapat
82.9% aspek pendukung prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara, yang
belum dijelaskan dalam penelitian ini.
Artinya agar tercapai hasil yang
optimal untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara,
tidak dapat dilakukan hanya melalui motivasi belajar dan kecerdasanb
intelektual siswa saja. Tetapi, masih terdapat sejumlah komponen atau faktor
lain yang turut membentuk atau mendukung terciptanya prestasi belajar PAI siswa
yang tinggi pada MTs Negeri Keling Jepara.
3.
Secara
sendiri-sendiri, kadar hubungan masing-masing variabel prediktor dengan
variabel respon tidak seimbang. Hubungan antara kecerdasan intelektual/IQ siswa
dengan prestasi belajar PAI siswa lebih tinggi, yaitu 12.2% dibandingkan
hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar PAI siswa yang mempunyai
kontribusi sebesar 8.3%.
Kenyataan tersebut memberikan
informasi kepada kita bahwa penambahan motivasi dalam mempelajari mata
pelajaran PAI harus mendapat perhatian oleh guru PAI, demikian juga faktor
kecerdasan intelektual siswa sangat menentukan tingkat tercapainya prestasi
belajar PAI siswa di MTs Negeri Keling Jepara.
H.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, dari rumusan
masalah, tujuan penelitian, perumusan hipotesis dan pengujiannya, maka dapat
disimpulkan, bahwa:
1.
Terdapat
hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara. Artinya makin tinggi motivasi
belajar siswa, maka semakin tinggi pula prestasi belajar PAI siswa. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar siswa, maka akan semakin
rendah/turun prestasi belajar PAI siswa.
2.
Terdapat hubungan
positif yang signifikan antara kecerdasan intelektual/IQ siswa dengan prestasi
belajar PAI siswa MTs Negeri Keling Jepara. Artinya semakin tinggi kecerdasan
intelektual/IQ siswa, maka semakin tinggi pula prestasi belajar PAI siswa,
demikian pula sebaliknya, makin rendah kecerdasan intelektual siswa, maka makin
rendah pula prestasi belajar PAI siswa.
3.
Terdapat
hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan kecerdasan
intelektual/IQ siswa, secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PAI siswa MTs
Negeri Keling Jepara. Artinya semakin tinggi motivasi belajar dan kecerdasan
intelektual/IQ siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar PAI siswa.
Demikian pula sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar dan kecerdasan
intelektual/IQ siswa, maka akan semakin rendah pula prestasi belajar PAI siswa.
Catatan Akhir
[1] Makmun, Syamsuddin, Psikologi
Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosdakarya 2001, hal. 65.
[2] Sudjana, Nana, Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Cet. V. Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2005, hal. 2.
[3] Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,
2005, hal.
4.
[5] Sukmadinata,
N. Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
2003, Hal. 5.
[6] Kartono,
Kartini, Bimbingan belajar di SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta:
Rajawali Pers, 1985, hal. 1-5.
[7] Arifin,
Zaenal, Evaluasi Intruksional Prinsip teknik Prosedur, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991, hal. 3.
[8] Tu’u, Tulus, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi
Siswa, Jakarta: Gramedia
widiasarana, 2004, hal. 47.
[10] Kartono, Kartini, Op.
Cit. hal. 1-5.
[11] Arifin, Zaenal, Evaluasi
Intruksional Prinsip teknik Prosedur, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991, hal. 3.
[12] Sukmadinata, N.
Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003, hal. 163.
[13] Sartono, M. Umar,
Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia, 1989, hal. 178.
[14] Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000, hal. 102.
[15] Thoha, Chabib, dkk., Metodologi
Pengajaran Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989, hal. 127.
[16] Purwanto, Ngalim, Op. cit. hal. 102.
[17] Suryabrata, Sumadi, Psikologi
Pendidikan, Jakarta : Rajawali, 1990, hal, 70.
[18] Sardiman, AM. Interaksi
dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal.
71.
[19] Suryabrata, Sumadi, Psikologi
Pendidikan, Jakarta : Rajawali, 1990, hal. 89
[20] Rusyan Tabrani, Pendekatan
dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989, hal. 120.
[21] Sardiman, AM., Interaksi
dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal.
89.
[22] Langer, Steven, dan Victor Serebriakoff, Teslah IQ Anak Anda, Jakarta: Restu Agung, 2001,
hal., 81-83
[23] Makmun, Syamsuddin, Psikologi
Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004,
hal. 53.
[24] Langer, Op. cit. hal. 16.
[25] Azwar, Saifuddi, 1999, Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, hal. 51.
[26] Ummi, Majalah Wanita,”Anak Cerdas Dunia Akhirat”.
Edisi Spesial 4 tahun 2002.
[27] Amin, Rusli, 2003, Menjadi
Remaja Cerdas, Jakarta:Al- Mawardi Prima, hal. 51
[28] Amin, Rusli, 2003, Menjadi
Remaja Cerdas, Jakarta:Al- Mawardi Prima, hal. 53.
[29] Sugiyono, 2006, Statisti
Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, hal. 91.
[30] Arikunto, Suharsimi,
2002, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 103
[31] Arikunto, Suharsimi,
2003, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 180-182.
[32] Arikunto, Suharsimi,
2003, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, hal. 72.
[33] Hadjar, Ibnu, 1999, Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press,
hal. 30.
[34] Surapranata,
Sumarna. 2006.
Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil
Tes: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung:
PT. remaja Rosdakarya, hal.114..
[35] Hadi, Sutrisno, 2000,
Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Ofset, hal. 136.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Rusli, 2003, Menjadi Remaja Cerdas,
Jakarta:Al- Mawardi Prima.
Arifin, Zaenal, 1991, Evaluasi Intruksional
Prinsip teknik Prosedur, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
-------------------------, 2003, Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddi,
1999, Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hadi, Sutrisno, 2000, Metodologi Research,
Yogyakarta: Andi Ofset.
Hadjar, Ibnu, 1996, Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press.
Kartono, Kartini, 1985, Bimbingan belajar di SMA
dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
Langer,
Steven, dan Victor Serebriakoff, 2001, Teslah IQ Anak Anda, Jakarta: Restu Agung.
Makmun, Syamsuddin, 2004, Psikologi Pendidikan;
Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwanto,
Ngalim, 2000, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rusyan Tabrani, 1989, Pendekatan dalam Proses
Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman, AM. 2001, Interaksi dan Motivasi
Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sartono, M. Umar, 1989, Bimbingan dan Penyuluhan,
Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana, Nana, 2005, Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum di Sekolah, Cet. V. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono, 2006, Statisti Untuk Penelitian,
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. Syaodih, 2003, Landasan
Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi, 1984, Psikologi Pendidikan,
Jakarta : Rajawali.
Thoha, Chabib, dkk., 1989, Metodologi Pengajaran
Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tu’u, Tulus,
2004, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi Siswa, Jakarta:
Gramedia widiasarana.
Ummi,
Majalah Wanita,”Anak Cerdas Dunia Akhirat”. Edisi Spesial 4 tahun 2002.